05

817 85 2
                                    

Jennie POV

Kini aku dan Hanbin sedang dalam perjalanan kedorm iKON.

Sungguh, ini pertama kalinya aku akan mengunjungi dorm iKON. Dan yang membuatku senang adalah Hanbin. Aku berada dimobil yang sama dengannya, hanya kami berdua dimobil ini.

"Tak bisakah kau berhenti menatapku?", tanyanya.

Eoh, sedari tadi aku memang hanya menatapnya saja tanpa ada niatan mengalihkan pandanganku kearah lain.

"Aku masih tak percaya hari ini aku pergi bersamamu.", kataku sambil tersenyum.

"Sebenarnya aku tak mau, tapi sajangnim menitipkanmu padaku. Aku bisa apa? Appamu adalah atasanku.", kata Hanbin.

"Jadi, kau mau membawaku pergi karena terpaksa?", tanyaku.

"Jika begitu, antarkan aku pulang saja.", perintahku.

"Yak! Apa kau tak dengar? Sajangnim menitipkanmu padaku, itu artinya hari ini kau harus bersamaku. Walau aku tak mau, aku tak bisa menolak keinginan atasanku.", kata Hanbin.

"Lalu, apa semalam kau juga terpaksa?", tanyaku.

"Kenapa kau membahasnya? Lupakan saja, yang perlu kita lakukan hanyalah jalani hari-hari kita kedepannya.", kata Hanbin.

"Mwo? Jalani?", tanyaku tak mengerti.

Semudah itukah dia berkata 'jalani'?

"Yak! Apa memang kau terpaksa? Appa memaksamu kan? Katakan padaku! Aku akan membicarakannya dengan appa, agar pernikahan kita batal.", kataku.

Geurae, appa pasti memaksa Hanbin. Tak mungkin orang yang tak mengenalku tiba-tiba berkata ingin menikahiku.

"Sudah kukatakan untuk tidak membahasnya! Lagi pula bukankah jika kita menikah, kau senang?", tanya Hanbin.

Aku memang senang, tapi aku menjadi sedih jika kau terpaksa melakukannya.

"Baiklah, tak perlu kita bahas lagi. Lebih baik kau antarkan aku pulang, atau jika tidak ... turunkan saja aku sekarang. Aku bisa pulang menggunakan taksi.", kataku.

"Dan aku akan membicarakannya dengan appa, agar pernikahan kita batal.", lanjutku mantap.

Ais, entah kenapa aku bisa mengatakan itu dengan mudahnya?

Yak! Bukankah ini kesempatan? Karena appa, aku bisa menikah dengan idolaku.
Tapi sekali lagi pikiranku hanya berputar tentangnya. Aku tak ingin dia menikahiku karena terpaksa.

Aku tau dia menyukai seseorang. Seseorang yang memang lebih segalanya dariku.
Aku bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengannya.
Aku bukan siapa-siapa tanpa appa.

Jennie POV End

Hanbin POV

"Kenapa kau membawaku kesini?", tanyanya saat aku sudah menyeretnya masuk ke dalam dorm.

"Lakukan apapun yang ingin kau lakukan, tapi jangan coba-coba masuk kekamarku!", perintahku lalu meninggalkannya begitu saja.

Aku pergi kekamarku untuk berganti pakaian tanpa lengan, karena aku merapa panas setelah melakukan dance tadi.

"Yak! Sedari tadi kau mengabaikanku.", katanya yang tanpa permisi langsung masuk kekamarku.

"Omo!", teriaknya sambil menutupi matanya dengan kedua tangannya.

Aku yakin, dia seperti itu karena melihat tubuh polos bagian atasku.

Dengan begitu, aku langsung memakai baju tanpa lenganku.

"Yak! Apa kau tak dengar apa yang kukatakan tadi?", tanyaku kesal.

"Jangan masuk kekamarku!", ulangku.

"Mian, aku tak tau jika kau akan melepas bajumu seperti itu.", katanya.

"Mau apa kau kesini?", tanyaku sambil menghampirinya.

"Apa kau sudah memakai bajumu lagi?", tanyanya.

"Eoh, sudah.", kataku.

Lalu, dia menurunkan tangannya dan membuka matanya.

"Em, mian. Tapi kenapa kau mengabaikanku?", tanyanya.

"Yak! Jey ....", ucapanku terpotong olehnya.

"Jey?", tanyanya.

"Jeyi.", kataku.

"Siapa Jeyi?", tanyanya.

"Kau.", kataku.

"Aku?", tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Mwoya? Apa aku salah? Bukankah namanya adalah Jeyi? Kim Jeyi?
Ais, sebenarnya sapa namanya? Aku lupa.

"Aku Jennie. Cih, lihatlah. Bagaimana bisa ada seorang pria yang ingin menikahi wanita, tapi dia tak tau nama wanita itu?", tanyanya.

Nugu? Jennie? Ah, nama yang indah. Namanya sangat cocok dengannya yang sangat cantik.

"Aniya! Aku ini berpikir apa?", tanyaku (dalam hati), sambil mengerakkan kepalaku kekanan dan kekiri.

"Wae? Kau ingin mengabaikanku lagi?", tanyanya.

"Bisakah kau tak membahasnya?", tanyaku.

Dan dia hanya menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri sebagai jawaban.

"Lupakan saja! Lebih baik kita bahas tentang pertunangan kita.", kataku.

"Mwo? Yak! Kau ini tinggal jujur saja padaku apa susahnya?", tanya Jennie.

"Jujur? Jujur tentang apa?", tanyaku.

"Kau dipaksa oleh appa untuk menikahiku kan?", tanyanya.

"Aniya, itu keinginanku sendiri.", kataku bohong.

"Aku tau kau, Hanbin-ah.", kata Jennie.

"Kau siap menikah jika sudah melewati masa wajib militermu. Sedangkan sekarang? Usiamu bahkan baru 20 tahun.", lanjut Jennie.

"Dan juga, sebenarnya bukan aku yang ingin kau nikahi kan? Tapi, Kim Jiwon. Aktris cantik itu kan?", tanyanya.

Mwo? Dia tau semuanya? Dan lagi, kenapa Jiwon noona disangkut pautkan dalam masalahku dengannya?

"Bisakah kau tak menyangkut pautkan Jiwon noona dalam masalah kita? Aku tak suka!", kataku serius.

"Kau sangat menyukainya, sampai-sampai kau tak suka aku membahasnya?", tanya Jennie.

"Jujurlah padaku, Hanbin-ah. Aku seperti ini karena tak ingin kau terbebani dengan pernikahan kita.", kata Jennie.

"Jujur padaku, dengan begitu aku akan membicarakannya dengan appa. Agar kita tak perlu menikah.", lanjutnya.

"Ais, ku lapar.", kataku mengalihkan pembicaraan.

"Setelah aku selesai makan, kita bahas pertunangan kita. Dan jangan membantah, turuti saja aku!", perintahku.

Setelah itu aku keluar dari kamar untuk mencari Yunhyeong hyung. Aku benar-benar lapar, karena aku belum sarapan dirumah.

Eomma memang membuatkanku sarapan, tapi karena aku bangun sedikit terlambat ... akhirnya sarapanku dimakan oleh adikku.
Eomma yang tau adikku memakan sarapankupun akhirnya membuatkan sarapan lagi untukku, tapi aku benar-benar akan terlambat jika harus sarapan terlebih dahulu.

Karena prinsipku, lebih baik menunggu daripada ditunggu.

Dan itu juga karena aku takut pada Yang sajangnim.

Hanbin POV End
.
.
.
TBC.

Gimana part 5nya all? 😁 Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

My Love is a StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang