Daniel berjalan dengan langkah lebar-lebar, melewati beberapa siswa yang menatapnya dengan tajam. Mungkin karna efek di lapangan tadi. Seorang murid baru yang berani menghajar leader SMA Merpati Bangsa.
"Daniel!" Seorang gadis meneriakinya dengan lantang.
Daniel membalikkan tubuhnya masih dengan rasa kesal yang terus terbawa sejak di lapangan basket tadi.
"Lo gpp kan? Kita tadi ngelia--"
"Nggak usah sok peduli sama gue! Gue nggak butuh rasa iba dari kalian berdua!" Sarkas Daniel dengan nada tinggi.
Salah satu gadis itu menarik lengan Daniel. "Heh!"
"Lepasin gue Rani!" Pinta Daniel penuh penekanan.
"Nggak!" jawab Rani makin keras kepala.
"Amanda, lo bisa bilangin ke temen lo kan?" tanya Daniel pada Amanda.
Amanda yang melihat belati di mata Daniel, hanya melotot ketakutan tanpa bisa berkata apapun. Lelaki itu kini benar-benar sedang marah.
"Denger ya! Kita tau lo lagi marah, tapi nggak seharusnya lo lampiaskan itu sama kita." ujar Rani yang kini mendadak kesal dengan sikap Daniel.
Amanda menarik napasnya dalam-dalam. "Niat kita sebenernya baik kok, cuma mau nanya keadaan Da-Daniel. Ta-tapi..."
"Udah Man, nggak guna ngomong sama ni orang." Rani menarik tangan Amanda untuk pergi meninggalkan Daniel.
Daniel mengacak-acak rambutnya frustasi. Emosinya mendadak susah terkontrol sejak kejadian di lapangan tadi.
***
"Re...." Panggil Rani lirih.
"Kenapa?" tanya Rhea yang terus fokus mengerjakan soal matematika.
"Lo nggak mau ... jelasin ke Daniel?" tanya Rani ragu.
Rhea menghentikan aktifitas menulisnya. "Jelasin apa?"
"Tentang Kak An--"
"Kak Ando?" tanya Rhea to the point.
Rani menganggukkan kepala. Mengiyakan pertanyaan sahabatnya itu. Sedangkan Rhea malah membiarkan perbincangannya tergantung tanpa klimaks atau penyelesaian.
Rani kembali berdecak kesal. "Selalu."
"Emang gue harus jelasin apa sama dia?" tanya Rhea tiba-tiba.
Rani mendenggus pelan. "Emang lo nggak liat apa? seberapa frustasinya dia liat lo malah pergi sama kak Ando tanpa melirik Daniel sedikitpun."
"Gue tau Re, lo nggak suka sama Kak Ando. Lo cuma mau balas budi sama dia. Tapi Daniel? Dia kan nggak tau apa-apa." ujar Rani kembali.
Rhea terdiam, memikirkan apa yang dikatakan sahabatnya, Rani. Rhea memang keras kepala saat berdebat dengan orang lain, tapi tidak dengan sahabatnya itu.
Sekilas Rhea melirik Daniel yang sedari tadi menyandarkan kepalanya di meja sambil sesekali memutar-mutar bolpoinnya. Lelaki itu tidak seperti biasanya, yang terus mengganggu Rhea. Ia lebih diam dan terlihat kusut.
"Mending pulang sekolah nanti, lo coba ngobrol sama dia." Celetuk Rani tepat di dekat telinga Rhea.
***
"Tunggu!" Cegat Rhea tepat berada di depan motor Daniel.
Daniel langsung membuka helemnya saat melihat gadis yang didambakannya hadir di hadapannya. Terlihat Daniel menjadi sumringah detik itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Teen FictionAKAN DIREVISI SETELAH PART 20 Rheananta Asmaranda Raharja, Seorang PUTRI ES berhati batu yang tidak pernah mengenal CINTA sebelumnya. Sampai dirinya bertemu dengan Daniel Wijaya, PANGERAN TAMPAN yang selalu mengusik kehidupannya. Merubah segala ke...