10.【Juu】

2.5K 204 31
                                    

Happy reading ^^

.
.
.
.
.

"Haah!" Ino mendesah lesu. "Kenapa si jidat lebar itu belum masuk juga?" tanyanya entah pada siapa.

"Tenanglah, Ino-chan. Sepertinya dia belum sembuh," ujar gadis bermata Indigo dan berambut Dark Purple seraya mengusap punggung Ino.

"Hinata-chan, kenapa teman kudamu itu seperti kehilangan kekasih?" tanya Naruto menghampiri Hinata.

Ino mengepalkan tangannya bersiap mendaratkan ke wajah Naruto. Belum sempat Ino melakukannya, si gendut di kelas itu tiba-tiba mengatakan sesuatu.

"Ino, bagaimana jika kita menjenguknya?" tanyanya. Ia lalu meloloskan keripiknya ke dalam mulut besarnya.

"Kau benar juga, Chouji! Jarang sekali kau cerdas seperti ini," sumringah Ino. Ia bangkit dan kembali bersemangat.

"Jangan lupakan kelas tambahan Orochimaru-sensei," cetus laki-laki bermata serupa dengan Hinata.

Seketika Ino kembali lemas. Di antara mereka, tak ada yang bernyali untuk meninggalkan kelas Orochimaru. Guru yang ternama karena ketegasannya itu. Akhirnya, mereka terus berdebat tentang Sakura yang sedang sakit.

Di bangkunya, Sasuke menghela napas pelan. Ia mengeluarkan beberapa amplop dari lacinya. Sasuke mengambil amplop pertama. Sebuah surat pernyataan cinta dari seseorang bernama Lee. Dengan berbagai kata rayuan yang justru membuat pemuda itu risih.

Amplop kedua, sebuah goresan tinta yang sarat akan kebencian. Berbaris-baris kalimat kebencian tertuang di sana. Sasuke berulang kali membacanya. Entah mengapa sekelebat perasaan cemas melintas di hatinya.

"Mati ... jalang ... sialan ... tunggu hingga waktunya tiba," tanpa sadar, Sasuke menggumamkan beberapa kata yang tertulis di sana.

"Yo! Teme!"

Naruto sukses membuat Sasuke menoleh terkejut tanpa ekspresi. Buru-buru, Sasuke memasukkan kembali amplop-amplop itu ke laci mejanya.

"Ck! Urusai, baka!"

"Apa kau sudah tahu kalau Sakura-chan sakit?" tanya Naruto.

Tak ada respons dari pemuda berambut hitam gagak itu. Naruto mencoba membaca wajah Sasuke. Saat ia menyadari bahwa tatapan Onyx itu sebenarnya tidak sedang berada di tempatnya, Naruto mengurungkan niatnya untuk menggoda Sasuke mengenai Sakura.

"Panggil saja aku jika kau perlu bantuan, Sasuke." Naruto lantas berlalu dari sana.

Sasuke mendengarnya. Ia menatap punggung Naruto yang menjauh darinya. Sasuke menyeringai melihat tingkah sahabatnya itu. Meski ceroboh, berisik, sering membuatnya kesal, Naruto adalah sahabat terbaiknya.

* * *

Seorang pemuda berambut mencuat bagai pantat ayam itu keluar dari perpustakaan. Bel baru saja berbunyi saat ia melangkahkan kaki keluar dari perpustakaan.

"Ternyata seorang Uchiha rajin belajar, ya?"

Ia menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan itu. Menoleh ke kanan, didapatinya sosok lelaki berambut merah, mata Hazel serta lingkaran hitam di mana bagai panda itu berdiri di dekat pintu perpustakaan.

"Cih!" Pemuda itu, Uchiha Sasuke, mendecih karena seseorang mengusiknya.

"Kuakui Uchiha memang jenius. Tapi entah kutukan apa yang membuat Uchiha bungsu sepertimu ini justru payah dalam urusan cinta," ejek lelaki itu lagi.

"Kau ada perlu denganku, Gaara?" tanya Sasuke dengan dinginnya.

Lelaki itu, Gaara, berjalan mendekati Sasuke. Ia menatap seksama pemuda Uchiha di hadapannya. Seperti hendak menilai apa kekurangan dari sosok Uchiha Sasuke..

Stay With Yourself ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang