Unknown Status
Chapter 12
- Menghindar -
----- 🥀 -----"Loh, kok sepi. Semuanya pada kemana, bik? Mami sama Papi kemana?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja saat pandangannya melihat meja makan itu kosong tanpa terisi satu orang pun disana. Aneh, tidak biasanya.
Bik Sri --asisten rumah tangga-- yang sedang menyajikan sarapan seketika menoleh saat pertanyaan itu terdengar. Senyum hangat ia berikan pada Bella yang sudah nampak rapi dan cantik dengan seragam sekolahnya. "Tuan gak pulang dari semalem, neng. Kalo Nyonya baru aja pergi tadi subuh. Katanya mau ke luar negeri, ada urusan mendadak. Terus Nyonya pesen, katanya uang jajan nanti bakal di transfer ke atm nya neng Bella."
Bella menghela nafas kasar, lalu mengangguk. Berjalan lesu menuju meja makan dan duduk di kursi. Menatap kosong makanan di depannya, adalah hal yang pertama kali gadis itu lakukan.
Kenapa kaya ada yang aneh? Papi gak pernah sekalipun absen untuk pulang ke rumah. Mami juga, biasanya kalo mau pergi kan selalu pamitan sama Bella. Ceramahin Bella panjang lebar hanya untuk ingetin jangan lupa makan.
"Dimakan atuh sarapannya, neng. Bibik mau ke atas dulu, mau bangunin si aden."
Bella menghela nafas lelah sekali lagi, matanya menatap ke atas, menerawang hal indah yang tanpa semuanya sadari perlahan mulai pudar.
Entah kenapa keluarganya akhir-akhir ini seperti saling menjauhi dan menghindar satu sama lain. Bahkan, Kevin juga menjadi pria yang pengekang. Selalu melawan segala perkataan yang di lontarkan Rey, Papanya.
Sebenarnya ada apa? Bella menggeleng. Ia harus mencari tau sendiri. Percuma jika ia bertanya, pasti kedua orangtua maupun Kakaknya tidak akan memberi tau apa yang sebenarnya terjadi dan selalu berkata bahwa semuanya baik baik saja.
"Woy! Bengong mulu!"
Lamunan Bella pudar seketika saat seruan itu terdengar. Bella mengusap dadanya pelan, menatap Kevin dengan benci."Ngagetin, ih! Kalo Bella jantungan, gimana?!" Bibir merah muda itu manyun, menandakan dirinya yang sedang kesal.
"Kok Abang udah siap aja? Abang gak mandi, ya?" Bella menatap Kevin dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan menyelidik.
Perasaan tadi Bik Sri baru saja pamit untuk membangunkan Kevin, tapi lihatlah sekarang, pria itu sudah rapi dengan seragam sekolah dibalut jaket kulit hitam yang menambah kadar ketampanannya.
Kevin mengedikan bahunya, duduk di bangku tepat di sebelah Bella. "Enak aja! Gue mandi, kok! Tapi mandi gue itu cepet, gak kayak lo yang berjam-jam."
"Ini, neng! Ayo dihabisin, kalo sampe gak dihabisin nanti Bibik laporin ke tuan, loh!" Sebuah piring berisi nasi serta lauk pauknya tersaji di hadapan Bella.
Bella mengangguk, menyantap sarapannya itu tanpa berselera.
----- 🥀 -----
"Loh, kok? Kenapa belok kesini?!" Pekik Bella saat mobil Kevin malah berbelok ke kanan, menuju sebuah perkomplekan yang nampak berjajar rumah-rumah mewah di dalamnya.
"Gue mau jemput Laura dulu." Jawab Kevin singkat seraya menepikan mobilnya ke depan sebuah rumah mewah bergaya eropa.
"Ih, Abang gak bilang kalo mau jemput Kak Laura!"
Kevin mengedikan bahunya, lalu beranjak turun dari mobil dan berjalab menghampiri rumah besar itu.
Bella menekuk wajahnya, melipat kedua tangannya di depan dada. Menunggu Kevin kembali dengan perasaan kesal yang menyelimuti.
"Pindah, sono!"
Bella berjengit kaget saat pintu di sebelahnya tiba-tiba terbuka, menampilkan Kevin dengan Laura di belakangnya.
"Harus?" Bella bertanya dengan nada menyedihkan, memasang tampang memelas andalannya.
Kevin berdecak, menunjuk bangku penumpang dengan dagunya. "Buruan!"
Bella bangkit dari duduknya, menghentikan kakinya kesal membuat Kevin terkekeh geli melihatnya.
"Kamu kalau mau di depan gak pa-pa, kok. Biar aku aja yang di belakang." Laura berkata dengan tidak enak.
Bella menggeleng, tersenyum tipis. "Bella aja yang dibelakang, Kak."
Mobil mulai melaju setelah semuanya duduk di tempat masing-masing.
Bella menatap jalanan diluar dengan sendu, menutup telinganya kesal saat kedua sejoli di depannya itu mulai membicarakan hal-hal romantis yang membuat Bella muak seketika. Apalagi perlakuan Kevin yang menurut Bella terlampau lembut pada Laura. Sangat-amat berbeda jauh dengan perlakuannya pada Bella.
Bella membulatkan matanya saat melihat tangan Kevin terulur, menyuruh Laura bersandar pada bahunya saat gadis itu berkata masih sangat mengantuk.
Huh, bisa-bisanya mereka melakukan itu dan bersikap seolah tidak ada Bella disana.
"Semuanya aja pacaran, sana! Cuma Bella sendiri yang jomblo!"
----- 🥀 -----
"Lah, tumben? Kemarin aja lo semangat empat lima ajakin kita ke kantin."
Bella sekali lagi menggeleng, menolak ajakan Hana dan Sean untuk pergi ke kantin.
"Yaudah, gue pergi dulu."
Setelah itu Hana dan Sean pergi meninggalkannya di kelas. Bella menatap sekitarnya, kelas saat ini sepi. Yang lain sudah sedari tadi bersemangat pergi ke kantin sejak bel istirahat berbunyi.
Bella yang sedang menidurkan kepala di antara lipatan lengannya di atas meja itu bergerak gelisah di tempatnya saat cacing-cacing di perutnya berbunyi, berteriak meminta makanan.
"Laper..." lirihnya pelan.
Bella menggeleng pelan, ia tidak bisa pergi ke luar kelas. Karena ia sedang menghindari seseorang. Dan cara satu-satunya agar bertemu orang itu adalah dengan tidak keluar kelas.
Tapi setelah berpikir beribu-ribu kali, akhirnya Bella menegakan tubuhnya, beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kantin dengan tergesa. Lebih baik ia menyusul Hana dan Sean dari pada mati kelaparan di kelas.
Tepat di depan pintu kantin, Bella bertemu orang yang sedang dihindarinya. Membuat badan mungil itu dengan refleks membalik dan hendak berlari sebelum cekalan di pergelangannya membuat Bella mengurungkannya seketika. Badan Bella berbalik, berhadapan dengan pria itu. Bella menatap lantai marmer di bawahnya, tak berani menatap mata cokelat indah milik pria tampan di depannya.
"Lo kenapa selalu menghindar setiap ketemu gue?"
Bella yang masih menatap ke bawah sana menggeleng.
Azka menghela nafas pelan, mengangkat dagu gadis cantik itu dengan telunjuknya. "Gue ada salah sama lo?"
Bella menatap manik coklat itu lekat, lalu menggeleng lagi. Masih enggan membuka mulutnya.
Azka mengerutkan keningnya, melepaskan cekalan itu, lalu beralih memegang kedua bahu Bella agar gadis itu menghadap padanya sepenuhnya.
"Terus... Kenapa lo menghindar gini?"
Bella menghela nafas pelan, lalu akhirnya berkata dengan pelan. "Bella takut dimarahin pacarnya Azka kalo kita masih aja deket-deket."
----- 🥀 -----
- UNKNOWN STATUS -
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Status [completed]
Подростковая литература[ COMPLETED ] [ REVISI ] "Why am I so afraid of losing you when we aren't even mine" ----- 🥀 ----- Laluna Bella terjebak masa lalunya yang menyesakkan, bahkan untuk sekedar diingat. Menjadi pelampiasan pria yang dicintainya sudah cukup membuat hat...