AACB-19

5.6K 309 63
                                    

Alhamdulillah lagi pengen double update, hehe.

Selamat membaca🌹






🐳🐳🐳

Penyesalan selalu datang di belakang.
Kalau di awalan namanya pendaftaran.

—Rangga Arkana

🌹🌹🌹

"Bel, kamu belum masak?" tanya Azka yang berjalan dari arah dapur.

Bella yang sedang bermalas-malasan di atas kursi pun hanya berdeham.

"Udah jam berapa ini, Bel, mau sarapan kapan?"

Bella berdecak kesal. "Aku malas, Az, lagipula kamu tahu sendirikan kalau aku gak suka masak dari dulu."

"Ya terus mau sampai kapan kaya gini terus? Pesen setiap hari juga boros lama-lama, Bel."

Bella menggeram. "Kamu kenapa sih, Az? Kemarin kemarin kamu gak ngeluh kaya gini loh. Sebulan ini berjalan baik-baik aja. Kamu ngajak berantem? Atau kamu udah gak mampu beli makanan di luar?"

Azka beristighfar dalam hati. Kepalanya terasa ingin meledak sekarang hanya karena meladeni istrinya itu. "Terserah. Aku mau ke kampus dulu."

Azka menggerutu di sepanjang jalan. Dia tiba-tiba teringat pada Dzakira, mantan istrinya. Perempuan itu bahkan selalu memasak untuknya dan memintanya untuk tidak sering makan di luar kalau tidak kepepet.

"Masakan rumah itu lebih terjamin higienisnya, A."

Begitulah yang sering dia katakan saat sibuk memasak. Lagipula masakan Dzakira juga tidak kalah enaknya dengan masakan di restoran.

Azka memukul kemudinya. Dia mengerang frustasi. Bagaimana bisa dia memikirkan Dzakira yang sudah dibencinya. Benci? Padahal dia tidak yakin dengan perasaan itu. Boleh dia jujur kalau sebenarnya dirinya sangat merindukan perempuan sholehah itu. Dia rindu segala kelembutan juga kepatuhannya.

Mobil yang dia kemudikan mulai memasuki pekarangan rumah yang sangat tidak asing untuknya.

"Assalamualaikum," ucapnya ketika sudah berdiri di depan pintu itu.

"Waalaikumussalam. Loh, Azka, tumben pagi-pagi datang ke sini. Ada apa? Mana istri kamu?"

Azka mendengkus kesal. "Azka mau sarapan bareng Mama. Boleh?"

"Boleh banget, Sayang, ayo masuk." Windi tetap bersikap hangat pada anaknya meski dia masih kecewa dengan sikap anak lelaki satu-satunya itu. Dia hanya bisa berdoa agar anaknya segera mendapat hidayah.

"Tumben sarapan di sini, Ka, istri kamu mana?" tanya Fadhil.

Azka menunduk. "Di rumah, gak mau masak dia. Azka bosen makan-makanan di luar. Kalau sama Dzakira bakal diomelin kalau Azka jajan di luar terus. Dia bakal masak yang banyak di rumah biar Azka kenyang sampai gak bisa ngelirik masakan di luar sana."

Windi dan Fadhil hanya saling menatap saat mendengar keluhan anaknya itu. Windi buru-buru menuangkan makanan di atas piring untuk anaknya.

Ajarkan Aku Cara Bertahan || Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang