Ketahuan
Pagi ini aku sudah sangat rapi dengan kemejaku. Ketiga monster kecil juga sudah rapi dengan pakaiannya. Aku berniat pergi ke restoran hari ini. Mengecek keadaan di sana. Namun, Shelin mengabariku akan datang ke rumah, hingga membuatku harus menunda acaraku.
"Hallo!" seru Shelin memasuki rumahku.
"Bibi! Nenek, Kakek!" seru ketiga monster itu langsung memeluk ketiga orang yang datang.
Ya, Shelin tidak datang sendiri, melainkan dengan orang tuaku. Mereka bahkan membawa begitu banyak makanan dan mainan.
"Wah, cucuku semakin berat, ya?" ucap papaku saat menggendong Zio.
"Iya, Kek," jawab Zio tersenyum malu.
Kulihat Mama mengecek keadaan rumahku. Tidak bisa apa—wanita tua itu tidak mengomentari rumahku yang akan berujung—menceramahiku untuk segera menikah.
"Hei kotor sekali dapurmu. Apa kau tidak membersihkannya, huh? Cucuku bisa sakit jika makan makanan yang keluar dari dapur itu," ucap Mama memulai ceramahnya.
"Semalam aku tidak sempat membersihkan dapur. Biasanya bersih kok. Sekarang aku hanya sedang hilaf," ucapku membela diri.
"Hilaf? Alden, kau tidak waras?" ucap Shelin bergeleng.
"Semalam mama ke lumah," ucap Vio si cerewet membuatku langsung mati kutu. Monster satu itu memang tidak bisa tutup mulut.
Selamatkan aku tuhan.
"Mama?" tanya Papa, Mama dan Shelin bersamaan. Mereka langsung menatapku, meminta jawaban.
"Bagaimana kalau aku buatkan kopi?"
"ALDEN!" Aku yang hendak melarikan diri langsung berhenti, terpaksa harus menjelaskan apa yang terjadi. Tidak mungkin aku bilang kalau semalam ada wanita ke rumah, nanti pasti mereka memintaku untuk mengenalkan wanita itu. Aish bagaimana ini?
Apa mungkin aku harus bilang kalau kemarin aku berubah jadi wanita? Lebih tepatnya waria. Pasti Mama akan menyemprotku nanti. Lalu aku harus apa sekarang? Pura-pura pingsan? Atau mati? Atau keracunan?
KU MOHON TOLONG AKU!!
"Semalam kami tidul bersama Mama," ucap Nio dengan polosnya, mereka tidak tau, semakin banyak bicara semakin membuatku tersiksa dengan tatapan tiga manusia dewasa itu.
"Ah, baiklah akan aku jelaskan," ucapku pasrah, tidak ada pilihan—aku harus jujur.
"Kau punya pacar?" tanya Shelin mulai wawancara.
"Semalam aku ... aku ...,"
"Hei bicara yang benar!" ucap Papa memukul kepalaku, tidak tau apa kalau ini sakit.
"Semalam aku menjadi Mama untuk mereka," ucapku membuat orang dewasa itu semakin terfokus padaku.
"Benar. Aku berdandan jadi wanita untuk menjadi Mama mereka, semalaman. Aku hanya ingin melihat tawa mereka saja," ucapku menjelaskan.
Kulihat wajah mereka datar, tidak ada respon yang mengenaskan bagiku, atau saraf mereka ada yang salah?.
"Dasar menyebalkan. Seharusnya kau menikah saja, jika kau memang ingin membuat mereka bahagia, menikahlah lagi!" bentak wanita paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm Father (END)
Humor"Aku hamil." "Apa?!" "Anak kita kembar tiga," ucapnya dan membuatku membeku. Otakku tidak berjalan, di mana pikiranku? Kenapa rasanya tidak bisa berpikir. Tunggu! Kembar? Tiga? Alden kau tidak salah dengar. ____________ Pas tau, bahagianya luar bia...