12.【Juu Ni】

2.2K 200 33
                                    

Happy reading ^^

.
.
.
.
.

Musim dingin belum berakhir. Ujian sekolah dilaksanakan sebulan lagi. Hari ini, Senin yang cukup dingin. Kehadiran sang surya di sore itu pun tak mampu menghangatkan suasana.

Sakura yang semenjak tadi masih berada di kelas menyelesaikan catatannya, akhirnya memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan itu di rumah. Mengingat hari kian gelap. Pagi tadi, sebelum ia berangkat sekolah, ia berpesan pada kedua kakaknya bahwa ia akan pulang telat. Gadis itu sudah tahu kebenaran dari Gaara, yang tak lain adalah kakak kandungnya, adik dari kakak pertamanya, Sasori.

Kaki jenjang Sakura melangkah di koridor sekolah yang sepi. Suara sepatunya dengan lantai yang beradu menggema di sana. Di lapangan basket, tepatnya di belakang gedung utama sekolah ini, pasti selalu ramai saat hari Senin seperti ini. Apalagi jika bukan tim basket sekolah yang adalah idola banyak gadis di sini.

Merasa perlu ke toilet, Sakura berbelok. Ia menyelesaikan urusannya di toilet tak lama. Hanya lima menit. Saat gadis bersurai soft pink itu menatap bayangan dirinya melalui cermin di dekat wastafel, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas. Ia teringat tentang tulisan yang pernah ada di sana. Buru-buru saja, Sakura menyelesaikan acara mencuci tangannya. Ia berusaha melupakan ketakutannya yang perlahan mulai menjalar. Hingga tanpa ia sadar, siluet hitam bergerak di depan toilet itu.

Tepat saat itulah, ketika Sakura keluar, seseorang mencekiknya. Membawanya kembali masuk ke dalam toilet. Refleks, Sakura memejamkan matanya. Samar, gadis itu mendengar suara sepatu yang beradu dengan lantai. Dalam keadaan sulit bernapas, Sakura masih berusaha menghitung jumlah orang berdasarkan langkah kaki yang ia dengar.

"Ukh! Lep ... paskan!" Sakura mulai meronta. Tangannya memegangi lehernya. Ah tidak. Lebih tepatnya memegangi tangan seseorang yang berusaha mencekiknya kuat-kuat.

"Kami-sama! Siapa mereka?!" batin Sakura panik.

"Ikat dia!"

Suara itu. Sakura tak lagi berusaha melepaskan tangan yang mencekiknya. Bukan karena ia pasrah. Ia justru seketika merasa tubuhnya tak bertenaga. Merasa tak ada lagi perlawanan, tangan itu melepas leher Sakura.

"Tutup matanya!" Suara yang sama masih memerintah.

"Hei! Kenapa kau malah menutup mata si jalang ini?" tanya seseorang lain.

"Pasti mereka! Oh kami-sama! Mau apa mereka sebenarnya?" tanya Sakura dalam hati.

"Mau apa kalian?!" bentak Sakura. Orang-orang itu menatap Sakura yang kini matanya telah tertutup kain dan tangannya terikat.

"Padahal sudah diikat, tapi kenapa masih dipegangi tanganku ini!" geram Sakura membatin.

"Mau apa? Katakan, Ayame! Sebenarnya kita mau apa dengan si jalang pink ini?" tanya suara yang benar-benar tak bisa Sakura lupakan.

"Karin sialan!" umpat Sakura dalam hati.

"Sebenarnya kami ingin membunuhmu, anak baru. Tapi, karena akhir-akhir ini kau sudah tidak terlihat dekat dengan Sasuke-kun, maka kami hanya membalas perbuatanmu karena bertemu lagi dengannya di apartemenmu," terang perempuan bernama Ayame itu. Sakura cukup terkejut. Mereka tidak bergurau dengan ancaman mereka selama ini.

"Kau lihat sendiri bahwa kami bersama yang lainnya dan hanya untuk belajar bersama!" tegas Sakura.

"Nii-san! Andai saja aku mau belajar bela diri denganmu dua tahun lalu," sesal Sakura dalam hati.

Sakura menahan napasnya saat ia merasakan air dingin mengalir di wajahnya. Merembes ke seragamnya dan sukses membasahi tubuh bagian atasnya. Tubuhnya jatuh terduduk. Bayang-bayang Sakura tentang surat di lokernya terlintas. Juga tulisan yang ada di cermin kamar mandi ini pun masih jelas di ingatan Sakura.

Stay With Yourself ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang