🐈SEVEN🌸

1.6K 71 0
                                    

Happy reading!!

"Kalian berdua masuk!!" ucap bu Valk dengan berkacak pinggang dan bersuara tegas.

Karena hari ini yang terlambat hanya mereka berdua, alhasil mereka pun hanya mengikuti perintah bu Valk masuk ke dalam sekolah.

"Kamu," panggil bu Valk menunjuk ke arah Adfat. "kamu ini anak baru sudah melanggar aturan saja!!"

"Ya elah Bu, baru sekali juga," jawab Adfat santai.

"Iya baru sekali, kalau di biarin nanti malah ngelunjak. Ini aja udah ngelawan kamu, gimana kalau terulang lagi hah?" bentak bu Valk.

"Ya kalau ibu bicara kan harus di jawab, kalau nggak nanti nggak sopan dong."

"Kamu ya benar-benar sudah telat, baju di keluarin, dasi nggak rapi, rambut acak acakan, ngelawan lagi. Kamu ini sebenarnya mau pergi sekolah apa tawuran?" tanya Bu Valk menatap tajam Adfat.

"Ye si ibu, udah liat saya pakai seragam sekolah, ya mau ke sekolah lah. Kalau mau pergi tawuran saya nggak disini kali bu dengerin ocehan ibu," jawab Adfat sewot.

"Lah kenapa jadi kamu yang sewot?"

"Kal--"

"Ah sudah-sudah, kalau saya ladenin kamu nggak bakalan kelar. Sekarang kalian berdua hormat di depan tiang bendera sampai jam istirahat pertama berbunyi," perintah Bu Valk.

"Itu doang bu? Ah kecil itu mah, yuk Sof," ujar Adfat menarik tangan Shofia menuju ke lapangan untuk menjalankan hukumannya, jika saja tidak ada yang menarik kerah seragamnya ke belakang.

"Eitsss, siapa bilang itu doang ah? Ohh hukum kecil ya?"

"Iya lah bu, orang tinggal hormat doang kan abis tuh kelar, udah deh Bu mendingan kami jalanin aja hukumannya dulu, kalau ibu mau telpon saya nanti saya hubungin ibu deh. Saya tau kok kalau saya ini ganteng, jadi ibu nggak usah segitunya nahan-nahan saya," ucap Adfat dengan PD-nya dan menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangannya.

Shofia memutar bola matanya malas ketika mendengar celotehan terakhir yang keluar dari mulut Adfat.

"Dasar nih orang udah sinting kali yah? Belum tau aja nih guru killer nya kek apa. Udah main adu bacot lagi, bisa mati gue kalau lama-lama disini" batin Shofia melirik sinis ke arah Adfat.

"Iya emang kalian cuman harus hormat di depan tiang bendera abis tuh kelar pas bunyi bel istirahat pertama. Tapi belum tuntas maksimal, setelah kalian menjalankan hukum pertama, kalian harus menjalankan hukuman kedua yaitu membersihkan perpustakaan pada saat jam pulang sekolah. Dan soal kamu ganteng, emang iya kamu ganteng. Tapi ibu nggak pernah yah kepikiran soal pengen nelfon kamu. Ibu tuh udah punya suami sama anak jadi gimanapun ganteng kamu ibu nggak bakalan tertarik soalnya ibu tuh setia orangnya," ujar Bu Valk panjang kali lebar.

"Hehehe kirain ibu pengen minta nomor saya. Ya udah deh Bu dari pada tambah panas disini mendingan ibu kembali ke ruangan lebih enak ada Ac nya. Tenang, kita nggak bakalan kabur kok Bu."

"Hmm, ya sudah saya kembali dulu. Ingat jangan kabur, jalanin hukumannya sampai tuntas. Saya akan mengawasi kalian dari jauh, dan akan menunggu kalian di perpustakaan."

"Asyiap Bu, kalau gitu kita pamit. Assalamualaikum ibu galak," ujar Adfat lari menarik tangan Shofia menuju ke lapangan, tanpa mendengar jawaban dari bu Valk.

"Walaikumsalam,"jawab bu Valk.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"Eh tunggu dulu, tuh anak panggil gue 'ibu galak'? Wah bener-bener tuh bocah. Emang gue galak yah?" tanya bu Valk pada dirinya sendiri. "Au ah tuh bocah bikin gue puyeng aja!!" geleng buk Valk dan berlalu menuju ruangannya.

❄❄❄

Cuaca hari ini sangatlah terik, matahari bersinar terang di atas kepala dan menghasilkan panas yang sangat menyengat.

Satu tetes, keringat turun dari dahi seorang gadis remaja yang sedang hormat ke pada bendera. Bukan karena hari ini upacara bendera, tetapi dia ada disini untuk menjalankan hukumannya.

Silang beberapa jam tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat yang terus bercucuran dari wajahnya. Ia merasa pandangannya sedikit buram dan kepala nya seperti di putar-putar, tetapi dia menghilangka rasa sakit itu dengan menggelengkan kepalanya agar pusingnya sedikit reda.

Tahan Shofia, lo pasti kuat tinggal 15 menit lagi dan hukuman lo kelar. Semangat lo nggak boleh pingsan disini. batinnya menyemangati.

Tanpa ia sadari, orang yang bersamanya di hukum itu memperhatikan semua tingkahnya. Mulai dari reaksi kepanasan nya, cara mengusap keringatnya, dan yang terakhir pada saat tubuhnya oleng dan akan jatuh tetapi masih bisa ia kendalikan.

Dia kenapa? Jangan-jangan sakit lagi.

"Lo kenapa? Sakit? Mau gue anter nggak ke UKS?" Tanya Adfat pada akhirnya yang sedari tadi bergulat menebak-nebak apa yang sedang di alami oleh gadis yang ada di sampingnya itu. Sambil menatap khawatir ke arahnya.

Shofia menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda ia baik-baik saja. Padahal sekarang ini ia tengah mati-matian menahan rasa pusing yang ada di kepalanya. Ia juga tidak bisa bicara sekarang karena rasa sakit itu.

Jawaban yang di berikan oleh Shofia tidak sepenuhnya membuat Adfat percaya, apa lagi dengan keadaan mukanya yang pucat itu membuat Adfat semakin khawatir dengannya.

Adfat berdehem."Lo istirahat aja dulu di sana biar gue lanjutin hukumannya," ujar Adfat menunjuk salah satu tempat duduk yang di lindungi oleh pohon rindang, suasananya juga kelihatan teduh dan tidak terkena sinar matahari.

Lagi dan lagi Shofia hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

Adfat menghela nafasnya. "Udah deh nggak usah keras kepala, lo tuh udah pucet banget langsung ke UKS aja deh kalau gitu. Nanti kalau lo pingsan bisa diamuk gue sama abang lo, dikira gue yang kasih pingsan lo padahal kan lo di hukum sama guru galak itu," oceh Adfat panjang lebar.

Shofia memutar bola matanya.nih orang kagak tau situasi banget sih, mana kepala gue pusing banget lagi. Ditambah dengerin ocehannya bikin kepala gue mau meledak rasanya.

"Ya udah deh kalau lo kagak mau pergi sendiri. Gue temenin gimana?" tanya Adfat mengangkat satu alisnya.

Adfat melambai-lambaikan tangannya di depan muka Shofia "hello!!!lo masih hidup kan ye? Belom pingsan kan lo?"

"Ish," ringis Shofia menepis tangan Adfat dengan kasar hingga menjauh dari mukanya. Karena sudah tidak tahan lagi mendengar celotehan cowok yang ada di sampingnya ini.
"Lo bisa diem nggak?!"

"Nggak!" jawabnya dengan tampang watadosnya.

"Nyeb---"ucapanya terpotong.

Tringgg....tringg.....

Bel istirahat pertama berbunyi, pertanda hukuman pertama mereka pun selesai.

Akhirnya.

"Udah nih, yuk ke---" ucapan Adfat berhenti ketika mendengar suara yang cukup keras.

Bruk!!!

Tiba-tiba penglihatan gadis itu menjadi buram dan lama kelamaan menjadi gelap dan tidak terlihat apapun. Terakhir sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya ia mendengar teriakan para siswa/i yang melihatnya terjatuh berteriak histeris. Dan mendengar satu kalimat keluar dari suara berat seorang lelaki yang menemaninya sedari tadi, segera menghampirinya dan berkata. "Shofia banghn jangan bikin gue khawatir kayak gini," Dan setelah itu hanya ada kegelapan yang ia lihat.

TBC







ICE GIRL VS BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang