[15 ] Terimakasih

19 2 0
                                    

Dengan sayu Rhea mulai membuka matanya. Kepalanya terasa pening dan tubuhnya begitu lemas.

"Re, lo udah bangun?" tanya Daniel yang berdiri di samping Rhea.

"Minum dulu! lo pasti masih pusing." ujar Daniel mendekatkan gelas ke bibir Rhea.

Tanpa berkata apapun, Rhea langsung meminum air itu lewat tangan Daniel. Untuk beberapa detik hal itu sangat biasa bagi Rhea, sebelum kedua sahabatnya mulai tersenyum penuh arti kepada dirinya. Mungkin bisa dibilang meledak, atau apanya?

"Udah?" tanya Daniel saat Rhea mendorong gelas itu pelan.

Rhea menganggukkan kepalanya. Posisinya sekarang masih diatas ranjang UKS dan bersandar di tembok. Gadis itu masih terlihat pucat usai pingsan tadi.

"Lo mau makan?" tanya Daniel pada Rhea.

"Enggak." jawab Rhea singkat.

Daniel menyipitkan matanya. Melihat gerakan kecil yang Rhea ciptakan. Sesekali gadis itu tengah memegang perutnya yang terasa mual. What? Kenapa mual?

"Perut lo kenapa?" tanya Daniel khawatir.

"Ngg--"

"Rhea itu punya riwayat sakit maag." Timpa Rani berjalan mendekati Rhea.

"Ohya?" tanya Daniel sedikit kaget.

Rani menganggukkan kepalanya. Sedangkan Daniel berpikir, pasti gadis itu belum sarapan sampai dia pingsan dan maag nya kambuh.

"Tadi pagi udah sarapan belom?" tanya Daniel pada Rhea.

Rhea menggelangkan kepalanya sambil terus memegangi perutnya yang terasa mual.

"Cie ... Daniel romantis banget sih, pake nanyain udah makan apa belom." ujar Amanda sambil berjingkrak ria layaknya anak kecil yang mendapat permen loli.

"Manda...." Panggil Rani kesal.

"Selamat pagi." ujar seorang dokter yang tiba-tiba masuk ke bilik UKS Rhea dan membuat orang di dalam bilik itu kaget bukan main.

"Eh ... pagi Dokter Arman." jawab Rani sopan.

"Eh ... Bapak dokter tampan hehe....." jawab Amanda yang malah terkesan centil.

Rani memutar bola matanya malas. Antara menyesal dan malu memiliki sahabat seperti Amanda. Mungkin itulah yang dipikirkan Rani saat itu juga.

"Saya dipanggil ke sisi untuk memeriksa--"

"Rhea. I-iya kan dok?" tanya Daniel memotong perkataan Dokter Arman.

"Iya benar." jawab Dokter Arman sambil tersenyum.

Tak lama Dokter Arman mengeluarkan alat tensi dan stetoskop dari tasnya. Ia memeriksa keadaan Rhea dengan teliti. Ia juga sedikit menekan dan menepuk perut Rhea pelan.

Dokter itu mengeluarkan obat yang entahlah obat apa. "Beri dia ini. Tapi sebelum itu pastikan dia makan terlebih dahulu." ujar dokter itu serius.

"Tapi Rhea gpp kan dok?" tanya Daniel yang penasaran dengan kondisi Rhea.

"Nggak papa. Maag yang kambuh masih tergolong ringan. Istirahat sebentar dan minum air hangat, akan sembuh nanti." ujar dokter itu santai.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang