Twenty

348 30 2
                                    

"Ujiannya benar-benar gila... Soalnya susah semua. Para guru sepertinya benar-benar membenci muridnya untuk naik kelas..."

Eun Ha mendengar gerutuan dari murid lain yang mengambil sepatu luar sekolah di seberang loker sepatunya. Eun Ha melepas sepatunya dan menggantinya dengan sepatu luar sekolah yang ada di dalam loker sepatunya. Dia tidak mempercepat gerakannya karena menunggu Yerin. Hari ini Yerin masih dengan suasana hati muramnya sama seperti kemarin-kemarin.

"Jika hal ini terus terjadi, bisa-bisa menambah stres murid-murid lainnya. Aku jadi paham alasan mengapa para pelajar memilih bunuh diri daripada melanjutkan sekolahnya." Suara lain menyahut suara pertama. Namun kalimat tadi berhasil membuat Eun Ha melirik tanpa menolehkan kepalanya.

"Ish! Jaga kalimatmu! Jika salah seorang guru mendengarmu, bagaimana?"

Kupikir aku mendengar semuanya tadi, batin Eun Ha.

"Jangan diriku saja. Kalimatmu juga mengandung konfrontasi tau! Jangan menasihatiku jika kau sendiri melakukannya."

Suara pintu loker yang ditutup terdengar. Langkah kedua murid laki-laki itu menjauh dari tempat Eun Ha yang sekarang. Suaranya semakin menjauh.

"Kalau begitu kita benar-benar salah. Bagaimana kalau kita bersenang-senang ke rental gim...?"

"Setuju, kalau begitu aku..."

"Eun Ha? Kau melamun?" Suara Yerin yang tiba-tiba ada di depannya membuat Eun Ha terbangun dari fokusnya mendengarkan ucapan orang lain.

"Eh? Aku? Melamun? Mana mungkin.." Eun Ha tertawa canggung lalu menutup loker sepatunya. "Lalu sejak kapan kamu berdiri di depanku?"

"Beberapa detik yang lalu. Aku pikir kau kesurupan."

"Mustahil. Cepatlah kau ganti sepatu lalu..." Eun Ha memandang sepatu Yerin yang sudah berganti dan mendongakkan kepalanya untuk menatap muka temannya. "Ayo pulang." Ucap Eun Ha dengan senyum simpul. Ia tidak menyangka bahwa ia menghabiskan banyak waktu untuk melamunkan ucapan dua orang siswa yang telah pergi tadi.

Eun Ha dan Yerin berjalan ke luar bangunan sekolahnya. Halaman sekolah membentang sepanjang 20 meter dengan pagar gerbang sekolah yang lurus dengan bangunan sekolah. Halaman sekolah tidaklah sepi. Masih ada beberapa murid yang mengobrol selagi berjalan mencapai gerbang sekolah. Dari tempatnya berjalan sekarang, Eun Ha dapat melihat sosok Jungkook dengan setelah jas abu-abu tengah berdiri di sisi gerbang dengan menyandarkan punggungnya.

Eun Ha mengerutkan dahinya. "Sudah kubilang, kan? Dia itu abu-abu." Ucap Eun Ha pada Yerin, namun tidak mendapat sahutan. Ia pun menoleh ke arah temannya yang tidak lagi berada di sebelahnya. "Yerin? Kamu ke.." Eun Ha pun menemukan Yerin yang telah berhenti jauh di belakangnya. Yerin memasang wajah tidak nyaman ke arah Eun Ha. "Kenapa berhenti, Yerin?"

Yerin bingung harus menjawab apa. Ia telah menghentikan langkahnya sejak matanya menatap sosok Jungkook yang ada di gerbang sekolah sebelum Eun Ha menyadarinya. Meski Eun Ha banyak bercerita kepadanya, ia tidak sanggup untuk menceritakan tentang penolakan Jungkook kepada Yerin yang bahkan belum menyatakan perasaannya kepada Eun Ha. Yerin memainkan ujung rambutnya yang panjang di bawah bahu itu. "Aku ingat kalau aku di panggil pak Namjoon sebelumnya. Jadi kau bisa pulang dahulu."

Meski suara itu tidak keras, Eun Ha dapat mendengarnya dengan baik. Eun Ha pun menatap sosok pria yang berdiri di belakang Yerin dengan terkejut lalu membungkukkan badannya kepada sosok itu. "Kalau begitu, aku duluan. Jangan pulang terlalu telat, ya." Ucap Eun Ha lalu berjalan ke arah gerbang sekolah.

Jungkook menatap Eun Ha yang berjalan ke arahnya dengan datar. Jauh di belakang gadis itu, Jungkook dapat melihat Yerin dengan Namjoon yang berdiri tepat di belakangnya. Ia sudah menyangka bahwa gadis itu akan merasa canggung dengannya. Jungkook bertanya-tanya, apakah Yerin sudah bercerita kepada Eun Ha atau tidak. "Harimu melelahkan?"

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang