Selesai sarapan Mami mengemas meja makan bersama pengurus rumah tangga. Sekar terlihat riang bermain bercanda sama Rini di halaman rumah yang masih sejuk berembun.
Prita berdiri diteras, disebelahnya ada Adipati yang menjulang begitu tingginya.
"Makasih sudah membantu Rini menjaga Sekar, anak itu pasti merepotkan." Nada suara Adipati sangat tulus.
"Sekar anak pintar, aku bahkan tidak bisa marah padanya, ya ampun anak jaman sekarang tumbuh besar begitu cepat ya?"
Prita tersenyum sambil menatap Sekar. Adipati menatap Prita, kaki Prita serasa lumpuh, sialan, jangan liatin gw begitu napa. Prita teriak dalam hati.
"Seandainya aku tahu, ternyata Sekar tumbuh di rumah yang hangat penuh cinta..."
Prita menatap Adipati penasaran. "Rini nggak pernah cerita tentangmu. Tapi Sekar selalu ngomongin kamu seolah-olah kamu adalah ibunya." kata Adipati.
"Nggak, sebetulnya orang yang paling sibuk itu Mami, Sekar cuma bersama Mami kalau aku atau Rini kerja, Sekar bersamaku kalau Rini pergi berkencan dengan Bram."
Prita tertawa kecil sambil menyentuh keningnya.
"Bayi yang malang, Mami kasihan pada Rini, jadi kami bertiga sepakat untuk menjaga Sekar bersama-sama karena Rini nggak percaya pengasuh."
Adipati diam, suara Prita seperti membuainya. Prita tiba-tiba tertawa karena Rini hampir terjatuh waktu Sekar mengejarnya.
Adipati yang baru saja meanatap Prita mengalihkan pandangannya pada Rini dan Sekar.
Prita memang berisi, benar juga dia sintal dan berdada besar, terbukti beberapa menit yang lalu sikunya nonjok dadanya dengan tidak sengaja, dan rasanya sangat luar biasa.
Tapi mengenai Prita sudah tidak perawan, Adipati sama sekali tidak peduli.
"Ta." Panggil cowok itu pelan.
"Ya." Prita menyahut sambil menatap Adipati.
"Kamu nggak pengin, poster di kamar mandimu aku tanda tangani?" tanya Adipati tanpa menoleh ke arah Prita yang kaget setengah mati.
Mata Prita melebar, jantungnya berdebar hebat. Prita menatap Adipati dengan tatapan yang paling mengerikan. Adipati ngerasa Prita akan meledak sebentar lagi.
"Maksud kamu apa ya?" Prita kesal.
"Itu juga kalau kamu mau, kalau enggak juga nggak pa-pa."
Adipati menahan senyum setengah mati dan hampir saja tawanya lepas, tapi dia berhasil menahannya.
Wajah Prita memerah semerah buah ceri ranum. Prita merasa tenggorokannya tersumbat, sehingga dia tidak mampu bersuara walaupun cuma hanya ingin berkata 'tidak'
"Aku hanya berharap poster itu selalu dalam keadaan kering."
Adipati melirik Prita yang masih kesal. Prita seperti di telanjangi. Sisi hidupnya terkoyak. Adipati seperti tahu persis apa yang di lakukannya di dalam kamar mandi. Memandangi posternya sambil melakukan hal-hal yang absurd.
Pria itu bahkan seperti tahu Prita melelehkan air liurnya ketika membayangkan dirinya tidak memakai apa-apa, mengkhayalkan hal-hal nakal lainnya, menggoda tubuhnya sendiri sambil membayangkan Adipati yang melakukannya.
"Aku pastikan, setelah kamu meninggalkan rumahku postermu akan masuk tungku pembakaran sampah." kata Prita pedas.
Emosinya tersulut begitu cepat sehingga Adipati tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi pria itu masih sangat tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Celebrity
RomanceBagi orang biasa mengencani seorang selebriti itu cuma ada dalam khayalan, halusinasi atau fantasi belaka. Prita Adelia Sasmitha adalah penggemar berat Adipati Airlangga, yang tanpa syarat menerima lamaran sang aktor. Seorang aktor dan bintang ikl...