Chapter 23 | Masa Lalu

7.4K 656 31
                                    

Assalamulaikum, bismillah🙏💛

Ini double udpate yang saya janjikan semalam. Maaf baru saya publish karena semalam gak bisa langsung update. Udah saya ketik kok setengah. 😅

Gimana? Liat judulnya? Ada apa nih ada apa? Siapa masa lalu itu? Dan masa lalu siapa? Hahahhahaa jangan kesel yaakk😂😂😂

Insya Allah nanti sore update lg, tergantung mood saya jg dan kesibukan di RL😅😅😅

Jam berapa kalian baca LTA?

Apa perasaan kalian kalau ada update-an LTA?

Tim Kafka & Mira?

Atau Tim Kafka Rum?

Ini part surprise wkwk. Karena dari awal jg saya nggak nargetin cerita2 saya harus selesai di part sekian-sekian. Semuanya ngalir gitu ajaaa ~

Sejujurnya di klu sebelumnya, ada yg inget kaki Rum itu agak pincang kalau dilihat dr deket? Tp kalau jauh Rum keliatan normal. Nah, jawabanya ada disini (tapi setengah). Lengkapnya ada di part selanjutnya biar kalian penasaran😒😅😂😝😝

Kalau nemuin kata Kado, itu artinya Kafka yaakk.. 😂😂😂 ini keyboard nya suka gitu emngg haha..
Maaf banyak ttp bertebaran krn nggak saya cek lg.

Semoga suka yaaa...

Jgn lupa follow instagram saya, artharpuspita12.

Jgn lupa nabung buat ikutan PO novel ACA (Abi Anzar & Umi Amalia)🙏💕💕💕

Oke, udah vote belum?

Happy reading 😘 ~

***

Kekesalan Kafka semakin bertambah saat melihat Rumaisha datang, dengan membawa paper bag. Entah apa isinya itu. Kafka hanya tahu wanita itu mencoba menarik perhatiannya. Dengan kepala yang terasa panas, Kafka berdiri. Dia beranjak meninggalkan kantor dan hendak ke lapangan saja. Siap mendapat teguran dari atasannya, daripada harus berhadapan dengan Rumaisha.

"Kamu menghindariku, Mas," ucap Rumaisha, bahkan salamnya saja tidak dijawab oleh pria itu. Rumaisha sengaja datang kesini karena ia mendapat hatab libur setiap hari senin. Sebagai gantinya, minggu dia masuk. Mendapat shift sore dan malam jam sepuluh. "Aku bawa kue Mas. Buat kamu. Diterima ya," ujar Rumaisha terdengar tulus memang.

Kafka menjerit dalam hati. Mengapa hidupnya menjadi berantakan seperti ini? Dulu, kehidupannya tenang-tenang saja.

"Saya harus pergi." Kafka memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Membuat Rumah mengejarnya dengan pelan karena kakinya terasa nyeri. "Tunggu, Mas. Kamu belum nerima pemberianku."

"Aku nggak butuh. Kasih saja ke yang lebih membutuhkan," ujar Kafka ketus.

Rumaisha tidak bisa mengejar Kafka yang semakin menjauh karena kakinya akn sangat sakit bila dipaksakan. Maka, ia terpaksa berteriak. "Apa kamu sama sekali tidak mengingatku? Aku Andrina. Perempuan yang sejak dulu mengharapkan cintamu."

Deg.

Langkah Kafka otomatis terhenti. Andrina katanya? Rina? Dia perempuan itu? Masa iya? Tetapi.. Mereka berbeda.

Mereka sangat berbeda.

"Rina?" Kafka menoleh, lalu tertawa meledek. "Tidak mungkin. Rina dan Rum? Kalian berbeda. Wajah kalian berbeda. Kamu mencoba membohongiku, huh?"

"Jangan harap aku percaya." Kafka kembali melangkah, lalu dia kembali berhenti saat suara Rumaisha kembali terdengar.

"Apa kamu percaya kalau aku pernah kecelakaan?"

[NUG's 4✔] Lukisan Tentang Almira (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang