Rumit

238 4 0
                                    

"Lo mau tau sesuatu lan?"

Alana menatap Rafa dengan tatapan seriusnya.
"Apa?" tanya Alana.

"Gue gatau ini perasaan apa,tapi yang jelas gue nyaman di dekat lo,gue juga ga mau liat lo sedih apalagi sampe ada orang yang nyakitin lo lan.
Lo tau lan? Dada gue sasak kalo liat lo sama cowok lain.
Apa ini yang namanya cemburu
Apa salah kalo gue ada rasa cemburu?"
Rafa menatap lekat manik hazel Alana.

Alana menganga tak percaya mendengar pengakuan dari bibir Rafa.
Apa ini artinya perasaannya terbalas?
Alana tersenyum memandang Rafa.
Baru saja ia hendak mengakui perasaannya, Rafa sudah lebih dulu mendahuluinya.

"Gue harap lo ga punya rasa yang sama ya lan,karena gue gamau suatu saat nanti lo nangis karena gue. Biar gue aja yang mendam perasaan ini buat lo, dan menurut gue lebih baik kita bersahabat daripada pacaran terus putus dan menjadi asing gue gamau lan" Rafa merangkul pundak Alana dan sesekali menghirup aroma Rambut Alana.

Alana terpaku,ia tak mampu membalas perkataan Rafa.
Seketika Alana memeluk Rafa,Aroma parfume Rafa yang disukainya menyeruak di indera penciuman Alana.

"Maafin gue Lan,gue harap lo gabakal benci sama gue apalagi sampe ngejauhin gue" Rafa membalas pelukan Alana.

Alana menggeleng dalam pelukan Rafa "gue gabakal benci ataupun ngejauhin lo,gue- gue sayang sama lo raf"

Pengakuan alana membuat Rafa tersenyum,ia semakin mengeratkan pelukannya pada Alana.

"Tapi lo ga boleh suka sama gue ya lan, gue ga mau ngecewain lo,tapi kalo emang kita jodoh pasti sejauh apapun jarak kita,pasti akhirnya tetap kembali bersama" ucap Rafa.
Alana hanya tersenyum menanggapi.

                        ✨✨
Hari ini rencananya Alana akan mengajak Rafa ke suatu tempat sebagai hadiah ulang tahunnya.

Alana menepuk bahu Rafa pelan.
"Raf,gue gapunya duit buat beliin lo kado ulang tahun,jadi gue bawa lo ke suatu tempat aja yaa"

Rafa terkekeh,sebenarnya ia sama sekali tak berharap kado apapun dari Alana.
Dengan surprise ini pun sudah cukup bagi Rafa.

"Emang dasarnya kere lo"

"Lagian nih ya,gua ga minta apapun dari lo.
Lo inget ulang tahun gue yang ke 17 ini juga udah lebih dari cukup kok,apalagi kalo lo doain gue habis solat,gue udah syukur Alanaaa"
Rafa mencubit pipi Alana.

"Aw sakit ihh,dasar berang berang" ucap Alana seraya mengusap pipinya.

"Gue berang berang? Lo lumba lumba!" Kata Rafa,ia menarik hidung Alana dan kemudian berlari menjauhi Alana.

"Ihh dasar Rafaa berang berang awas lo yaa" Alana bangkit dan mengejer Rafa.

Sesampainya di koridor kelas Alana memukul pundak Rafa cukup keras,yang membuat si empunya mengaduh kesakitan.

"Aw sakit ih"

"Bodo"

"Lo cantik tapi..."

"Tapi apa?"

"Tapi boong" Rafa tertawa dan mengacak acak rambut Alana gemas.

Alana memanyunkan bibirnya,tangannya beralih mencubit perut Rafa.
Kemudian Alana tertawa bahagia melihat Rafa yang mengaduh kesakitan.
***

Setelah aksi kejar kejaran antar berang berang dan lumba lumba tadi, sekarang Rafa dan Alana sedang mengikuti jam pelajaran terakhir. Pelajaran Kimia yang dipimpin oleh pak Rama guru killer yang perutnya buncit tiada tara.

Sudah 20 menit berlalu sejak soal diberikan,namun jawaban alana masih kosong.
Ia sudah berusaha keras memutar otaknya agar mampu menyelesaikan soal soal tersebut. Namun,hasilnya tetap saja nihil.

"Rumit banget sih ni soal mumet pala gue." gumam Alana yang masih terdengar oleh Rafa

"Mana yang rumit? Elah ini mah ga serumit hubungan kita kali lan" ucap Rafa yang membuat Alana membisu.

"Maksud lo?"

Tanpa menjawab pertanyaan Alana,Rafa mengambil alih buku tulis alana.
"Ini tuh pertama lo cari dulu konfigurasi elektronnya,terus lo buat struktur lewisnya,kalo ada ditanya p.e.b dan p.e.i nya ya lo jawab kalo ga ya berarti segitu doang."

Alana menatap wajah Rafa yang sedang menjelaskan padanya tanpa berkedip.
Rahang tegas,hidung mancung,tapi Rafa tak memiliki alis yang tebal.

Udah ganteng,pinter pula~batin Alana.

Rafa yang menyadari Alana tidak memperhatikan apa yang dijelaskannya pun mendaratkan pulpen dikening mulus Alana.

"Ngerti gak lo??,gue tau gue ganteng tapi gausa segitunya juga lo liatin gue,kebanyakan micin sih"

Alana menatap geli kearah Rafa yang mulai kumat penyakit PD akutnya.

"Dihh iya gue tau yang anak olimpiade kimia,gua mah apa atuh cuma remahan rengginang" ucap Alana mendramatisir

"Bukan remahan rengginang,tapi lo itu kaya bidadari yang jatoh ke got tau gak lu?" Rafa tertawa terbahak bahak.

" bodo,buli aja terus buli"

"Rafa,Alana jangan berisik,atau keluar dari kelas saya."
Ucap pak Rama dengan tatapan tajamnya.
Kelaspun kembali tenang.

Baru saja kelas kembali tenang,sudah ada seorang gadis yang mengetuk pintu kelas.

"Permisi pak, kak Rafa dipanggil ke ruang kepala sekolah" ucap gadis itu yang ternyata adik kelasnya.

Mendengar namanya disebut Rafa menoleh kearah pak Rama dan gadis itu.

"Ada apa pak?" tanya Rafa

"Kamu dipanggil pak kausar"
"Yasudah makasih ya nak" ucap pak Rama dan gadis itupun meninggalkan ruang kelas Rafa.

Rafa menghela nafasnya.
"Susah ya jadi orang ganteng,banyak fansnya"

"Gantengan juga saya" jawab pak Rama.
Lalu keduanya bertos ria.

Alana yang menyaksikan kelakuan guru dan murid itu hanya menggelengkan kepala "geblek" gumamnya.

Sepeninggal Rafa ke ruang kepala sekolah,bel pulang pun berbunyi.
Suara ponsel Alana menandakan ada pesan masuk,dan benar itu dari Rafa.

                     Rafa sableng

Duh alana maaf yeu babang afa gabisa pulang bareng dedek lana ini pak kausar nyuruh babang buat persiapan olimpiade.

Apaansih lo alay banget,yauda gapapa gue juga bawa motor kan.

Yah gajadi dong pergi ke suatu tempatnya:(

Lain kali aja kan lo juga sibuk sekarang,yauda ya gue pulang dulu

Hati hati ya lan:*

Apaan sih lu gaje udah ahh.

Alana tersenyum melihat pesan dari Rafa ia selalu bisa membuat mood Alana berubah dalam sekejap. Sebenarnya tadi Alana bete ,Rafa belum balik juga padahal kan mereka udah punya rencana.

Alana menyalakan motornya dan menyusuri jalanan ibu kota yang selalu dalam keadaan macet.
Hari ini Alana langsung pulang ga kelayapan dulu kaya biasanya sama teman teman.

Dirumah Alana terus saja memikirkan perkataan Rafa tadi dikelas.

"Mana yang rumit? Elah ini mah ga serumit hubungan kita kali lan"

Benarkah serumit itu hubungan mereka sekarang?
Atau mungkin lebih rumit dari matematika yang selalu minta tolong buat nyari si X?

DEAR RAFA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang