Nine

569 54 1
                                    

"Cepat lepaskan tanganmu dari dia."

Eun Ha terkejut dalam hati mendengar kalimat dari mulut Jungkook. Ia tak menyangka bahwa laki-laki itu dapat berlaku dingin seperti sekarang. Mereka berdua sedang bertengkar dalam tatapan membunuh. Eun Ha tidak mengerti apa yang akan terjadi setelahnya. Ia mengalihkan pandangannya ke sepenjuru kafe dan menangkap pandangan beberapa pelanggan yang tertuju ke arahnya. Bisikan-bisikan mereka tertangkap oleh telinga Eun Ha.

Reaksi laki-laki:
'Kasihan, tuh, ceweknya. Cowok-cowoknya malah berantem lagi. Gak etis.'
'Cewek manis jangan ditaruh dekat pertengkaran, dong. Mau nangis, tuh.'
'Cup-cup, sayang. Sini sama aku aja, deh.'

Reaksi perempuan:
'Apa itu, apa itu?'
'Sedang bertengkar, ya?'
'Jiah, ketahuan selingkuh. Udah punya pacar ganteng malah cari yang lain.'
'Kegatelan, tuh, ceweknya.'

Eun Ha memohon dalam hati agar semua orang tidak salah paham. Perbedaan besar bisikan mereka cukup membuatnya merasa bersalah. Inilah yang akan terjadi jika Jungkook benar-benar akan menjadi ayahnya. Hubungan ayah dan anak akan tampak seperti sepasang kekasih dari sudut pandang orang lain sebagai pengamat. Eun Ha berharap semuanya cepat selesai hari ini.

"Kenapa? Sudah pantas jika aku memegang tangannya. Aku pacarnya, kekasihnya." Tegas Yoongi.

Jungkook memiringkan kepalanya dengan tatapan meremehkan. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Jungkook merasa tidak terima Yoongi menyentuh tangan anaknya. Eun Ha pun menangkap maksud Jungkook. Harus menunggu orang lain untuk Jungkook menunjukkan perannya sebagai ayahnya? "Pacaran boleh-boleh saja, asal tidak dihadapan calon ayahnya." Kata Jungkook membuat Yoongi bingung. Kedua alisnya menyatu. Yoongi melempar tatapannya ke arah Eun Ha yang tengah menyeruput Moccachino Latte-nya dalam diam tanpa ekspresi.

Yoongi menarik minuman dan sedotan dari mulut Eun Ha ke hadapannya. "Apa yang lakukan? Kau tidak suka sesuatu yang berbau kopi, kan? Pelayan!" Panggil Yoongi kepada waiters yang kebetulan ada di depan dapur. Waiters tersebut menghampiri Yoongi dan bersiap mencatat pesanannya. "Strawberry Parfait satu. Itu saja."

Sang waiters menganggukkan kepalanya dan bergegas mengambilkan pesanan Yoongi. Jungkook terkejut dengan kedua mata melebar. Jadi Eun Ha tak menyukai minuman yang dipesannya, pantas saja gadis itu tidak meminum Moccachino Latte-nya sedari tadi. Bagaimana dia tidak bisa menyadari hal itu? Dilihat dari penyimpanan kulkas di rumah Na Ra, kebanyakan berisi bermacam es krim dan roti. Na Ra juga pernah berkata bahwa Una-nya menyukai makanan manis sejak kematian ayahnya. Alasannya karena, Eun Ha ingin merasa hidupnya menjadi lebih manis agar ia tak lagi menampakkan kesedihan di hadapan Na Ra. Namun berita tentang hubungan mereka mengacaukan pertahanan Eun Ha dan membuat gadis itu melarikan diri dari rumah. Untuk kesekian kalinya, ia gagal menjadi ayah bagi gadis itu.

"Apa yang kau lakukan di sini? Jadi dia orang yang kau maksud itu?" Yoongi menanyakan tentang alasan yang membuat rencana kencannya gagal.

Eun Ha mengangguk. "Iya, dia ada hubungan dengan Eomma-ku." Jawab Eun Ha sambil menunduk. Ia merasa tak nyaman dengan tangan Yoongi yang menggenggam tangannya. "Sepertinya kita harus berbicara nanti." Eun Ha menatap Yoongi dengan tatapan memohon.

Yoongi tahu bahwa kebohongannya tentang hubungan mereka akan dipertanyakan oleh Eun Ha. Ia pun mengangguk pasti. "Iya. Dan lagi, sejak kapan berondong muda ini dekat dengan ibumu?" Tatapan keduanya terarah pada Jungkook yang memilih untuk diam. Meski Jungkook membalas tatapan mereka berdua, tatapannya kembali menurun ke arah genggaman tangan Yoongi pada tangan kiri Eun Ha.

"Aku belum tahu pasti. Apa yang kau lakukan di sini?" Ucap Eun Ha lalu pesanan Strawberry Parfait telah datang di meja mereka. "Terima kasih," ucap Eun Ha kepada waiters yang mengantarkan Parfait tersebut. Waiters perempuan tersebut balas tersenyum lalu pergi.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang