Fifthteen

435 35 1
                                    

Jeong Yeon tengah asyik memainkan ponselnya di sebuah kafe langganannya. Ia mengambil duduk sendirian di meja yang paling jauh dari etalase kafe dan dekat dengan dinding dapur kafe. Ini adalah tempat duduk favorit Jeong Yeon di kafe ini. Kafe bernama Flower Cafe ini memiliki dekorasi yang berbeda dibanding kafe-kafe yang pernah ia datangi. Selain memiliki tanaman hias di dalamnya, kafe ini memiliki semacam bar di tengah-tengah kafe. Bartender berjaga di tengah-tengah ruangan dengan meja melingkar tempat ia menyiapkan dan menghidangkan kopi hebat buatannya. Para pelanggan terkadang tertarik dengan cara pembuatan kopi yang bartender lakukan di mejanya dan menghampiri bar yang ada di tengah-tengah ruangan. Trik dan teknik yang digunakan cukup menghibur para pengunjung. Jeong Yeon tak pernah bosan dengan alunan musik klasik yang memenuhi sepenjuru kafe ini. Ia menghela napas panjang dan lega. Pagi ini, jam 9, ia memiliki janji dengan seseorang. Namun sekarang jam pada layar ponsel Jeong Yeon menunjukkan angka lebih dari waktu janjian mereka.

Suara dentingan bel berbunyi disambut sapaan 'selamat datang' dari pelayan kafe. Orang yang Jeong Yeon tunggu-tunggu telah datang dengan setelan tuksedo indah berwarna abu-abu. Lelaki itu melemparkan pandangan ke sepenjuru kafe dan tangan Jeong Yeon terangkat untuk menunjukkan keberadaannya yang ada di pojok kafe belakang sendiri bagian kanan. Jungkook yang telah mengetahui keberadaan Jeong Yeon, langsung menghampiri dimana gadis itu berada dan mengambil tempat duduk yang berseberangan dengan Jeong Yeon.

"Terlambat, tuan Sok Sibuk?" Sapa Jeong Yeon menjengkelkan.

"Berisik, kita tidak akan membahas hal itu dalam pertemuan kita, kan?" Ucap Jungkook geram. Perubahan yang ada pada Jeong Yeon yang dulu menjadi sekarang, begitu drastis dan berbeda. Ia jadi kewalahan harus bertingkah seperti apa.

"Santai saja. Kau tak harus memakai tuksedo yang ribet, tuan. Bagaimana kalau kau memesan sesuatu?"

"Jangan memperpanjang pembicaraan. Mari kita bahas topik utama kita hari ini." Ucap Jungkook terlambat, karena tangan Jeong Yeon telah terangkat dan menarik perhatian salah satu waiters untuk datang dan mencatat pesanannya.

Berbeda dengan Jungkook yang memakai pakaian rapi, Jeong Yeon mengenakan kaus tanpa lengan dengan rompi jeans yang tanpa lengan pula. Dibawahnya, Jeong Yeon mengenakan celana jeans yang jauh di atas lutut. "Aku memesan ice greentea. Kau?" Tanya Jeong Yeon kepada Jungkook yang memasang muka tak bersahabat. Lelaki itu menghela napas untuk menyediakan stok kesabarannya.

"Moccachino hangat."

Segera setelah waiters tersebut mencatat pesanan mereka, perempuan itu berjalan menuju bartender yang ada di tengah-tengah ruangan. Jeong Yeon tersenyum miring kepada Jungkook yang ada di depannya. "Pekerjaanmu begitu padat sehingga tak sempat berganti pakaian?"

Jungkook melapangkan dadanya kepada gadis menyebalkan yang ada dihadapannya. Toh, gadis itu adalah teman baik—calon—anaknya. "Seperti yang kau lihat."

"Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar dari Una. Kau yakin akan menikahi ibunya? Kupikir, kau akan menikahi Eun Ha di masa depan."

"Ini keputusanku. Menikahi gadis itu hanya akan menambah luka berat baginya. Traumanya dengan masa lalu membuatnya melupakanku dan yang lain. Kau tidak akan tahu bagaimana rasanya dilupakan oleh teman sendiri."

Jeong Yeon meletakkan ponsel yang ia pegang sebelumnya. "Yakin kau menganggapnya sebagai teman? Aku pikir kau memiliki perasaan khusus kepada-"

"Tidak ada. Kami hanya teman. Lalu, apa yang akan kau katakan di sini? Kau tidak sekolah hari ini? Bolos?" Tanya Jungkook lalu menyandarkan punggungnya dengan santai.

"Bolos adalah hal buruk yang dilakukan oleh murid teladan dan pintar sepertiku. Aku dalam masa skors yang berakhir akhir Minggu ini. Kau terkejut dengan apa yang aku lakukan hingga mendapat skors itu?"

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang