AACB-12

6.4K 372 34
                                    

Ya ampun, mood ngetik suka ilang-ilangan, tapi kalian jangan yaa. Ini banana paksain ngetik kok buat kalian, tapi kalian jangan pergi😭 maaf deh kalau banana jahat suka gantungin kalian😭 nggak lagi deh, target sekarang mulainya😭 maaf kalau nggak sesuai ekspektasi kalian ya😭😭

Selamat membaca😭

Lah emotnya nangis mulu. Iyalah banana lagi memaksa ngetik buat kalian. Banana sayang kalian😭

❤❤❤❤

Saling mencintai sangatlah menyenangkan bukan?
Mencintai sendiri juga menyenangkan, asalkan orang yang kita cintai dalam keadaan bahagia.
Bukankah cinta tak harus saling bersama?

—Ajarkan Aku Cara Bertahan

✨✨✨

Ruang rawat itu hanya tersisa 3 orang saja. Windi dan Fadli sudah Kira minta untuk kembali lebih dulu. Fadli harus bekerja sedangkan Windi harus banyak istirahat juga. Dzakira tidak ingin membuat mertuanya kerepotan karena harus mengurusnya.

"A, kalian istirahat aja dulu. Kalian juga harus makan," ucap Dzakira lembut.

Rangga yang tengah menyibukkan diri menonton kartun Tom & Jerry pun menoleh. "Gak, Ra, nanti gak ada yang jagain kamu," balasnya.

"Kalau gitu, kalian makannya gantian aja gimana? Lagipula Kira gak masalah ditinggal sendirian. Udah gede ini bukan lagi bocah." Dzakira tidak lelah membujuk. Dia merasa tidak enak dengan orang-orang terdekatnya karena sakit begini. Bahkan mereka rela tidak datang ke kampus hari ini untuk menjaga dirinya.

Azka tersenyum kecut. Bagaimana bisa dirinya meninggalkan istrinya bersama sahabatnya. Bisa-bisa mereka membicarakan hal yang tidak-tidak nantinya.

"Ide bagus. Ka, gue ke kantin duluan dan lo jaga Dzakira. Awas aja kalau lo apa-apain dia, gak segan-segan gue aduin ke Tante Windi!" peringatnya.

Dzakira terkekeh sedangkan Azka hanya menghela napas gusar. "Iye, bawel!"

Dua menit telah berlalu sejak Rangga pergi meninggalkan mereka berdua. Hening sekali karena tidak ada percakapan yang berlangsung. Baik Azka maupun Dzakira, mereka terlihat sedang asyik tenggelam dalam dunianya masing-masing.

"A," lirih Dzakira memanggil suaminya.

"Kenapa?" Azka lantas mengusap pipi istrinya tersebut. Wajah pucat itu terlihat lelah. Guratan pasrah pun tercetak di sana. Dia benar-benar merasa tidak berguna sekarang ini.

"Aa pasti akan sangat bahagia karena sebentar lagi akan punya buah hati. Meski bukan dari Kira, tapi tetap saja itu buah hati Aa. Darah daging Aa," ucapnya.

Azka diam. Dia tidak tahu harus membalas seperti apa ucapan istrinya itu, yang jelas hatinya merasa tidak terima dengan ucapan sang istri.

"Aa, apa sebegitu tidak sukanya Aa sama Kira? Kalau begitu, seharusnya Kira tidak menerima lamaran Papa waktu itu. Maafin Dzakira, A. Karena Dzakira, Aa harus menomorduakan mereka. Bahkan dia hadir sebelum Dzakira ada. Bukankah ini semua salah Dzakira? Aa, maafin Kira. Kira gak senga—"

Cup!

Azka mendaratkan bibirnya di pipi sang istri. "Jangan panjang-panjang ngomelnya, Aa jadi pusing dengernya," ucap Azka.

"Aa." Tangis Dzakira pecah saat itu juga. Azka merengkuh tubuh mungil istrinya yang tengah bersandar itu.

"Menangislah kalau itu bisa membuatmu lega. Aa tahu ini menyakitkan buat kamu. Maafin Aa, Sayang, seharusnya Aa tidak pernah melakukan ini semua. Ini bukan salah Dzakira, tapi salah Aa. Aa yang sudah ceroboh dan tidak memikirkan ke depannya.

Ajarkan Aku Cara Bertahan || Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang