21.

694 39 2
                                    

Tidak seperti sebelumnya, deven yang biasa bertemu anneth di tangga sebelum masuk kelas kini tidak ada lagi. Deven sadar ia belum bisa melepaskan anneth sepenuhnya, tapi ia juga harus mulai membiasakan diri. Sekarang deven dan anneth hanyalah sebuah masa lalu yang pernah terjadi dan takkan pernah terulang. Mungkin

Deven melempar botol minuman yang sudah kosong ke sembarang tempat. Matanya menatap kosong ke depan, biasanya di kantin ini ramai, ramai oleh para sahabatnya yang sekarang entah kemana

Biasanya jika sedang kumpul di kantin, ia selalu curi curi pandang bersama anneth. Deven tersenyum tanpa sadar kala mengingat momen momen bersama gadis itu, Deven menggelengkan kepala mencoba mengusir anneth dari fikirannya

"hai"

Hal yang dihindarinya kini ada di depan wajahnya. Deven sedang ingin sendirian, tidak ingin diganggu

Deven menoleh sekilas lalu kembali pada posisi awalnya. Ucha yang sudah biasa dengan sikap deven itu tidak ambil pusing, ia segera duduk di samping deven, pacarnya itu

"dev kamu kenapa?" tanya ucha setelah beberapa menit diam. Kemudian deven menggeleng saja

"tumben, biasanya anak anak kumpul"

"mana gue tau" jawab deven sejutek mungkin. Merasa terganggu akan kehadiran ucha, pacar satu satunya deven saat ini

"kamu kenapa?" tanya ucha lagi, merasa tak enak karena ia ada tapi tidak dianggap seperti inim deven asik melamun

"diem cha!"

***
Seorang lelaki yang tengah duduk di motor yang masih menyala dengan pakaian seragam SMA lain itu sesekali melirik jam tangan yang melingkar sempurna di lengan kanannya. Ia sudah menunggu sekitar 20 menit lamanya, tapi yang ia tunggu belum juga menunjukkan batang hidungnya

Sesekali ia menengok ke arah dalam gerbang berharap gadis yang di tunggunya muncul. Ia sudah sangat rindu dan ingin segera menghabiskan waktu berdua
.
.
.

Sedangkan anneth, sudah beberapa kali berdecak sebal karena pak Difto, guru Bahasa Indonesia-nya tak kunjung selesai menerangkan. Padahal jam pulang sudah tiba

"pak, bel udah bunyi lho!" ucap Dika, teman sekelas anneth

"bapak tau! Telat pulang sedikit ga akan bikin kalian luka luka kan?!" jawab si bapak sedikit sewot karena tak terima dengan ucapan dika tadi

"ya sudah! Sampai disini dulu saja belajarnya! Bapak udah ga mood!"

Si bapak langsung saja keluar kelas membawa beberapa alat tulisnya dengan perasaan jengkel. Sedangkan seluruh murid dikelas langsung tertawa tawa dan tak buang buang waktu lagi untuk langsung bubar pulang ke rumah

Anneth berjalan di koridor sembari memainkan ponselnya. Terlalu fokus sampai ia menabrak orang di depannya

"eh?!"

"neth"

"eh cha" sapa anneth. Sudah lama tidak melihat ucha membuatnya sedikit canggung

"neth, kemana aja sih lo"

"ada kok hehe" jawab anneth sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia benar benar canggung. Bukan hanya sudah lama tidak bertemu, tapi juga ucha adalah sumber permasalahan antara dirinya dan deven

"ikut gue yuk, gue mau jalan ke mall sama deven" ajaknya. Anneth menggeleng. Gila saja jika dia mengikuti ajakan ucha dan akan menjadi nyamuk besar antara ucha-deven. Ia juga tidak ingin melihat deven lagi, wajar kan anneth masih sakit hati? Entah sampai kapan ia merasakan hatinya sakit ketika mengingat deven yang kini sudah berubah status menjadi mantannya

The Secrets [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang