22.

698 40 10
                                    

"dev, gue kira setelah apa yang lo dan anneth lakuin sampe persahabatan renggang, lo bakalan pertahanin hubungan lo sama anneth ketimbang ucha, ternyata gue salah" ucap friden dengan sudah tersulut emosi

Deven terkejut ketika ternyata friden mengikutinya sampai ke toilet. Baiklah, kali ini deven tidak boleh lari lagi dan tidak bisa lari lagi

"gue masih bingung sama perasaan gue sendiri. Gue harap lo ga ikut campur" jawab deven

Sekarang bagaimana friden tidak ikut campur, anneth adalah gadis yang sudah lama sekali ia sukai dan ia sedang mencoba merelakannya untuk deven. Tapi malah deven sia-siakan. Padahal friden tau bahwa anneth sungguh sungguh mencintai deven. Deven malah memilih ucha, entah atas dasar apa yang pasti friden yakin bukan atas dasar cinta

"lo udah bikin kita semua renggang! Dan sekarang lo bilang gue ga usah ikut campur?!" ucap friden sedikit membentak dengan tangan yang sudah mengepal. "lo cowo yang ga punya pendirian dev, lo sadar ga sih udah nyakitin banyak orang dalam sekali waktu, hah?!"

Deven mengusap wajahnya gusar mendengar ucapan friden. Ya, deven tau ia salah, tapi sekarang menurutnya sudah terlanjur, untuk di perdebatkan pun sudah percuma

"gue udah putus sama anneth den. Dan gue sekarang sama ucha lo tau"

"lo ga kasian sama anneth? Rasa cinta lo sama dia udah ilang begitu lo sama ucha?!" tanya friden lagi. Ia benar benar tak habis pikir dengan deven

"rasa sayang gue ke ucha emang belum sebesar rasa sayang gue ke anneth. Tapi sekarang gue bakalan nyoba buat cinta sama ucha" ucap deven. Dalam hatinya ada sedikit keraguan, ia tidak sungguh sungguh dengan ucapannya

"hah? Lo mau nyoba nyoba? ga salah denger gue? Lo cuma mau mainin perasaan dua cewe, dasar bego!" bentak friden, sudah hampir membogem mentah wajah deven yang terlihat berkeringat itu. Tapi seseorang tiba tiba menahan friden

"mas kalo mau berantem jangan di toilet" ucap seorang pria yang baru keluar dari bilik toilet dan sedari tadi kemungkinan besar ia mendengarkan apa yang diperdebatkan kedua anak remaja ini

Friden mengurungkan niatnya, ia hanya menatap tajam deven yang sekarang sudah sedikit lega karena tidak jadi terkena tinjuan dari friden. Tanpa berbicara friden langsung keluar meninggalkan deven sendirian

Deven bercermin setelah ia mencuci mukanya dengan air dari wastafel. Ia menatap pantulan wajahnya

"apa gue salah besar?" batinnya bertanya tanya

***

"makasih ya jhon!" ucap anneth kegirangan. Ia benar benar menikmati waktunya bersama jhon sejak siang sampai malam ini

"seru ya" kata jhon sambil melepas helm dari kepala anneth, dibalas anggukan menggemaskan dari anneth

"sekarang lo masuk trus istirahat" titah jhon

"lo ga akan mampir?" tanya anneth. Dalam hatinya ia berharap jhon mampir dulu karena anneth merasa belum puas mengobrol bersama jhon

"lo ga capek? Ga mau langsung istirahat aja?" tanya jhon lagi

"ga, ayo!"

Anneth menarik lengan jhon untuk segera memasuki rumahnya. Kedua orangtuanya pasti senang melihat jhon datang ke rumah

"anneth pulang"

Anneth melihat sekeliling. Rumahnya sudah sepi, mungkin sudah pada tidur. Tapi terdengar suara tertawa dari arah ruang tv. "ah jhon! Kayanya lagi pada nonton tv deh, yuk samperin"

"mii, liat anneth bawa siapaa"

Sontak mami, papi, dan juga ao menengok ke arah belakang anneth. Sedetik kemudian semua langsung heboh mengetahui anneth telah bertemu lagi dengan jhon

The Secrets [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang