[4] Rain

71 13 2
                                    

Hujan lebat yang mengguyur kota Jakarta di siang hari membuat suhu udara turun drastis. Namun bukan namanya Jakarta, kalau tidak macet walaupun hujan deras seperti ini. Bahkan suara klakson mobil dan motor terdengar begitu nyaring, seperti kicauan burung yang bersahutan.

Terlihat Rhea tengah asik mendengarkan musik melalui headphonenya sambil membaca buku di perpustakaan. Jam pelajaran kosong yang mendorongnya menetap di perpustakaan. Selain karna kebisingan di kelas jika jam kosong, juga karna siswa baru yang terus mencecar pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya tak berfaedah.

***

Memang benar yang Rhea katakan. Keadaan kelas saat jam kosong memang begitu bar-bar. Ada yang mengganggu temannya yang sedang tidur. Ada pasukan HP miring yang setiap jam kosong selalu mojok di belakang. Dan tentunya ada Nathan and the geng, si trio usil kelas 11 IPAS 1.

"Sstttt tan." Panggil Rizki sambil melempar sebuah tas berwarna dusty.

Dengan sigap Nathan menangkapnya. Doni yang sedari tadi sudah naik keatas kursi, menunggu tas yang menjadi sasaran utama trio jail kali ini.

"Yang lebih tinggi Don! Biar Lyta nggak bisa ngambil." Pinta Nathan yang berdiri memegangi kursi pijakan Doni.

"Segini?" tanya Doni pada kedua sahabatnya.

"Kurang tinggi nyet. Segitu ma anak SD juga bisa ngambil." ujar Rizki pada Doni.

"Iye nyet." jawab Doni kesal.

"Beres." ujar mereka bertiga bersamaan.

Tas Dusty yang kini tergantung di sudut plafon kelas pun menjadi tontonan anak-anak satu kelas. Terlihat pelaku dari kejahilan itu hanya tertawa sambil bertos ria. Sementara pemilik tas belum menyadarinya karna terlalu asik bermain dengan teman sebangkunya.

"Woy, itu kan tas Lyta hahahah...." ujar salah seorang lelaki sambil terbahak-bahak.

"Lyta ... tas lo jadi korban trio jail tu." ujar teman sebangkunya Lyta sambil menunjuk tas Lyta.

Sang pemilik yang baru menyadari pun, langsung berjalan mendekati trio jail alias Nathan, Rizki, dan Doni yang sedang tertawa menyaksikan tontonan gratis itu.

"Ihh ... kalian tu nggak ada capeknya ya ngusilin orang!" Teriak Lyta yang sudah jengkel dengan ketiga manusia super jahil itu.

"Ihh ... kita emang nggak pernah capek." ujar Rizki menirukan tingkah Lyta.

Hal tersebut sontak menjadi bahan lelucon oleh para siswa di kelas itu. Tiba-tiba sebuah tangan terulur dan menjewer telinga Rizki dengan kencang. "Eh ... aduh aduh ... sakit bego." ujar Rizki sambil menepis kasar tangan itu.

"Eh ... Rani...." ujar Rizki cengengesan saat mengetahui Rani yang menjewernya tanpa ampun.

"Ambil tas nya Lyta!" Pinta Rani datar namun menyeramkan.

Rizki yang sudah tahu tak akan berdaya melawan Rani, langsung mencari perlindungan dari kedua sahabatnya. Namun Rizki tak menemukan kedua sahabatnya itu. Saat Rizki mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas, ia mendapati Nathan dan Doni yang malah asik bermain ponsel seakan tak mengetahui kejadian itu.

Rizki berjalan ke arah kedua sahabatnya itu, namun kerah bajunya ditahan oleh Rani. "Mau kemana?" tanya Rani menggenggam kerah baju Rizki.

"I-itu...." ujar Rizki sambil menunjuk kedua sahabatnya.

"Ambil tas nya Lyta!" Pinta Rani sekali lagi.

Dengan pasrah Rizki pun mengambil tas Lyta. Beberapa siswa di kelas itu pun mulai menahan tawa geli melihat Rizki mincep di depan Rani. Begituan kedua sahabat Rizki yang benar-benar tak tahu dosa, malah menertawakan Rizki tanpa rasa bersalah sedikitpun.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang