BIF 12

16.5K 2.9K 215
                                    

Model

Bagai model terkenal yang sedang melewati red carpet, aku berjalan dengan jaket kulit hitam dan kaca mata hitam. Bersama ketiga monster yang juga memakai baju yang sama denganku. Kami berjalan beriringan dengan gaya bak super model. Ketiga monster yang tingginya masih selututku itu juga mengikuti gayaku berjalan.

Kami terus berjalan di hamparan orang yang melihat kami dengan mulut terbuka, hingga seseorang menghentikan langkah kami.

"Papa!" serunya. Kulihat ke belakang, dia tengah mengulurkan tangan kanannya.

"Tolong," ucapnya dramatis. Dia benar-benar merusak gaya kami yang sudah keren.

Vio terpeleset hingga jatuh di lantai dingin gedung ini, padahal tadi kami sudah seperti model internasional, dan dia merusak semuanya.

Kuhampiri dia, membantunya bangun lalu menepuk pelan baju dan celananya yang terkena debu.

"Kau merusak gaya kami," ucapku manyun dan dia hanya nyengir kuda menunjukan gigi kelincinya.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan kita," ajakku karena dia sudah merusak gaya kami semua, tidak keren jika dilanjutkan.

Hari ini aku pergi ke sekolah mereka, aku berniat menyekolahkan mereka setiap hari senin, rabu dan sabtu, itu jadwal yang cukup bagus. Tidak setiap hari mereka harus sekolah, tetapi cukup membuat mereka memiliki banyak teman nantinya, bukankah itu bagus?

"Halo, apa kau Tuan Alden Alisano?" tanya seseorang pada kami.

"Iya, aku Alden," jawabku yang datang dengan ketiga monster.

"Langsung ke kelas saja, kelas segera dimulai," ucap gadis yang tidak aku ketahui namanya itu.

"Aku tidak mau!" seru Zio memegangi kakiku.

"Aku juga tidak mau!" seru Nio yang juga berusaha naik ke tubuhku.

"Hei, kita bermain di dalam, banyak temanmu di sana. Ayo," ucapku membujuk.

"Tidak mau! Huaaa!" seru Zio mulai menangis.

Ya Tuhan ini tidak akan mudah.

Kulihat Vio yang hanya berdiri saja dengan wajah polosnya, sepertinya dia belum mengerti ini tempat apa, hehe bisa aku manfaatkan.

"Vio, bukankah di dalam kita akan bermain, emm? Kau senangkan? Ajak Kakakmu masuk ke dalam," ucapku dengan wajah berharap.

"Tidak tahu, aku tidak tahu apa yang ada di dalam," jawabnya masih tidak mengerti.

"Kita bisa bermain bersama teman-teman, ayo kita masuk," bujuk gadis muda yang sepertinya adalah Guru.

"Benalkah?" tanya Vio polos.

"Iya, banyak mainan di dalam," jawab gadis itu membujuk dengan lembut.

"Papa aku mau belmain," seru Vio begitu semangat.

"Masuklah, Kakakmu akan menyusul nanti," ucapku dan Vio langsung masuk bersama Guru itu.

"AKU TIDAK MAU!" teriak Nio histeris.

"Vio saja sudah masuk, kita lihat apa yang dia lakukan di dalam, ayo," bujukku pada kedua monster yang menempel di tubuhku bagai cicak ini.

"TIDAK MAU! Huaa!" teriak Nio begitu takut.

"Zio, apa kau mau masuk?" tanyaku pada Zio yang diam saja sedari tadi.

"Aku, takut," ucapnya yang sudah berhenti menangis.

"Hei tidak apa-apa, di dalam banyak mainan, lihatlah," ucapku menunjukan ruangan kelas itu dari pintu masuk.

Nio dan Zio terdiam, mengamati di dalam kelas, dan melihat Vio yang sudah asik bermain. Anak itu lebih pemberani ketimbang kedua kakaknya ini.

Because I'm Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang