Chapter 25 | Bantuan

6.7K 753 204
                                    

Assalamualaikum, bismillah update! Maaf yaa baru update hihi... Dan kemungkinan minggu depan aku gak lancar update karena mau PAT. Gak sabar bentar lg lulus wkwk 😅

Syarat next : 300 vote + 150 komentar. Bisa? 🤗💛

Jadi, dua part sebelumnya kayaknya gak muncul notif yaa? Kalau gitu, aku bakal ksh tau lg lewat semua sosmed aku setiap update. Entah update cerita LTA, ataupun yg lain. Setuju gak? Biar muncul gitu notifnya. Kalian harus ramaiin lapak ini yah sebagai balasannya^^

Jawab pertanyaan random di bawah ini yaa ~ bantuin aku untuk kemajuan cerita ini.

1. Dari judul cerita ini, apa yang kamu fikirkan?

2. Apa ending yang harus aku buat untuk cerita ini?

3. Kalian setuju gak Kafka punya istri dua?

4. Kalian setuju kalau Kafka sama Mira adopsi anak?

5. Kalian setuju kalau Rum bantuin Mira?

Thanks udah jawab. #LoveKalian

Maaf kalau ada typo🙏
Kalau nemuin kata Mas Kado itu artinya Kafka yaa 😅

Udah vote belum? Kasih komentar? Kalau udah, langsung cuss baca ~

Selamat membaca, kesayangan KafkaMira❤❤❤

***

Selalu ada dua kemungkinan saat kita mengikuti kompetisi. Pertama, menang. Kedua, kalah. Pada opsi kedua, Tuhan menginginkan kita untuk lebih giat dalam mengejar apa yang kita inginkan. Tuhan selalu punya cara, bagaimana membuat kita bersyukur dengan apa yang Dia kehendaki. Hanya saja, terkadang hati kita terlalu penuh dengan titik-titik noda kesalahan, hingga membentuk kereta yang awalnya berwarna putih bersih, menjadi hitam pekat.

Hari ini, pengumuman ajang kontes pemotretan yang Almira ikuti beberapa minggu lalu. Dia tidak menang. Almira sedih, dia berharap banyak bisa memenangkan. Tetapi, Almira mencoba tersenyum. Masih ada kesempatan. Masih ada banyak sekali pendaftaran kalau dia mau mengikuti acara seperti itu.

Tetapi, entah mengapa semenjak hari itu, Almira tidak lagi memegang kamera. Tangannya kaku untukmembidik lensa seperti biasa. Almira kembali kehilangan harapan. Tetapi, semuanya memang salah dia. Almira yang memulai kobaran api pada hubungannya dengan Kafka. Membuat mereka berdua yang berjarak dekat, menjadi seperti dua orang yang tidak saling mengenal.

Di indahnya pagi, dengan suara kokok ayam tetangga yang masih saja terdengar, Almira membantu membuatkan suaminya sarapan meski hanya mengolesi lembar roti dengan selai cokelat. Almira dengan telaten dan sigap menaruh roti yang siap disantap itu pada Kafka. Kafka mengangguk, sebagai tanda terima kasih.

Mbak Ratna terkadang kasihan melihat dua orang itu berdua selama hanya berdua saja. Tetapi, dia bisa apa? Ia tidak mau ikut campur karena takut malah menimbulkan fitnah.

"Nanti Rumaisha akan datang kesini. Sekitar jam 10-an," ujar Kafka tiba-tiba. Membuat Almira yang hendak meminum susunya terhenti. Dadanya bergemuruh. Rumaisha? Akan datang ke rumah? Dan.. Kafka yang mengatakannya? Apa mereka bertemu? Kapan? Atau.. Jangan-jangan mereka chatting-an selama ini? Kenapa dia tidak tahu?

"Dia menemuiku di kantor kemarin." Kafka menjawab seolah tahu apa yang istrinya pikirkan. Bukannya mendapat petunjuk, Almira malah kebingungan. Dia terkejut. "Rum ke kantor kakak? Kok kakak gak bilang? Dia ngapain?"

[NUG's 4✔] Lukisan Tentang Almira (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang