34

893 101 15
                                    

Author POV

Setelah sampai didorm, Hanbin langsung meneriakki nama Jennie.
Tapi, tak ada sautan dari Jennie ataupun penghuni dorm lainnya.

Lalu, tanpa berpikir lagi Hanbin langsung pergi kekamarnya.
Dan betapa terkejutnya dia saat melihat banyak bercak darah di lantai yang mengarah ke kamar mandi.

"Jen, kau didalam?", teriak Hanbin sambil menghampiri kamar mandi.

Tapi tetap saja tak ada sautan dari dalam kamar mandi.

"Yak! Kau didalam kan, Jen? Jawab aku! Atau akan kubuka secara paksa pintu ini.", kata Hanbin serius.

Hanbin benar-benar takut terjadi sesuatu pada Jennie.

"Baiklah, aku akan membukanya secara paksa.", kata Hanbin pada akhirnya.

Lalu, dengan tenaga penuh Hanbin membenturkan tubuhnya kearah pintu.
Beberapa kali gagal sampai akhirnya pintu terbuka dengan keras.

"Hahaha ....", terdengar tawa seorang wanita yang berdiri dengan memegang ponselnya.

"Yak! Sialan! Kau mengerjaiku?", tanya Hanbin emosi.

Lalu dengan cepat Hanbin merebut ponsel wanita itu. Dia berniat ingin membanting ponsel milik wanita itu.

"Hanbin-ah, apa kau gila?", tanya wanita itu yang tak lain adalah Jennie.

Lalu, Jenniepun kembali merebut ponselnya dari tangan Hanbin.
Setelah itu, Jennie memutar video yang menampilkan ekspresi Hanbin saat pintu berhasil terbuka dengan paksa.

"Yak! Lihatlah, ekspresimu sangat lucu.", kata Jennie sambil tertawa terbahak-bahak.

"Apa kau tak tau, aku sangat khawatir padamu. Tapi apa? Kau malah mengerjaiku.", kata Hanbin kesal.

Lalu, Hanbin pergi meninggalkan Jennie.

"Hanbin-ah, tunggu!", teriak Jennie sambil mengejar Hanbin.

"Aku melakukan ini agar kau kembali, karena ada sesuatu yang harus kujelaskan padamu. Dan ada 1 hal penting yang harus kau tau juga.", kata Jennie.

"Aku sudah tau, kau dating dengan Kai EXO. Apa lagi yang harus kau jelaskan?", tanya Hanbin yang kembali emosi.

"Apa kau sudah tak mencintaiku lagi karena kau sudah menjadi artis? Hahaha ... aku memang tak selevel dengan Kai EXO. Kai EXO sangat terkenal, dia multitalent. Dia juga sangat tampan. Sedangkan aku? Aku tak bisa apa-apa. Aku berada di YG Ent., itu hanyalah sebuah keberuntungan.", kata Hanbin.

"Hanbin-ah, kau tak seharusnya merendahkan dirimu sendiri seperti itu. Kau juga multitalent dan tampan. Mungkin kau merasa kau kurang terkenal sekarang, tapi suatu saat nanti kau pasti akan lebih terkenal dari sekarang.", kata Jennie.

"Dan kau harus ingat baik-baik, bahwa aku hanya mencintaimu. Aku tak pernah ada niatan berpaling darimu. Bahkan jika kau menyakiti hatiku sekalipun, aku akan tetap mencintaimu.", lanjut Jennie.

"Benarkah?", tanya Hanbin memastikan.

"Hem, apa kau tak percaya padaku?", tanya Jennie.

"Apa jika aku berbohong, kau akan memaafkanku? Apa kau akan tetap mencintaiku?", tanya Hanbin hati-hati.

"Eoh, tentu saja.", kata Jennie mantap.

"Yak! Apa jangan-jangan selama ini kau membohongiku? Tentang apa?", tanya Jennie yang tiba-tiba mencurigai Hanbin.

"Em, aku ... aku ...  Yak! Kenapa jadi kau yang mengintrogasiku? Kau harus jelaskan tentang foto ini!", kata Hanbin mengalihkan pembicaraan sambil memperlihatkan ponsel yang menampilkan sebuah foto Jennie dan Kai yang duduk disebuah taman.

"Ais, tenang saja. Aku akan menjelaskannya. Tapi sebelum itu, aku akan memberikanmu sesuatu.", kata Jennie.

"Mwoga?", tanya Hanbin.

Tanpa menjawab pertanyaan suaminya, Jennie langsung berlari kekamar mandi untuk mengambil test packnya.

"Igo.", kata Jennie sambil memberikan test pack itu pada Hanbin saat dia sudah kembali dari kamar mandi.

"Test pack? Apa jangan-jangan, kau ....", kata Hanbin gantung sambil menatap Jennie.

"Lihatlah sendiri.", kata Jennie.

"Yak! Kau hamil, Jen.", kata Hanbin terkejut saat melihat hasil test pack itu.

"Eoh, kita akan memiliki anak Hanbin-ah.", kata Jennie puas.

"Kuharap dia perempuan.", lanjut Jennie.

"Ani, laki-laki. Aku ingin anak laki-laki.", kata Hanbin.

"Yak! Perempuan! Aku sudah menginginkannya sejak lama.", kata Jennie tak mau kalah.

"Ais, baiklah. Perempuan. Semoga saja Tuhan memberikan kita anak perempuan.", kata Hanbin mengalah yang membuat Jennie tersenyum puas.

"Ah, iya. Jadi begini, hari ini aku sengaja pergi tanpa pamit padamu karena aku ingin memberimu kejutan. Kejutan yang kumaksud adalah ini.", kata Jennie sambil mengusap-usap perutnya yang masih datar.

"Bukan itu.", lanjutnya sambil menunjukkan ponsel Hanbin yang masih menampilkan fotonya dengan Kai.

"Jadi, kau pergi bersama Jisoo untuk membeli test pack?", tebak Hanbin.

"Kau benar dan juga salah.", kata Jennie.

"Mwo?", tanya Hanbin tak mengerti.

"Aku memang pergi untuk membeli test pack, tapi aku hanya pergi sendiri. Tadi, aku berbohong padamu. Aku bilang aku pergi bersama Jisoo eonni agar kau tak marah, tapi kau malah semakin marah dan pergi meninggalkanku begitu saja.", kata Jennie.

"Mianhae, aku terlalu emosi. Jujur aku sangat kecewa padamu tadi, bahkan aku sempat berpikir untuk menceraikanmu. Karena kupikir kau mungkin sudah tak mencintaiku lagi.", kata Hanbin.

"Sekarang, aku sedang mengandung anakmu. Apa kau tega ingin menceraikanku? Padahal, kau tau bahwa aku hanya mencintaimu.", kata Jennie sambil menundukkan kepalanya.

"Itu hanya niatanku saja, setidaknya aku tak benar-benar menceraikanmu. Lagipula, aku sudah tau cerita yang sebenarnya. Dan aku lebih percaya padamu daripada berita sialan itu. Jadi, kau tenang saja. Kita tak akan berpisah.", kata Hanbin sambil memeluk Jennie.

Jenniepun membalas pelukan suaminya itu.

"Lalu, bagaimana dengan darah itu?", tanya Hanbin sambil menunjuk bercak darah dilantai kamarnya.

"Ani, itu bukan darah. Itu hanya obat merah.", kata Jennie sambil terkekeh.

"Mwo?", tanya Hanbin tak percaya.

"Eoh, itu semua adalah ide June. Tadi aku sedang minum didapur, lalu June menghampiriku. Dia menanyakan tentang berita itu, apakah benar atau tidak. Lalu, aku menjelaskan padanya. Aku juga meminta bantuannya agar kau mau kembali. Lalu June menyuruhku untuk mengancammu dengan bunuh diri. Dan lihatlah sekarang, kau ada dìhadapanku.", kata Jennie puas.

"Apa kau memang sangat takut kehilangan kami?", tanya Jennie.

"Yak! Tentu saja. Siapa suami didunia ini yang senang kehilangan istrinya?", tanya Hanbin.

"Ah, jadi 'kami' yang kau maksud adalah anak kita?", tanya Hanbin lagi saat smmenyadari sesuatu.

"Eoh.", jawab Jennie singkat.

"Karena situasinya sudah seperti ini, bagaimana jika kita publikasikan saja hubungan kita?", tanya Hanbin.

"Aniya!", jawab Jennie dengan cepat.

Author POV End
.
.
.
TBC.

Gimana part 34nya all? 😁 Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏🏻

My Love is a StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang