[2] Putri Es Kutub

146 29 21
                                    

Rheananta Asmaranda Raharja, biasa dipanggil Rhea. Anak bontot dari tiga bersaudara yang memiliki paras cantik dan otak yang cemerlang. Ayahnya bernama Ananda Raharja, seorang mantan pilot angkatan udara Indonesia. Dan ibu? Ibu nya meninggal karna korban kecelakaan pesawat tujuan Indonesia-USA. Rhea tinggal bersama ayahnya, Nanda dan nenek nya, puspa di sebuah perumahan elit di kota metropolitan.

Pertengkaran yang Nanda dan Puspa ciptakan sudah menjadi tontonan sehari-hari Rhea di pagi hari. Menurutnya tidak ada hal yang lebih membosankan dari pertengkaran itu.

"Eh ... cucu eyang sudah turun. Mau berangkat sekolah ya? Sini-sini kita sarapan dulu." ujar Puspa melambaikan tangan pada Rhea.

Puspa memang begitu menyayangi cucu perempuannya itu. Terlebih karna dirinya begitu mirip dengan putrinya.

Rhea tak menanggapi Puspa, matanya tertuju pada seorang lelaki yang sibuk membuat sarapan di dapur. Dengan malas Rhea melangkah mendekati lelaki itu.

"Bi Minah sakit?" Rhea berdiri tepat di samping lelaki itu.

"Bi Minah lagi nyuci dibelakang." jawab lelaki itu yang sibuk mengocok telur di mangkuk.

"Biar Rhea yang masak. Ayah duduk saja!" Pinta Rhea sambil mengecilkan api kompor.

"Tidak usah sayang, biar ayah saja. Nanti seragammu bisa kotor." ujar Nanda sambil menepis tangan Rhea pelan.

Rhea tak menjawab, ia langsung menjauh dan duduk di meja makan. Rhea bukanlah tipe gadis yang suka mengulang apa yang ia lakukan dan katakan. Menurutnya sekali tidak tetaplah tidak.

"Cucu Eyang kapan lomba olimpiade lagi?" tanya Puspa sambil mengelus punggung Rhea.

"Blom tahu." jawab Rhea singkat.

Beberapa menit kemudian, Nanda datang membawa dua porsi nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya.

"Ehm." Dehem Puspa.

"Hari ini nasgor rasa apa ya chef Nanda? Nggak kasinan lagi kan pastinya." tanya Puspa sinis.

Nanda terdiam. Hari ini ia ingin sesekali menyenangkan putrinya tanpa harus bertengkar dengan Ibu mertuanya. Ia tidak ingin putrinya berangkat ke sekolah dengan amarah seperti biasanya.

"Enak sayang?" Nanda mengelus pucuk rambut putrinya.

Rhea hanya memanggutkan kepala sambil mengunyah nasi goreng itu dengan pelan. Gadis ini memang benar-benar mempunyai sikap dingin dengan semua orang. Tapi tetap saja paras cantiknya mampu membius setiap kaum adam untuk berkenalan dengannya.

Tiba-tiba Puspa menyemburkan nasi goreng dari mulutnya. "Bbbttth ... nasgor apa ini? Kenapa rasanya pahit begini?"

"Ibu ini apa-apaan sih! Kalau Ibu nggak mau makan masakan aku, nggak usah bikin aku emosi pagi-pagi kayak gini dong." ujar Nanda marah.

"Emosi? Justru saya yang emosi karna makan nasgor kamu yang pahit itu." ujar Puspa meninggikan suara.

"Ibu kenapa sih, selalu memulai pertengkaran seperti ini?" tanya Ayah Rhea tak habis pikir.

"Karna kamu bukanlah menantu yang baik. Karna kamu putriku Ratih meninggalkan aku." ujar Puspa menyalahkan Nanda.

"Dia tiada karna kecelakaan, bukan karna aku. Kenapa Ibu selalu menyalahkan aku?" tanya Nanda geram.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang