Two

1.2K 111 6
                                    

Napas Eun Ha memburu. Dadanya naik turun dengan cepat. Mukanya memerah karena marah. Kedua tangannya gemetar begitu pula dengan tas gantung yang ada di sebelah tangannya. Ia menatap kecewa sekaligus marah kepada pria di depannya dan ibunya yang berdiri tak jauh di belakang pria itu. Mereka berdua menatap Eun Ha tanpa kata-kata, sebab mereka cukup terkejut dengan perubahan ekspresi Eun Ha.

"Kalian ... Kalian akan menikah? Ibu ... Akan menikah dengan ... Orang ini...?" Ulang Eun Ha tak memercayai apa yang telinganya tangkap.

Ibunya mengangguk gugup, lalu memasang senyuman kecil yang terkesan canggung. "Ya, ibu berencana untuk menikah dengan Jungkook. Ibu berpikir untuk melepaskan masa lajang setelah kematian ayahmu 14 tahun yang lalu," jawab Jang Na Ra dengan jujur.

Eun Ha tak bisa tenang. Ia benar-benar tak menyukai ini. "Dengan pria yang terpaut dua tahun dariku? Apakah ... Hanya tersisa laki-laki ini saja di dunia ini??"

Jungkook, pria muda itu memasang wajah serius. "Eun Ha," katanya sambil memegang kedua bahu Eun Ha, namun segera ditangkis oleh gadis itu. "Aku benar-benar mencintai ibumu. Dia adalah wanita yang membuatku nyaman dan aku serius untuk menikahinya."

Eun Ha semakin geram dengan reaksi ibunya yang malu-malu mendengarnya. Rasanya ia ingin saja segera mengusir pria itu. Pria itu mengganggu hubungan harmonisnya dengan sang ibu. "Apakah kalian ... Sudah melakukan ... Itu? Apakah kalian pernah melakukan itu...?" Tanya Eun Ha tergagap sedikit malu menanyakannya. Namun di balik bulu matanya, ia mendapati ekspresi canggung sekaligus malu pada Jungkook dan ibunya yang saling berpandangan.

Jadi mereka sudah melakukan hubungan dewasa?

Darah Eun Ha mendidih dan dirinya tidak bisa berpikir jernih. Melihat Jungkook yang mendekat kepadanya membuatnya mengayunkan tas sekolah di tangannya dengan keras sehingga tas itu tampak menampar pipi kiri Jungkook. Pria itu mundur beberapa langkah untuk menyeimbangkan tubuhnya, sedangkan Eun Ha berlari membawa tasnya menuju tangga. "KALIAN BRENGSEK DENGAN TAK MEMIKIRKAN PERASAANKU...!!!" Teriak Eun Ha frustrasi sebelum dirinya benar-benar lenyap dari pandangan mereka yang ada di ruang makan.

Dengan tidak menggubris panggilan mereka dari lantai bawah, Eun Ha memasuki kamarnya dan menutup pintu kayu itu dengan keras guna menggambarkan kekesalannya. Ia berhenti tepat di balik pintu kamarnya, punggungnya bersandar pada pintu kayu itu, dan dengan bahu yang bergetar menahan tangisnya, tubuhnya meluruh ke lantai. Tangisnya pecah tanpa suara, sedangkan suara ibunya dan Jungkook terdengar memanggil-manggilnya tepat di balik pintu di belakangnya. Kedua tangannya menutup telinganya, tak ingin mendengar suara apa pun. Ia sudah cukup dengan hari ini. Ia ingin ia mendapati ini sebagai mimpi buruk besok. Namun rasa sesak di dadanya terasa nyata.

"Eun Ha! Eun Ha, buka pintunya, nak! Ibu bisa ceritakan segalanya," ujar ibunya berulang sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya. "Ayo kita bicarakan semuanya. Ayo kita bicarakan ini baik-baik."

Eun Ha tak menyahut dan kalut dalam kesedihannya.

"Biar aku saja yang berbicara kepadanya," ujar Jungkook dengan lirih dan hati-hati kepada Na Ra.

"Tidak perlu, Jungkook. Untuk saat ini, biar aku saja. Jika tetap tidak bisa, maka kau bisa mencobanya," ucap Na Ra dengan lembut dan berperasaan.

***

"Eun Ha, waktunya makan malam. Tolong jaga baik-baik kesehatanmu dan makanlah," kata Jungkook membuat Eun Ha terbangun.

Eun Ha menatap nanar sekeliling kamarnya yang gelap. Matanya terasa perih dan bengkak. Ia tertidur di lantai sampai makan malamnya terlewat 4 jam dari biasanya. Lama sekali ia tertidur. Bahunya yang terasa pegal karena salah posisi tidur, terasa sakit ketika ia berusaha untuk bangun di tempatnya. Mata mengajaknya menjelaskan segalanya yang baru saja terjadi padanya. Ibunya akan menikah dengan pria muda tampan yang lebih tua 2 tahun darinya. Perasaan sesak kembali mengisi rongga dadanya. Kesedihan kembali menyeruak.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang