Six

661 83 0
                                    

Yerin menuruni tangga dengan cepat secepat yang ia bisa. Jantungnya berdegup kencang sejak mendengar penuturan kata Eun Ha di kelas sebelumnya. Ia akan memiliki waktu untuk mengobrol dengan laki-laki itu. Entah membahas tentang Eun Ha atau pun ibunya, setidaknya ia sudah mengobrol dengan laki-laki yang ia temui kemarin itu. Perlahan-lahan, ia akan mendekati laki-laki itu dan membuat laki-laki itu jatuh cinta dengan kedekatan mereka seiring waktu. Ia merasakan wajahnya memanas dan degup jantungnya tak terkontrol lagi. Ketika berada di luar gedung sekolah, ia memelankan langkah kakinya seperti tempo langkah kaki siswa-siswi lainnya. Ia menetralkan degup jantungnya juga wajahnya yang terasa panas. Ketika ia sudah berada di dekat Jungkook yang tengah fokus memandang murid-murid yang keluar dari gedung sekolah, ia menyapanya dan pura-pura terkejut.

"Oh! Ajussi yang waktu itu, ya?" Yerin menunjuk Jungkook dengan mulut terbuka.

Jungkook yang sebelumnya memandang menembus sosok Yerin, kini menyadari kehadiran gadis itu. Ia menunduk dan melihat gadis itu melalui celah kacamata hitamnya. "Yerin, temannya Una?"

"Iya, benar, Ajussi. Apa yang Ajussi lakukan di sini?" Tanya Yerin kembali.

"Aku menunggu Eun Ha keluar dari sekolahnya. Tapi aku tak melihatnya sama sekali. Apa kau tahu dia dimana?"

"Oh, itu.." Yerin mengingat apa yang Eun Ha titipkan kepadanya. "Eun Ha sudah meninggalkan sekolah ini sejak bel berbunyi. Ia pulang bersama Yoongi. Katanya, hari ini ia sibuk dan tidak memiliki waktu untuk meladeni siapa-siapa." Jelas Yerin tak mengubah inti pesan yang Eun Ha titipkan.

Rahang Jungkook mengencang, genggamannya mengencang dalam lipatan di depan dada. Beberapa detik setelahnya, ia tampak lebih tenang. Hal-hal seperti ini sering terjadi di perusahaan tempatnya bekerja. Pihak yang membuat kesal, pihak yang membuat onar, pihak yang membuat keributan. Semua itu sering ia hadapi sehingga ia lebih terbiasa sekarang. "Baiklah kalau begitu, terima kasih." Ucap Jungkook lalu berlalu menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

"Tunggu!" Yerin mengejar langkah Jungkook dan menahan salah satu tangan Jungkook. Jungkook pun melemparkan atensinya kepada gadis itu. "Bagaimana kalau aku menceritakan kepada Ajussi tentang Una?"

Kedua alis Jungkook mengerut ke dalam sambil menatap gadis itu.

***

Eun Ha menuruni anak tangga dengan berlari. Ia meninggalkan perpustakaan beberapa detik yang lalu dan ia sekarang berlari menuju gerbang sekolah. Jantungnya berpacu cepat. Hal yang ia takutkan akan terjadi. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mengapa ia dengan bodoh menyuruh Yerin menyampaikan pesan kepadanya. Yerin menyukai Jungkook. Jungkook menyukai Na Ra, ibunya, begitu juga sebaliknya. Jika ia mendukung salah satu pihak, maka pihak yang lain akan terluka. Namun kedua pihak itu adalah dua orang yang ia sayangi. Ia sudah kenal dan berteman lama dengan Yerin semenjak menginjak bangku sekolah dasar, sedangkan Na Ra adalah seorang ibu yang selalu ada untuknya. Mereka menyayangi keduanya. Karena ia meminta Yerin untuk mengirimkan pesan kepada Jungkook, maka kemungkinan yang terjadi adalah Yerin yang semakin jatuh ke dalam pesona Jungkook. Semakin ia menyukainya, semakin sakit yang Yerin rasakan jika kehilangannya. Sekarang, apa yang akan Eun Ha lakukan?

Eun Ha berhenti tepat di mana ia melihat Jungkook menunggunya, yaitu di tembok di sisi kiri gerbang. Namun tak ada siapa-siapa di sana. Gerbang sekolah sudah cukup sepi dibanding sebelumnya. Eun Ha sedikit membungkuk, tangan kirinya menyangga tubuhnya dengan tumpukan lutut kirinya, sedangkan punggung tangan kanannya menutup mulutnya yang terengah-engah. Ia harus mengatur napasnya dulu, namun ia juga harus mencari keberadaan Jungkook dulu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun nihil. Mobilnya bahkan tidak lagi terparkir di seberang jalan. Ia terlambat.

"Oh ... Tidak-tidak-tidak ... Ini salahku. Ini salah Una.." gumamnya dengan dada yang terasa sesak, entah karena telah berlari atau mendapati sosok Jungkook yang tidak ada di tempatnya. Ia membungkuk dengan kedua mata berkaca-kaca. Jika ia mengingat sifat yang dimiliki sahabatnya itu, maka Yerin tidak akan segan-segan mendekati seorang laki-laki. Karena prinsip hidupnya adalah 'kecepatan dalam bertindak'.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang