It's You

34 3 0
                                    

Kini gantian Han Seungwoo yang terkejut. Ia memang sudah ingin membicarakan hal ini tapi ia tidak menyangka secepat ini dan kenapa justru keluar dari mulut Hari sendiri. Ia ingin membicarakannya ketika mereka sudah bersantai, sedang dalam keadaan pikiran yang sama-sama enak, bukan dengan begini, bukan dengan tangisan seperti ini.

Kali ini ia melongo bukan karena ia kaget dengan pengakuan Hari melainkan sekarang ia bingung harus bagaimana menanggapinya. Tapi dari sisi Hari, ia melihat ekspresi wajah Seungwoo yang seperti itu, tentu saja ia menduga Seungwoo benar-benar baru tahu.

"Ini memang salahku berpura-pura di depanmu. Aku ingat. Aku ingat semua. Bahkan aku berencana balas dendam karena aku sangat membencimu awalnya. Kamu sukses, fansmu banyak, bahkan hampir seluruh dunia tahu,"

"Sementara aku masih harus merintis. Aku memulai semuanya terlambat. Aku dicela banyak orang karena aku terlalu tua untuk masuk dunia modelling saat itu,"

Hari menahan napasnya. "Belakangan aku baru tahu, kecelakaan itu tidak hanya melukai aku tapi juga melukai kamu. Seungwoo, maafkan aku,"

Hari tiba-tiba hendak berlutut. Dengan panik Seungwoo menahan wanita itu dan mendudukannya lagi di kursi. Hari menangis histeris sekarang dan Seungwoo hanya bisa menghapus air mata itu perlahan dengan tangannya sambil gemetar.

"Demi Tuhan, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku sudah dapat yang lebih besar dari itu. Sudah,"

Hari menggeleng pelan, kepalanya terus menunduk. Seungwoo masih mengusap wajahnya yang penuh air mata. Hari masih sedikit terisak yang justru membuat Seungwoo tersenyum kecil. Ia menarik tubuh kecil itu. Memeluknya.

"Aigoo, teman kecilku Lee Hari. Jangan menangis lagi,"

Ia mengusap kepala itu perlahan lalu mengecup puncak kepalanya. Membuat Lee Hari sedikit tersentak lalu menatap Seungwoo.

"Kau tidak marah?"

"Untuk apa? Aku senang malah,"

"Membohongimu. Bahkan sejak kita bertemu,"

Seungwoo menghela napasnya, memberi ekspresi berpikir. "To be very honest, aku sudah tahu dari kemarin,"

Hari mendadak melepaskan pelukannya, menatap Seungwoo kaget. "Hah? Kok bisa?"

Seungwoo tersenyum sekilas lalu mengusap rambut Hari perlahan. "Aku sebenarnya mendengar percakapanmu dengan ayahmu di lorong. Waktu mau balikin ponselmu,"

"Tapi aku terlalu kaget jadinya langsung balik ke kamar dan mengadu ke Wooseok,"

Hari mengangguk-angguk perlahan. "Pantas Wooseok yang kembalikan ponselku,"

"Itulah mengapa aku menjauhimu selama syuting. Kau tahu, aku.. tiba-tiba merasa canggung,"

"Kau jahat," Hari memukul lengannya perlahan, "Aku pikir aku salah apa sampai kau menjauhiku,"

"Aku juga nggak mau ada rumor muncul. Aku nggak mau merusak karirmu lagi, Hari-ah,"

Hari termenung. "Maksudmu?"

"Bukan kamu yang harus minta maaf--" Seungwoo perlahan berlutut, kepalanya menengadah ke arah Hari yang duduk.

"Harusnya aku yang minta maaf Hari-ah,"

Tangan Seungwoo perlahan menggenggam kedua tangan Hari yang mengepal. Ia kecup tangan itu dalam-dalam. Hari bisa melihat penyesalan yang dalam dari pria itu. Ia menunduk, mengecup puncak kepala pria itu lalu meletakkan dahinya disana.

"Ternyata kamu juga terus menerus merasa bersalah ya?"

Hari bisa merasakan anggukan kepala pria itu, ia mengangkat kepalanya lagi, tangannya perlahan mencoba mengarahkan wajah Seungwoo ke arahnya.

Dilema Diana (Han Seungwoo AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang