15. Mediasi

1K 59 0
                                    

Sidang pertama di gelar. Adipati memenuhi panggilan hakim untuk melakukan mediasi.

Alina benar-benar sangat bersemangat untuk mendapatkan kembali hak asuhnya terhadap Sekar.

Namun berita di media sangat ugal-ugalan. Ada media yang memberitakan Adipati sangat jahat dan tidak berperasaan, menentang ibu kandung menemui anaknya.

Media belum tahu kasus yang sebenarnya, sedangkan Alina sendiri tidak menjelaskan apa-apa, dia hanya ingin mendapatkan kembali anaknya.

Wartawan juga belum bertanya langsung padanya Adipati. Prita juga ikut-ikutan gerah karena namanya di sebut-sebut sebagai penghalang Alina untuk bertemu anaknya.

"Jangan terlalu banyak berpikir, kamu hamil, aku takut kamu stres, wartawan kerjanya memang begitu, kalau nggak gimana mau buat berita?" kata Rini serius.

Prita pucat karena kelelahan, gairah hidupnya lenyap setelah kasus ini muncul di permukaan.

"Aku sebel lihat mukaku muncul di televisi gara-gara kasus kayak gini." Prita mengeluh kesal sambil memijit kepalanya.

"Risiko punya suami populer, di kejar wartawan kesana kesini." sahut Rini. Aku

"Kenapa sih Adipati nggak ngomong aja sama pers supaya mereka mingkem?" Prita masih merungut, kali ini sambil meraba perutnya yang sudah mulai menonjol di balik gaunnya.

"Prita, masalah ngomong ke pers itu bukan perkara gampang. Adipati harus berfikir dulu dan siap. Biarkan saja masyarakat punya asumsi, Lagian Adipati nggak mau selalu di salahkan." Rini meraih minumannya lalu meneguknya.

Prita berdiri, dia nyengir sambil mengelus perutnya, ada gerakan lembut dari dalam sana. Anaknya megerti ibunya sedang galau.

"Gue nggak mau ya keponakan gue kenapa-kenapa disitu."

Rini melirik Prita yang mulai membesar. Prita tersenyum "Udah suka nendang nih." katanya lembut.

"Oh ya? Cowok ya?" tanya Rini takjub.

"Kata dokter sih gitu." jawab Prita.

"Kayanya gue harus buru-buru nikah deh."

Prita tertawa mendengar pernyataan Rini. " Kamu bilang hamil itu menderita." celetuk Prita.

"Kelihatannya kamu nggak gitu."

"Adipati terlalu subur, dia benar, kalau aku harus segera menikahinya sebelum ketahuan hamil waktu itu."

Tiba-tiba Prita merona mengingat permainan panas di tempat tidur bersama Adipati. Pria itu terlalu perkasa dan sulit di tolak.

"kamu sangat beruntung, lihatlah si jalang Alina, dia tidak seberuntung kamu sejak menikah lagi, suaminya super kaya, tapi buat apa kalau mandul." Rini mendengus tiba-tiba mengingat Alina lagi.

"Jangan gitu." tegur Prita "Gue cuma ngomong." tukas Prita.

"Sayang." Adipati menyeruak mendadak datang dengan wajah tegang.

Prita bengong dan kaget, Adipati menyambar keningnya dengan ciuman. Rini ikutan kaget dengan tingkah abangnya yang seperti kemasukan jin.

"Rini, tolong bantu suster berkemas, Sekar akan keluar negeri."

Dua wanita itu terkejut.
"Sayang, kita kan sepakat akan membawa Sekar kerumah Mami." kata Prita heran.

"Nggak bisa, Alina sangat nekat, dia kebanyakan akal aku khawatir dia akan mengambil paksa Sekar dari kita." kata Adipati.

"Percuma keluar negeri, kalau Alina tahu, dia akan nyusul juga." sahut Prita tenang.

"Kamu juga setuju waktu itu, Sekar dekat sama Mami, Alina nggak kenal Mami, media bahkan nggak tahu kalau Sekar membesar di rumah Mami. Dan aku yakin mami akan melindungi Sekar dengan baik."

Married With Celebrity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang