Friend?

781 45 1
                                    

.

.

Wanita itu memasuki apartemennya dengan malas.
Setelah yakin mengunci kembali pintu depan, kakinya melangkah kedalam meninggalkan sepatu merahnya yang dibiarkan tergeletak didepan pintu.
Melempar keatas sofa tas kerjanya yang berwarna coklat tua, masih dengan mendekap kantung kertas berisikan bahan makanan untuk memenuhi kulkasnya, wanita itu menuju dapur.
Membiarkan apartemennya terlihat remang-remang karena hanya lampu dapurlah yang menjadi satu-satunya sumber cahaya disana.

Dengan berjongkok didepan kulkas yang terbuka, satu persatu benda didalam kantung kertas berpindah tempat.
Lalu meminum langsung air mineral dari botol seraya berdiri dan menutup pintu kulkas setekah selesai melakukan pekerjaannya.

“Kerja bagus, Tiffany,” gumamnya sambil meletakkan botol kaca itu keatas meja dapur.
Wanita bernama Tiffany atau Hwang Miyoung (nama koreanya) itu meremas-remas kantung kertas hingga menggumpal dan melemparkannya kedalam tong sampah dipojok ruangan.
Melangkah dalam kegelapan setelah mematikan lampu dapur.

Perlahan langkah kakinya berhenti didepan jendela besar apartemennya. Memandangi lampu-lampu Seoul yang biasnya masuk untuk sedikit mengurangi kegelapan dalam apartemennya.

Menghela nafas lelahnya setelah bekerja seharian, wanita itu membuka kancing kemejanya satu persatu lalu meraih restleting rok hitamnya.
Membiarkan pakaian berikut stoking gelapnya berjatuhan dalam langkahnya menuju kamar.

Meski hanya menggunakan pakaian dalam, Tiffany berhenti sesaat untuk meletakkan tas kerjanya diatas ranjang dan duduk untuk sekedar mengecek ponselnya.
Yakin tak akan ada yang mengganggunya karena alat komunikasi itu sudah dimatikan,
Tiffany melepas penutup tubuhnya dan membiarkan tubuh polosnya masuk kedalam kamar mandi.

Sembari menunggu bath up terisi air hingga penuh, wanita itu berdiri didepan cermin besar yang memang ada didalam kamar mandi. Memandangi tubuh polosnya untuk memeriksa kondisi asetnya itu.

“Hmm…” Tiffany memutar tubuh. Berhenti sesaat untuk mengamati apa yang ada ditubuh belakangnya.

“Sial,” desisnya saat mendapati satu ruam kemerahan ditengkuknya. “Pantas tadi Yul menyuruhku mengurai rambut.” Tiffany menyentuh rambut coklat panjangnya yang bergelombang.

Teman kerjanya itu sempat mencak-mencak saat Tiffany baru saja kembali dari istirahat makan siang.

Tanpa Tiffany tahu alasannya, wanitanya itu melepas sanggul rambut Tiffany dan membiarkannya kepanasan dengan rambut terurai dimusim panas meski ruang kerja mereka memiliki air conditioner.

Tiffany adalah wanita yang bebas. Berteman dengan siapa saja dan mengikuti pergaulan kota yang terkadang tak kenal aturan.

Tiffany tak harus menutupi kegemarannya untuk berkumpul bersama teman-temannya di klub malam.
Ataupun berpura-pura menjadi gadis polos padahal dia sesekali bermain one night stand bersama pria yang baru dikenalnya.

Meski begitu, Tiffany masih tetap bisa membatasi diri.
Walau tinggal sendirian, dia tak sembarang memasukkan pria ataupun wanita yang tak dikenalnya kedalam apartemennya.

Tiffany pun selalu mengingatkan pasangannya untuk memakai pengaman dalam permainan mereka.

Seperti siang tadi. 
Mana Tiffany tahu jika ada ‘sesuatu’ di tengkuknya? Saat makan siang tadi Tiffany bertemu beberapa temannya. Berbincang seraya menikmati hidangan.

Wanita itu menggedikkan kedua bahunya.
Siapapun yang memberikan tanda ditengkuknya, Tiffany tak harus berpusing-pusing memikirkannya. Toh mungkin salah satu temannya tadi.

Tiffany bergerak mendekati mendekati bath up yang airnya kini sudah meluap seraya menyanggul asal rambut panjangnya.
Menduduki pinggiran bak dan menuangkan sabun cair beraroma lembut yang menjadi favoritnya kedalamnya.
Mengaduknya sesaat seraya menghirup uap yang menguar dari rendaman air hangatnya, sebelum memasuki bath up dan menyamankan dirinya disana.

“Aahhh…” Kelegaan keluar dari bibir tipis itu.
Tiffany memejamkan matanya untuk meresapi wewangian yang kini membalut tubuhnya.
Mengusap pelan kulit putihnya yang terasa lengket karena keringat. Membiarkan busa menutupi tubuhnya hingga sebatas dada.
Lalu terdiam dan mulai menikmati.

Sekian lama terdiam dalam rendaman air hangat membuat pikiran Sooyoung bermain lebih. Hangatnya air membuat wanita itu memikirkan kehangatan lain yang beberapa waktu ini tak dirasakannya. Membayangkan jika hangat yang melingkupi tubuhnya kini adalah kehangatan yang berasal dari objek berbeda.

Menggeleng pelan, wanita itu terkekeh. Bisa-bisanya dia membayangkan hal lain ditengah rendamannya yang menenangkan. Mengalihkan perhatian, Tiffany mengusap kulitnya bermaksud untuk membersihkan.
Ditengah usapannya, tak jarang Tiffany menyentuh bagian-bagian pribadinya.
Kesalahan kecil karena dengan begitu malah membuat gairahnya terasa bangkit.
Bermain kecil, Tiffany meremas dadanya pelan lalu menggosok kewanitaannya dengan telapak tangan.
Membersihkan sekaligus memuaskan dirinya sendiri. Meski dia tak yakin dia sedang membersihkan diri karena kini libidonya semakin meningkat.

Namun diitengah-tengah permainan kecilnya itulah, 
Tiffany tersentak.
Suara berat tiba-tiba menegurnya. Dengan pandangan kaget Tiffany menoleh.
Didepan pintu kamar mandi sang pemilik suara tengah menyandarkan tubuhnya.

“Hei.”   





SIFANY STORY (from Internet)...  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang