11.

690 36 1
                                    

Setelah menjemput ucha di rumahnya beberapa jam lalu, kini deven dan ucha tengah menikmati makan malam di sebuah warung yang menjual pecel lele kesukaan deven. Kini waktu menunjukkan pukul 21:05.

"pesen apa lagi cha?" tanya deven, matanya fokus pada menu yang kini ada di tangannya

"udah aja" jawab ucha

"Mas" panggil deven "pecel lele 2 minumnya teh hangat 2 juga ditambah cah kangkungnya ya"

"siap, tunggu ya mas" jawab si pelayan lalu melengos pergi

Deven kini sibuk memainkan ponselnya, tidak ada notifikasi yang ia harapkan. Gadis itu, gadisnya sama sekali tidak membalas pesannya, telpon pun tidak diangkatnya. Nethh! Deven rindu!!

"dev" panggil ucha, sedari tadi ia di anggurkan

"hm"

"dingin banget, gue ga bawa jaket" ucha mengusap kedua lengannya, ia benar benar kedinginan. Tanpa sepatah kata apapun deven melepas jaketnya kemudian memakaikannya kepada ucha, tatapan merek bertemu dalam sesaat.

Indahh. Pikir ucha ketika dengan jelasnya kini ia menatap wajah deven sedekat ini, ucha meneliti wajah deven

"lho?! Cha? Dev?"

Keduanya menoleh, deven membelalakkan matanya ketika kini dilihatnya gadis yang sedari pagi tidak mengabarinya kini berada di hadapannya tentu dengan tatapan kecewa, disebelahnya ada joa yang juga menatap deven tajam. Bagaimana tidak? Anneth dan jo melihat deven dan ucha yang saling bertatapan dengan jarak yang bisa dibilang dekat dengan jaket deven yang melekat di tubuh ucha

"neth.." panggil deven, anneth mengalihkan tatapannya, ia tidak mau deven melihat matanya yang berkaca kaca menahan sakit dan kecewanya

"lo bukannya tadi sama friden, gogo, sam ya dev?" tanya anneth, masih enggan menatap deven "gue tau dari sam tadi"

Deven kini gugup, mereka harus terlihat tidak mempunyai hubungan apa apa, tapi tidak bisa! Deven rasanya ingin cepat menarik anneth ke dalam pelukannya, tapi apa gadisnya itu mau memeluknya?

"i..iya neth. Aku eh gue!!" ralat deven cepat " gue tadi nganter ucha ke toko buku, ya cha?"

"iya hehe, kalian kok pada kesini?" tanya ucha

"iya kita mau makan disini" jawab joa, melirik anneth yang masih membuang muka

"gausah deh jo, kita balik yuk, gue pusing ini" ucap anneth yang sudah jo ketahui pasti sahabatnya ini berbohong. Joa mengangguk

"dev, cha. i balik ya sama anneth, have fun!" joa menekankan kata 'have fun' sambil menatap deven tajam. Setelahnya kedua gadis itu langsung masuk ke dalam mobil yang joa bawa. Deven segera berlari mengejarnya menghiraukan ucha yang terus memanggilnya

"NEETTHH!!" teriak deven, namun mobil itu telah membawa annethnya jauh. Deven mengacak rambutnya prustasi, anneth salah faham, sangat salah faham!

Deven mendekati ucha "cha balik cha, gue ga mood" ajak deven

"lah, makanannya belum kan dev" ucha menolaknya. Bersamaan dengan itu pesanan deven dan ucha telah siap di atas meja

"mas!" panggil deven pada pelayan yang baru saja pergi itu "totalnya berapa mas?"

"138 ribu mas". Deven mengeluarkan 2 lembar seratus ribu "ambil kembaliannya, makanannya lo makan aja mas" setelah itu deven menarik ucha lalu masuk ke mobil dan memacu mobilnya dengan kecepatan cepat. Ia ingin segera pulang dan menenangkan pikirannya

***

Anneth masih menangis sesenggukan, joa jadi tidak konsentrasi menyetir, ia terus mengusap pundak anneth agar gadis itu tenang

"udah neth, mata lo udah sembab gitu" ucap joa

"gue..ga nyangka ajaa..deven tega sama gue jooo" rengek anneth kemudian menangis lagi dengan kencangnya. Lama kelamaan tangisnya menjadi raungan penuh kesakitan, joa memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, ia mengusap punggung anneth

"nethh" panggil joa pelan. Anneth masih tetap meraung penuh kepedihan. Iya, hatinya perih, rasanya seperti di tusuk banyak jarum di dadanya. Sakit, perih, dan sesak bercampur jadi satu. Anneth memukul pelan dadanya, airmatanya masih mengalir deras

"jooo" rengeknya disela sela isakan. Joa menarik anneth kedalam pelukannya, bagaimanapun joa tidak tega melihat sahabatnya ini menangis didepan matanya hanya karena lelaki! Deven, deven yang membuat anneth seperti ini! Jo takkan tinggal diam!

"neth, udahh nanti mata lo sembab, ya?" rayu joa, anneth masih memeluk joa erat, pelukan joa memang yang paling nyaman dan yang bisa membuatnya tenang. Akhirnya anneth melepas pelukannya, joa menangkup pipi anneth dan menghapus airmata yang berada di pipinya lalu tersenyum

"you sahabat gue neth, i ga akan biarin lo kenapa napa, gue ga mau liat lo nangis apalagi cuma gara gara nangisin cowo, ngerti neth?" tegas joa. Anneth mengangguk lalu tersenyum, jo sekali lagi memeluk anneth

"udah ya, masalah ini biar nanti i bantuin, you jangan terlalu pikirin hm?" kebiasaan joa adalah menggabungkan antara bahasa indonesia-inggris dalam hampir setiap ucapannya

"makasi joo" ucap anneth manja. Joa tersenyum sekilas lalu kembali melajukan mobilnya menuju rumah anneth, ia memang akan mengantarkan anneth ke rumahnya karena memang sengaja anneth menaiki mobil joa. Tadi joa dan anneth sempat menemui friden, gogo, dan sam yang tengah berada di cafe, tadi friden berkata deven ada disini sebelum ucha menelponnya dan deven pun pergi. Anneth hafal betul jika pada jam segini deven akan makan malam, dan warung pecel lele itulah warung favorit deven. Dan benar saja, anneth dan joa melihat semuanya tadi dengan jelas!

.
.
.
.
.

Kasian ga sama anneth?
Kesel juga ga sama deven?

Vote&komen❤

The Secrets [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang