WARNING!!! ⚠⚠⚠
Happy reading ^^
.
.
.
.Manik Emerald itu perlahan menampakkan keindahannya. Sang pemilik baru beberapa saat yang lalu mendapatkan kembali kesadarannya setelah ia pingsan. Ia bingung sedang berada di mana. Namun setelah yakin bahwa aroma yang masuk ke dalam hidungnya begitu khas, akhirnya ia tahu di mana kini dirinya. Sebuah rumah sakit.
Terbaring di ranjang, dengan tubuh yang terasa begitu lelah. Ingatannya melayang pada kejadian yang paling dekat dengan memori di kepalanya. Kejadian tentang malam itu yang dirinya hampir dibunuh oleh seseorang yang tak lain adalah seorang wanita yang begitu membencinya saat masih sekolah.
"Sasuke-kun!" serunya, ketika ingat bahwa seseorang yang menolongnya kini tak terlihat di matanya.
Gadis itu, Sakura, segera bangkit dari tidurnya, meski tubuhnya masih menuntut untuk beristirahat. Ia turun dari brankar rumah sakit yang ia tiduri, lalu berjalan dengan pelan hendak keluar dari ruangan.
"Sakura-chan? Daijoubu ka?" tanya seseorang, menyambutnya.
Sakura menoleh, mendapati Naruto berdiri di dekat pintu. Lelaki itu dengan wajah cemasnya memperhatikan Sakura dari bawah sampai atas.
"Di mana Sasuke-kun?" tanya Sakura.
"Si Teme ada di ruangan sebelah," jawab Naruto, menunjuk sebuah ruangan. "Kau bisa menjenguknya," sambungnya kemudian. Sakura mengangguk sebagai jawaban.
"Aku senang kalian baik-baik saja. Aku tak akan tahu Sasuke akan ke Suna jika aku tak melihat mobilnya di perempat jalan tadi. Aku mengikutinya, sengaja. Saat tahu ia pergi ke stasiun, aku segera mengikutinya ke dalam. Sayangnya, aku gagal mendapatkan tiket satu kereta dengan Sasuke. Jadi, sebelum aku menemukan kalian berdua, aku membawa orang suruhan untuk membantuku mencari kalian berdua," ujar Naruto bercerita.
Sakura tersenyum tulus. Maniknya berkaca-kaca. Ia sungguh bersyukur mempunyai teman sebaik Naruto. Seorang teman yang rela menghabiskan waktu hanya untuk membantunya dan Sasuke kemarin malam. Bahkan pagi ini, Naruto masih setia menemani mereka di rumah sakit.
"Bagaimana dengan Hinata? Apa dia tidak marah kau berada di sini?" tanya Sakura.
Naruto memamerkan deretan giginya. "Tenang saja, Sakura-chan! Istriku itu tidak akan marah jika aku melakukan sesuatu yang berguna untuk temanku," jawabnya kemudian.
"Wah?! Kalian sudah menikah?" Sakura terlihat kagum.
"Ehehe ... belum! Doakan secepatnya saja-dattebayo!" balas Naruto, mengacungkan jempolnya di depan wajah Sakura.
Seketika gadis itu memasang wajah datarnya. Ia membiarkan Naruto yang kini menatapnya tanpa merasa telah membuat seseorang kesal. Sakura berlalu dari sana, meninggalkan Naruto. Tujuannya hanya satu: menemui Sasuke.
Ketika ia masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan Naruto, keheningan menyelimuti. Ia berjalan mendekati ranjang, menghampiri sesosok lelaki tampan yang terlelap di sana. Sakura diam, mengamati figur itu. Ia beralih pada tangan kanan sang lelaki yang terbalut perban itu. Teringat lah ia akan kejadian semalam.
Hatinya ngilu. Kala tahu siapa yang menjadi pelaku, atas kematian dua orang terkasihnya. Ia tak bisa membenci seseorang, meski ia ingin. Bahkan pada sesosok lelaki bernama Gaara dan Sasori saja, ia tak bisa. Padahal mereka telah membohonginya tentang sebuah hal besar.
Sakura tahu jika ia tak bisa mentah-mentah menjadikan benci pada siapapun yang jelas-jelas membuatnya kecewa, bahkan sakit hati. Ia akan diam, jika luka yang ia pendam oleh seseorang itu terlalu dalam. Begitu lah keputusannya pada Karin. Seseorang yang mengaku berhubungan dengan kematian orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Yourself ✔
Fanfiction[SELESAI] Sasuke × Sakura | Fiksi Penggemar "Diam! Biarkan seperti ini!" ujar lelaki dingin itu, Uchiha Sasuke. "Lalu bagaimana jika aku berusaha menjadi yang orang-orang inginkan? Bukankah akan lebih baik?" tanya Sakura. "Tidak!" jawab Sasuke, tak...