Hallo readers🤗 Duh author telat Update nya nih. Maklum lah karna gangguan sinyal. Sinyalnya baru GSM [Geser Sedikit Mati] hehe:v
🌿🌿🌿
Hiks... Hiks...
Rhea duduk disebuah bangku taman dekat komplek rumahnya. Terdengar Rhea masih sesenggukan usai perdebatan Nanda dan Puspa saat makan malam di rumah tetangga baru alias Daniel."Kenapa bun hiks ... kenapa bunda nggak nyelesein masalah antara hiks ... ayah dan nenek sebelum bunda mutusin pergi ninggalin kita?" tanya Rhea, sesenggukan.
"Kenapa bun? Kenapa?" tanya Rhea mulai berteriak sekeras mungkin.
Di sisi lain, ternyata Daniel sudah berdiri tak jauh dari taman itu. Memandang Rhea dalam-dalam. Perasaan Daniel semakin campur aduk mendengar gadis itu berteriak kalang kabut.
Daniel kembali menatap gadis itu dengan iba. Ditangan Daniel tergenggam sebuah ponsel, yang tak lain adalah ponsel milik Rhea yang tertinggal di meja makan tadi.
Perlahan tapi pasti Daniel mulai mendekati Rhea. Ia sedikit gugup kalau kedatangannya akan ditolak mentah-mentah lagi oleh Rhea.
"Re...." Panggil Daniel perlahan.
Rhea sangat hafal suara itu. Suara yang terus mengganggu gendang telinganya. Secepat mungkin gadis itu mengusap air matanya. Ia tak ingin memperlihatkan segala kesedihan yang ia miliki pada orang lain kecuali Rani sahabatnya.
Daniel mencoba mendekat dan duduk di samping Rhea. Tak ada penolakan dari Rhea. Gadis itu tetap memalingkan wajahnya dari Daniel. Sesekali bibir Rhea masih bergetar sesenggukan.
"Gue--"
"Ngapain lo kesini?" Rhea kembali bertanya dengan nada ketusnya.
Daniel tersenyum. Mengelus pelan pucuk kepala Rhea. Dan membuat Rhea kaget buka main. Namun dengan cepat gadis itu menepis tangan Daniel dengan kasar.
"Apaan sih lo!" Seru Rhea menepis tangan Daniel dengan kasar.
"Gue tahu lo lagi sedih. Gue juga tahu lo butuh temen buat crita." ujar Daniel lembut.
"Gue siap kok dengerin duka lo sekarang." Dengan percaya diri Daniel mengatakan itu pada Rhea.
Rhea terdiam, tatapan nya lurus ke depan. Masih tetap tak mempedulikan perkataan Daniel. Kelopak matanya masih terlihat basah dan sedikit bengkak.
"Re..." Panggil Daniel yang membuyarkan lamunan Rhea.
"Kalau lo mau crita, gue siap dengerin sem--" Ujar Daniel sambil menepuk bahu Rhea.
"Nggak." sarkas Rhea ketus.
"Gue tau lo lagi sed--."
"Nggak usah sok tau." jawab Rhea mulai kesal.
Tanpa Rhea sadari air mata mulai menetes kembali di pipinya. Daniel yang melihat itu segera mengusap air mata Rhea dari pipinya. Membuat sang pemilik terdiam menatap Daniel. Ia berpikir kenapa lelaki di sampingnya ini terus berlaku baik padanya.
Ibarat air tuba dibalas air susu. Rhea yang selalu bersikap tidak baik namun Daniel malah selalu bersikap baik dan lembut padanya.
"Gue mohon jangan nangis lagi." Pinta Daniel sambil menangkup pipi Rhea.
Tak ada penolakan dari Rhea. Rhea mulai hanyut dengan sikap dan perkataan Daniel. Ya itulah perempuan, terkadang hatinya sama seperti batu. Tapi sekeras apapun batu, jika di tetesi air terus menerus perlahan akan menjadi lunak.
"Gue janji akan menjadi pendengar yang baik." ujar Daniel sambil memeluk Rhea.
Masih tak ada penolakan dari Rhea. Bahkan ia mulai menyandarkan dagunya ke bahu Daniel.
Rhea kembali merasakan pelukan seorang kakak yang telah lama hilang. Ia benar-benar merindukan pelukan lembut seperti ini. Pelukan yang selalu dapat menenangkan hatinya yang sedang kalangan kabut.
Setelah beberapa saat berlalu, Rhea baru tersadar kalau dia dalam pelukan Daniel bukan kakaknya. Secepat mungkin Rhea mendorong Daniel dengan kasar.
"Ngapain sih lo meluk-meluk gue?" Tanya Rhea kembali ketus.
"Tapi kamu juga nyaman kan?" Daniel tersenyum penuh kemenangan.
Rhea terdiam, ia bingung harus menjawab bagaimana. Karna faktanya memeng benar. Entah mengapa Rhea merasa nyaman dalam pelukan dan dekapan Daniel. Ia merasakan sosok kakaknya yang selama ini dia rindukan berada dalam diri Daniel.
Daniel tersenyum penuh kemenangan. Karna untuk pertama kalinya putri es di depannya itu terdiam tak bisa membantah pernyataan yang dia katakan.
"Jadi gimana?" tanya Daniel sambil menatap Rhea.
"Gimana apanya?" tanya Rhea tak paham.
"Boleh kan kalau gue ngenal lo lebih deket?" tanya Daniel untuk sekian kalinya.
"Nggak." Secepat mungkin Rhea menjawab dengan nada ketusnya.
"Yaudah." ujar Daniel kecewa.
Tanpa mempedulikan Daniel Rhea langsung nylonong pergi tanpa pamit. Daniel yang melihat tingkah Rhea hanya melongo. Bagaimana mungkin ada seorang gadis yang benar-benar mati rasa seperti Rhea?
"Re." Panggil Daniel yang menghentikan langkah Rhea.
Rhea menghela napas kasar. "Apa?" tanya Rhea tanpa membalikkan badannya.
"Hadap sini bentar!" Pinta Daniel yang sudah berdiri di belakang Rhea.
Dengan terpaksa Rhea membalikkan badannya. Ia merasa kaget karna Daniel sudah berada di hadapan nya.
Daniel yang melihat Rhea kaget hanya terpekik. Lelaki itu mencoba lebih mendekatkan dirinya pada Rhea. Membuat Rhea semakin mundur, mundur, dan mundur sampai Rhea terpojok.
Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Rhea. Membuat Rhea memejamkan matanya. Rhea takut kalau Daniel akan berbuat macam-macam padanya.
Satu menit lebih Rhea memejamkan matanya. Namun tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk membuka matanya.
Rhea terkejut dan melongo melihat Daniel menunjukkan sebuah ponsel tepat di depan wajahnya, disertai senyum yang sulit diartikan oleh Rhea.
"Gue cuma mau ngasih ponsel lo yang ketinggal di meja makan tadi." ujar Daniel dengan senyum khasnya.
Seketika wajah Rhea menjadi pucat pasi mendengar penjelasan Daniel. Rhea pikir Daniel akan mencium atau memberikan pelajaran pada dirinya karna dia selalu bersikap ketus pada Daniel.
"Gue nggak akan berbuat macam-macam ke elo. Karna..." ujar Daniel menggantung.
"Karna?" tanya Rhea menirukan.
"Karna gue takut sama putri es." ujar Daniel sambil senyum pepsodent.
Plak...
Satu tamparan mendarat tepat di pipi kiri Daniel. Membuat Daniel meringis kesakitan. Tanpa mempedulikan Daniel, Rhea langsung melenggang pergi. Tak lupa ia menyaut ponsel nya dari tangan Daniel."Re..." Panggil Daniel menahan Rhea.
"Apa lagi?" tanya Rhea tanpa merasa bersalah.
"Tangan lo pedes banget sih. Lebih pedes dari mulut lo." Jelas Daniel sambil mengelus-ngelus pipi kanannya.
Rhea tak menjawab apapun. Ia langsung pergi meninggalkan Daniel yang masih meringis kesakitan di taman itu.
Duh perih banget tu pipi. Pake ditampar segala sama Rhea. Mana namparnya keras banget lagi. Jadi pengen author tampar balik deh hehe😂
Jangan lupa follow instagram ku ya @landrika10._
![](https://img.wattpad.com/cover/205887325-288-k141539.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Teen FictionAKAN DIREVISI SETELAH PART 20 Rheananta Asmaranda Raharja, Seorang PUTRI ES berhati batu yang tidak pernah mengenal CINTA sebelumnya. Sampai dirinya bertemu dengan Daniel Wijaya, PANGERAN TAMPAN yang selalu mengusik kehidupannya. Merubah segala ke...