Separation

33 3 0
                                    

Jika dibandingkan dengan hari-hari buruk yang ia pernah alami, hari ini adalah juaranya. Lee Hari mematikan ponselnya. Bahkan pulang duluan dari Jeju. Kemungkinan besar akan langsung pulang ke US.

Tanpa memberi mereka jeda untuk bicara. Untuk tahu situasi apa sebenarnya yang sedang mereka jalani.

Seungwoo berkali-kali menyalahkan dirinya sendiri. Memukul-mukul kepalanya sendiri. Merasa bodoh karena ia benar-benar menuruti apa kata agensi.

Ikuti saja dulu alurnya.

Ribuan kata cemooh memenuhi tagar Lee Diana, membuatnya ikut sakit dan ingin bertanggung jawab. Berkali-kali Kim Wooseok mengambil ponselnya ketika ia mulai memblokir satu persatu akun haters yang menyerang Hari. Ia terus meyakinkan Seungwoo bahwa itu bukan salahnya.

Ia semakin terpuruk. Karena satu dua haters Hari juga adalah fansnya sendiri.

Penerbangan 2 jam tiba-tiba terasa lama sekali. Berkali-kali ia mual -padahal biasanya ia mengurus Wooseok yang mabuk udara- tapi kali ini justru dialah pasien aktif di penerbangan itu. Semua kantung yang diserahkan pramugari telah habis ia pakai. Makan pagi dan siangnya sudah habis ia muntahkan tapi rasanya ia tak juga lega. Kini ia bolak-balik ke toilet.

Jinhyuk menghela napasnya. Ia ikut bingung dengan situasi ini.

"Gimana?"

"Parah. Lebih parah dari mabukku. Aku bahkan nggak merasa mual untuk pertama kalinya," ujar Wooseok sambil menunggu di depan toilet pesawat yang penghuninya adalah Seungwoo.

Bunyi klik terdengar bersamaan dengan pintu yang membuka, Seungwoo keluar dengan muka pucat pasi. Poninya menutup sebagian matanya tapi pandangan sayu, letih, dan lelah itu tergambar jelas.

"Sorry, jadi repot,"

"Nope. Gantian kali biasanya kamu ngurusin aku,"

Jinhyuk memeriksa pria itu sekali lagi. Mukanya ikut cemas.

"Sebentar lagi kita landing. Sabar ya. Rencananya akan kusiapkan ambulans,"

"Hey nanti dikira aku pura-pura sakit agar terhindar dari wartawan. Tidak usah, aku cuma butuh ibuku dan gingseng hangat," ujarnya sembari mengibaskan tangan lalu duduk di kursinya sendiri.

Wooseok menahan pergelangan tangan Jinhyuk, menatapnya serius. Jinhyuk menoleh lalu menyiapkan telinganya agar Wooseok tak perlu berbisik sambil berjinjit.

"Permintaanku. Bisa kan?"

"Nah. Itu dia maksudku ambulansnya,"

"Oh, baru paham,"

"Harusnya sih sudah sampai bandara. Kau nggak mabuk, Seok?"

Wooseok menggeleng lemah. "Makanya tumben banget aku malah baik-baik saja,"

"Duduk di tempatku aja. Seungwoo biar aku yang urus,"

"No, he's my friend too," ujar Wooseok tegas lalu menyusul Seungwoo duduk.

Jinhyuk hanya diam. Memperhatikan punggung Wooseok yang menjauh. Jinhyuk hanya menghela napas sambil terus mengucap terima kasih pada awak kabin yang terus menolong mereka sepanjang perjalanan.

***

"I've told you, i don't need that!"

Seungwoo menatap Jinhyuk kesal. Heran dengan keputusan managernya itu. Mereka baru saja mendarat ketika pihak maskapai menahan Seungwoo turun sendiri. Mereka sudah menyiapkan kursi roda dan ada ambulans juga dibawah.

Dilema Diana (Han Seungwoo AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang