"Kira, kalau semisal kamu saya madu, mau?"
Dzakira mendongak, menatap lekat netra terang suaminya. Dia tersenyum setelahnya, tapi Azka tahu ada kehancuran di balik senyum tersebut.
"Kalau Kira tidak membolehkan, maka Kira yang mendapat dosa. Tapi kalau ditanya mau atau enggaknya pasti Kira gak mau, A. Hati perempuan mana yang tidak sakit saat harus rela berbagi suami yang dicintainya?"
"Lalu?"
Dzakira membuang muka ke arah jendela seraya menghela napas. "Ada dua pilihan. Antara Kira harus menerima atau melepas."
"Bagaimana bisa aku melepasmu, Ra? Hatiku sudah mulai berlabuh padamu, tapi lambat laun Bella juga akan minta pertanggungjawaban atas perbuatanku dan tentu saja aku akan menyakitimu lebih dalam lagi dengan memintamu untuk tetap menerima. Kau benar, siapa yang mau berbagi suami."
Azka tanpa sadar menjatuhkan sendoknya hingga menimbulkan suara yang begitu nyaring. Dzakira pun terhenyak dibuatnya.
"Aa, kenapa?" tanyanya cemas.
Azka menggeleng kikuk. "Enggak. Selesaikan makanmu, setelah ini kita pulang."
Jujur saja, Azka mulai bingung sekarang. Hatinya pun ikut bimbang jika harus memilih. Jelas kalau dia memilih Dzakira karena perempuan itu adalah istrinya. Lantas bagaimana dengan Bella, bahkan perempuan itu sedang mengandung anaknya. Jika dipikir-pikir, kenapa dirinya bisa seceroboh itu membuang benih sembarangan. Argh ... mungkin ini memang hukuman untuk dirinya, tapi apakah Dzakira juga harus terkena imbasnya?
Dzakira menghabiskan makanannya tanpa banyak bicara lagi. Sebenarnya dia merasa aneh dengan sikap suaminya itu. Apakah suaminya berniat untuk memadu dirinya? Dadanya tiba-tiba terasa sesak, bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Apakah dia sanggup menerima semuanya?
***
Langit malam terlihat mendung. Bintang dan bulan seperti enggan menampakkan diri karena adanya awan hitam yang mengitari mereka. Kilat pun bermunculan membuat seorang perempuan yang berdiri di balkon kamarnya kian cemas. Menanti sang suami yang sampai sekarang belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Ke mana kamu pergi, A?" lirihnya.
Tubuhnya mulai menggigil karena hawa dingin yang menusuk kulit. Hanya berbalut gamis tipis serta hijab medium tak mampu menghalau sang bayu yang ingin membekukan tulang.
Dzakira mengusap lengannya seraya memeluk tubuhnya sendiri. Mengembuskan napas pasrah, dia kembali masuk ke kamarnya. Air mata luruh begitu saja, menyalurkan rasa sesak yang memenuhi relung hatinya. Perempuan bertubuh mungil itu merebahkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya. Memandangi foto pernikahannya yang masih terbilang begitu muda usianya.
"Ummi, Abi, Kira rindu kalian. Sebenarnya ada maksud apa di balik perjodohan ini?"
Di sisi lain
"Kamu udah nginep di sini empat hari, Az. Lo gak khawatir sama bini lo yang nungguin di rumah?"
Azka menenggak minuman yang tidak disarankan untuk diminun. Dia tidak berani sampai mabuk karena itu akan mengingatkannya pada wajah Dzakira yang sangat terluka karena perbuatannya dulu.
"Lo sebenarnya ada masalah apa sih, Az?" Rangga mulai gemas dengan sahabatnya itu. Baru kali ini dia melihat orang yang biasanya tampak santai dan tenang berubah menjadi sangat pemikir hingga kalut seperti sekarang ini.
Azka mengembuskan napas lelahnya. Haruskah Rangga tau masalahnya? Bagaimana jika Rangga akan menghakiminya? Bagaimana jika Rangga akan merebut Dzakira darinya? Sahabatnya itu memang lebih dulu kenal dengan Dzakira karena dia salah satu dosen pembimbing Dzakira dan tentunya dia sangat mengagumi gadis muslimah yang telah menjadi istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajarkan Aku Cara Bertahan || Lengkap✔
RomansaSpritual ~ Romance📌 ⚠Don't Copas My Story!⚠ Bertemu dengan gadis ingusan seperti Dzakira tidak pernah terlintas sedikit pun di kepala Azka. Demi apa orang tuanya nekat menjodohkan dirinya dengan perempuan yang baru saja menginjak usia dewasa sepert...