AACB - 02

8.8K 472 37
                                    

Menikah adalah ibadah. Menikah bisa menjadi jalan menuju Surga-Nya. Namun bagaimana jika salah satu dari kita menyimpang? Bisakah mereka mendapatkan surga itu?

—Ajarkan Aku Cara Bertahan—

🌸🌸🌸

"Saya terima nikah dan kawinnya Dzakira Talitha Zahra binti Rahman Ramadhan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat seratus gram dibayar tunai."

"Bagaiamana saksi, sah?"

"SAH!!"

Dzakira meneteskan air matanya. Dia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Entah bahagia atau sedih, seperti bercampur menjadi satu.

Mutia yang sejak tadi duduk di sebelahnya, mengusap lembut bahunya. Dengan hati-hati dia menghapus air mata Dzakira lalu menuntun adik iparnya itu ke lantai bawah di mana acara ijab qabul tengah dilaksanakan.

Tatapan Dzakira bertemu dengan lensa coklat milik Azka yang tengah menatapnya lekat. Kini, dirinya telah duduk di sebelah seorang lelaki yang sudah menjadi suami dan imamnya.

Windi mengarahkan agar Dzakira mencium tangan suaminya. Tiba-tiba saja dadanya bergemuruh dan napasnya tercekat. Dia tidak terbiasa bersentuhan dengan lawan jenis kecuali kakak dan abinya dulu.

Azka sudah mengulurkan tangan kanannya sedangkan Dzakira masih berusaha untuk menyambut ukuran tangan itu dengan gugup.

Para tamu yang melihat itupun hanya bisa tertawa geli termasuk kedua kakaknya. "Ayo, Kira, menunggu apa lagi?" cetus Ali yang berusaha menggoda adiknya.

"A-aku, huft—" Dzakira mengembuskan napasnya kasar.

Tenang, Kira, dia sudah halal untukmu. Tidak salah jika kamu mencium tangannya. Itu salah satu bentuk menghormati suami. Oh, ayolah, jangan permalukan dirimu sendiri! gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba saja tangan Azka meraih tangannya dengan cepat membuatnya sedikit tersentak. Jantungnya semakin berdegup tak karuan akibat ulah lelaki yang kini tengah menyeringai jahil itu.

Dzakira dengan perlahan, tapi pasti mulai mengarahkan tangan suaminya itu mendekati bibirnya lalu mengecup tangan yang mulai sekarang akan membimbingnya menuju jannah Allah.

Tanpa dia duga, tangan kiri suaminya itu memegang puncak kepalanya dan membaca doa setelahnya.

"Allaahumma innii as-aluka khayraha wa khayra maa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzu bika min syarrihaa wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi."

Dzakira tertegun sejenak. Azka bukanlah lelaki buruk seperti yang dia pikirkan sebelumnya.

"Aku memang temperamen, Ra, tapi aku tetap belajar agama."

✨✨✨

Dzakira tengah bergulat dengan peralatan dapur saat ini. Usai resepsi pernikahan tadi, Azka langsung memintanya untuk ikut tinggal bersamanya di rumah pribadi miliknya.

Dzakira sebenarnya masih ingin tinggal di rumahnya, tapi dia bukan seseorang yang bisa berlaku seenaknya sekarang. Dia sudah bersuami dan apa pun yang dikatakan suaminya harus dia taati, kecuali dalam hal keburukan. Ali dan orang tua Azka pun tidak bisa menghalangi karena mereka tidak ada hak lagi untuk ikut campur. Lagipula bukankah hal baik jika pasangan tinggal di rumahnya sendiri?

"Aa, makanannya udah siap!" teriak Dzakira yang masih menata makanan dari dapur ke ruang makan.

Terdengar suara sandal yang bertubrukan dengan lantai dari arah tangga. Ya, siapa lagi kalau bukan dari Azka-suaminya.

Ajarkan Aku Cara Bertahan || Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang