Statement

35 3 0
                                    

Hari masih terus menggenggam tangan pria besar disebelahnya. Lembut, tapi menuntut untuk terus dekat. Seungwoo pun terlihat tidak malu lagi. Berjalan gagah disamping Lee Hari, menggenggam tangannya dengan erat. Desiran pasir di kaki mereka perlahan memudar, berganti dengan tapak berbatu yang sudah dipugar pihak resort untuk jogging track. Perlahan Seungwoo melepas genggamannya sambil melihat sekitar.

"Habis ini harus pura-pura lagi deh," ujar Hari sambil memakai sandalnya kembali.

"Pura-pura apa?"

"Pura-pura barusan tidak terjadi apa-apa,"

"Kalau begitu kamu perlu ngaca dulu,"

"Kok ngaca?" tanya Hari kebingungan. Seungwoo menggaruk lehernya malu-malu.

"Lipstik kamu. Habis ciuman kan kita--"

Hari merogoh sakunya dan menarik ponselnya. Ia menekan tombol lock, membuka kuncinya dan masuk ke menu kamera. Menyetel kamera depannya sehingga ia bisa melihat penampakan wajahnya. Ia berdesis. Han Seungwoo memang sadis.

"Kamu sih--"

"APA? KAN KAMU YANG BERINGAS!" ujar Hari sambil berjalan cepat dengan muka merona merah. Perlahan punggung tangannya digosokkan ke bibirnya. Menghapus bukti keberingasan Han Seungwoo padanya barusan.

Seungwoo hanya tertawa kecil ketika ia melihat Wooseok di kejauhan, baru saja keluar dari pintu kecil dari taman resort mereka. Menggeleng-menggeleng.

Hari mendadak berjalan pelan. Kaget dengan perawakan pria manis di depannya itu.

"Kayaknya pelaku kawin lari sudah kembali,"

"Hah?" seru Seungwoo dan Hari bersamaan.

Wooseok mengalihkan pandangan pada Hari. Tersenyum tipis.

"Seungyoun mencarimu. Bahkan satu hotel ini staffnya sudah sibuk mencari tamunya yang hilang,"

"Seungyoun pasti pakai kekuasaannya lagi deh," ujar Hari melengos.

"Dia putus asa. Coba deh kamu ketemu dia,"

Hari melengos. "Ada dimana orangnya sekarang?"

"Tadi sih akhirnya balik ke kamarnya. Ada ibunya juga. Seems complicated sih,"

Hari menelan ludahnya. Masalah mereka sudah rumit, kenapa mesti ditambah dengan tambahan Ibunya Seungyoun di tengah medan perang mereka. Hari paling takut menghadapi ibunya Seungyoun karena Hari tahu jelas ibunya tidak menyukainya.

Sejak awal, bahkan sejak Hari masuk ke agensi, banyak spekulasi muncul bahwa Hari sengaja mendekati Seungyoun karena pria itu pewaris tunggal perusahaan. Ditambah entah mengapa ibunya Seungyoun selalu menatapnya tidak ramah sejak pertama kali ia masuk agensi. Reina pun menyadari hal itu.

Tapi begitu cerita Seungyoun terungkap, kini ia sadar ibunya mungkin hanya ingin melindungi Seungyoun karena anak itu bersalah padanya dan tidak ingin Seungyoun terus terluka.

"Gimana? Mau ketemu dulu gak?" tiba-tiba Seungwoo menepuk bahunya lembut, membuat Hari sedikit terkesiap. Ia menatap Seungwoo dan Wooseok bergantian.

"Jangan lari lagi. Selesaiin. Jangan sampai kayak aku sama kamu, menggantung belasan tahun,"

"Kita beda, Seungwoo--"

"Iya, tapi sama aja sekarang kamu lagi lari. Selesaiin ya. Kamu memulai sama dia baik-baik, selesaiinnya juga baik-baik ya,"

Hari menghela napasnya tapi perlahan ia mengangguk juga. Ia tersenyum tipis lalu menyentuh tangan Seungwoo perlahan.

"Would you wait me?"

Dilema Diana (Han Seungwoo AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang