BIF 15

14.9K 2.8K 170
                                    

Because I'm Father
Masuk rank terus guys
Ayo guys, lebih semangat lagi bacanya sama rekomendasiinnya ke yang lain 🤣

Mengenalmu

Kugendong Vio di belakang, dan Zio di depan. Seperti biasa—si sulung aku tuntun dengan tangan kiri. Kami berjalan menuju jalan sempit, alias gang yang akan mengantarkan kami ke tujuan.

Entah kenapa Alisya memberi alamat di tempat perumahan sederhana ini, sepertinya dia tinggal di sekitar sini.

Aku mulai berpikir tentang gadis itu, gadis baik itu sepertinya bukan dari keluarga kaya. Tidak ada jalur mobil untuk masuk perumahan ini, karena banyak tangga lebar yang disediakan.

"Kak Alden!"

Aku langsung menoleh pada sumber suara, dan Alisya sudah di atas kami. Artinya kami harus menaiki anak tangga untuk mencapai sana.

Kutengok Nio yang menahan tangis, dengan bibir ke nanan kiri, bawah atas seperti menari karena menahan tangis, bisa aku pastikan dia kelelahan sedari tadi terus berjalan.

Bersabarlah, Nak, karena bapakmu juga ingin menangis.

Kami akan masuk berita Patroli jika meninggal di sini.

"Biar aku gendong Nio," ucap Alisya yang entah sejak kapan berada di depanku.

"Terima kasih," gumamku melihat Alisya menggendong Nio lebih dulu.

Kususul Polisi itu menaiki tangga yang hampir lima puluh langkah ini.

"Papa kau terlihat tampan saat berkeringat. Semangat!" ucap Zio menyemangatiku.

Anak ini ingin aku kunyah.

"SEMANGAT!" seru yang ada di belakang.

Kalau urusan menyiksaku—para monster kecil ini adalah ahlinya. 

Sudah khatam tentang kekacauan dan siksa menyiksa.

Kulihat Alisya sudah menungguku di depan rumahnya. Dengan napas yang terengah, dan keringat yang menetes, aku tunjukan senyum penderitaan padanya. Berharap dia mengerti bahwa aku butuh istirahat dan minum es satu kulkas meski ini sore hari.

"Ayo, masuk. Biar aku buatkan minuman, pasti kau sangat kelelahan menuju ke sini," ucap Alisya mengajakku masuk dengan menarik tangan kiriku yang kosong.

Akhirnya kami masuk ke rumahnya, dan wah, sangat bersih. Semua bangunan memang terbuat dari kayu, tapi sangat rapi dan bersih.

"Tunggu sebentar, aku buatkan minum untuk kalian. Monster kecil … kalian pasti haus, 'kan?" tanya Alisya begitu perhatian.

"Iya!" jawab serentak si kembar.

Bukankah aku yang paling haus? Cepatlah sebelum aku mati!

"Papa, boleh aku tidul?" tanya Nio yang aku rasa dia begitu lelah.

"Iya, tidurlah di pangkuan Papa," ucapku menepuk pahaku dan Nio langsung tidur di panguanku. Sedangkan kedua adiknya masih semangat bercanda, karena mereka tidak merasakan betapa lelahnya jalan kesini.

"Minumlah, pasti kalian sangat kelelahan," ucap Alisya memberi kami minum.

"Setiap hari kau berjalan jika bekerja?" tanyaku dan diangguki gadis itu dengan senyuman ringan.

"Aku sudah terbiasa, jadi tidak pernah merasa kelelahan," jawabnya tersenyum tipis.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana dia melewati ini. Dia harus bekerja bahkan hingga malam, dan dia harus melewati gang yang lumayan untuk sampai di rumahnya, dan dia bilang tidak lelah? Biar aku ulangi, tidak lelah?

Because I'm Father (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang