Kotak Pandora

34 3 0
                                    

Hari memasuki kamarnya sambil merenggangkan tangan. Ia mulai apply skincare malamnya sambil memandang bayangan cermin di depannya. Ia menyentuh bibirnya dan langsung teringat bayangan Seungwoo yang tadi ada sangat dekat dengannya.

Kenapa ini? Kenapa aku rindu?

Tatapan mata pria itu yang menusuk, bibirnya yang hangat, dan rengkuhan tangannya begitu jelas terasa di benak Hari. Seakan kehangatannya merembet dan menembus pikiran dan tubuhnya sampai saat ini.

Ia mendadak merasa bersalah pada Seungyoun dan menampar pelan kedua pipinya.

Ia bergegas mengambil ponselnya, mencari nama Dohyon lalu segera menelponnya. Dering ketiga, tetap tidak diangkat. Mungkin memang sedang kerja.

Atau ponselnya memang dibawa Dohyon ke sekolah.

Hari mengurungkan niatnya, ia merebahkan tubuhnya di kasurnya dan mengangkat selimut hingga menutupi tubuhnya. Ia menimbang-nimbang apa sebaiknya ia menelepon manajernya saja atau tidak. Tapi ia takut Seungyoun memang sedang sibuk.

Ponselnya tak lama berdering. Hari beralih kembali ke ponselnya. Nama Seungwoo ada di display ponselnya.

"Kau baik-baik saja?"

"Hmmm? Iya, mau tidur,"

"Jangan buka internet dulu ya," suara Seungwoo lebih terdengar seperti gumaman.

"Eh kenapa?"

Seungwoo hanya terdiam sejenak membuat Hari geregetan. Emang ada berita apa?

"Tidak, nggak baik kan buka internet sebelum tidur. Kamu tidur saja ya, mimpikan aku,"

"Seungwoo-ssi--"

"Mimpikan aku ya. Malam,"

Bukan Hari namanya jika tidak penasaran. Ia meng-klik aplikasi Safari, meluncur, mencari apa yang terjadi barusan. Ia mengernyitkan dahi. Namanya tiba-tiba trending dan wajahnya menghiasi portal berita. Diikuti kata-kata menusuk hati di bagian komentar. Hari menutup mulutnya.

Kau sendiri yang membuka kotak pandora, Lee Hari. Kau sendiri jugalah yang harus menanggung akibatnya.

***

"Rei, ponsel Hari nggak nyala dari semalam,"

"Aku sedang dalam perjalanan ke rumahnya kok. Jangan panik dulu,"

"Gimana nggak panik, ini semua ulah ibuku,"

"Evan Cho, sebaiknya kamu selesaikan urusanmu disana. Hari biar menjadi urusanku. Okay?"

Seungyoun menghela napas. Ia menyetir seperti orang kesetanan. Jalanan di kota New York di pagi hari memang semrawut. Belum lagi sebentar-sebentar ada lampu merah. Membuat ia habis kesabaran menginjak pedal rem dan gas bergantian.

"Aku titip ya, Reina. Jangan sampai dia mengurung diri lagi," ujarnya lagi.

"Yes, I will."

Seungyoun melepas airpods-nya dan kembali fokus ke jalanan. Ia lalu berbelok ke salah satu kompleks gedung perkantoran lalu memarkir mobilnya dengan cepat. Ia bergegas berjalan sanbil mencari salah satu kontak telepon.

"Mau mati kamu?"

"Seungyoun-ssi, sungguh. Ibumu kemarin mendadak meneleponku dan memintaku segera merilis berita itu,"

Dilema Diana (Han Seungwoo AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang