Chapter 19 | Menerima Kekurangan

6.7K 852 224
                                    

Terimakasih untuk 30K pembaca. Aku bahagia. Karena sempat mengalami stuck di cerita ini. Terimakasih, kalian yang sudah menyemangati, membangun diriku lagi untuk bangkit. Jangan bosan-bocan baca ceritaku ya, baik Nugraha Series atau cerita lainnya 🙏❤

Sebagai selingan, aku buat cerpen judulnya "BEWONDERAAR" baca yaa ~

"SURAT CINTA DARI DANIEL" juga sedang on going.

Kalian pilih Rum/Mira?

Pilih Dipoligami/Diselingkuhi?

Pilih Dikasih suami ganteng/kaya?

Suka cokelat/bunga?

Part pendek/part panjang?

Baca LTA jam berapa?

Askot kalian? Anak Jakarta ada? 🙋🏻😂😂

Happy reading ~

***

Bertahun-tahun tidak bertemu, membuatmu melupakan aku.

***

Rumaisha tersenyum. Dia melangkah, mendekati Kafka dengan rantang yang ia bawa dari rumah. Isinya adalah masakan restoran. Hijab hitamnya ikut terbang karena semilir angin. Rumaisha memiliki tahi lalat di sudut bibir. Karena itu, saat dia tersenyum terlihat begitu manis. Matanya cokelat terang. Tetapi, Rumaisha berjalan tidak seperti orang normal kebanyakan. Sekolah sih, tidak ada yang aneh. Tetapi jika diperhatikan, Rumaisha suka meringis saat kakinya dia bawa melangkah.

Kafka mundur dua langkah saat Rumaisha sudah dekat dengannya. Dia melihat sekitar, untung ramai. Ia tidak ingin orang sekitar berpikir yang macam-macam tentang dia. Semua orang kantor tahu kalau Kafka sudah beristri meski istrinya tidak sempurna. Tapi itu cukup bagi Kafka. Di matanya, Almira sangat sempurna untuknya. Kafka juga percaya, dia bisa memberikan apapun untuk menyempurnakan kisah cinta mereka.

"Aku bawain makan siang buat Mas," ucap Rumaisha. Dia memikirkan kata untuk berbicara lebih dekat pada Kafka. Seorang pria yang sudah sangat dia rindukan bertahun-tahun lamanya.

"Untuk apa kamu melakukan ini?" tanya Kafka dengan sorot mata tajam. Kafka tidak bisa membiarkan Rumaisha seenaknya seperti ini padanya. Rumaisha harus tahu kalau dia sudah beristri. Tidak mungkin ada ruang di hatinya. Apalagi memenuhinya.

"Karena.. Karena aku mau. Niatku baik menawarkan makan buat Mas Kafka. Buat makan siang. Mas Kafka belum makan kan?' tanyanya, terlihat percaya diri.

Padahal, Kafka memang belum makan siang. Salad dari Almira masih utuh.

Dan.. Kafka sama sekali tidak berniat memakan makanan dari Rumaisha. Apalagi menerimanya.

Tidak. Tidak akan pernah.

"Aku bisa makan siang dengan membelinya. Tidak usah bersikap seperti ini," tegur Kafka. Menolak halus. Dia mungkin kesal karena sikap Rumaisha. Tetapi dia tidak mungkin terang-terangan mengusir Rumaisha kan?

Setidaknya.. Kafka masih punya hati.

"Tapi aku sudah membawakannya untukmu, tolong terima lah Mas." Rumaisha menyodorkan rantang itu. Kafka terdiam.

"Aku memang tidak memasaknya sendiri. Tapi aku harap kamu menyukainya."

"Terima kasih, tapi aku tidak membutuhkannya. Kamu bisa memberikannya kepada yang lebih membutuhkan. Maaf, aku harus kembali." Kafka melenggang pergi. Meski terkesan angkuh tapi dia sama sekali tidak begitu. Kafka hanya menghindar, karena takut menimbulkan fitnah. Apalagi sampai Almira mendengar.

[NUG's 4✔] Lukisan Tentang Almira (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang