Five

748 80 5
                                    

Jungkook duduk di atas sofa dengan tenang. Namun tidak dengan pikirannya yang berkelana mencari solusi untuk pernikahannya. Meminta izin dari gadis keras kepala seperti Eun Ha adalah hal sulit untuk dilakukan jika gadis itu sendiri telah membencinya.

Seharusnya aku mendekati gadis itu perlahan, tidak dengan tiba-tiba seperti kemarin, batin Jungkook sambil menekuri meja dihadapannya.

Na Ra tengah merapikan piring yang sudah ia cuci ke rak piring dan berbalik menghadap Jungkook yang ada di ruang tamu. "Mungkin ini tidak akan berjalan lancar. Maksudku, aku dan kamu.." Na Ra tak menyelesaikan kalimatnya dan bersandar pada dinding sambil melipat tangan. Ekspresinya penuh pertimbangan untuk kedepannya.

"Pasti ada jalan. Aku tidak akan berhenti hanya dengan ini. Eun Ha pasti akan setuju dengan pernikahan kita." Jungkook menatap yakin ke dalam mata Na Ra.

Na Ra mengulum bibirnya sambil berpikir. Ia cukup ragu masalah ini. "Aku, aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Una kecilku yang manis ... Dia pasti ingin diriku hanya untuknya. Mungkin kita.."

"Na Ra," panggil Jungkook dengan serius. Na Ra berhenti menyelesaikan kalimatnya dan terpaku pada mata hitam itu. Mata yang pernah sesekali membiusnya. "Aku pasti dapat meyakinkan Una mu- tidak, Una kita untuk setuju dengan pernikahan kita. Percaya lah kepadaku."

Butuh beberapa saat untuk Na Ra mengangguk atas perkataan Jungkook.

"Baiklah, aku akan membujuknya sekarang."

Na Ra terkejut. "Tung- apa?" Ia meraih Jungkook yang beranjak ke luar rumah. "Apakah kau memiliki-"

"Aku punya rencana untuk itu." Jungkook tersenyum lembut dan hendak mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Na Ra. Namun tangan itu berhenti dan kembali ke tempat semula. Ia berbalik menghadap pintu. "Aku berangkat."

Sosok Jungkook menghilang di balik pintu. Na Ra masih tidak dapat berkata-kata. "Hati-hati di jalan.." ucapnya pelan kemudian.

***

Eun Ha memasang dasinya dengan hati-hati di depan cermin yang memantulkan keseluruhan tubuhnya; dari atas sampai bawah. Ia mengenakan seragam dengan rapi pagi ini.

Suara piring yang beradu dengan meja terdengar. Sontak Eun Ha menatap Taehyung yang menghidangkan dua porsi sarapan pagi yaitu sandwich, tak lupa dengan dua gelas susu di sana.

"Maafkan aku, oppa. Membuat oppa memasak untuk sarapan, aku benar-benar.. " Eun Ha menghampiri Taehyung dengan muka bersalah.

"Tidak apa-apa. Mari, makan dahulu lalu minum susumu. Setelahnya berangkat ke sekolah. Yerin menunggumu di persimpangan jalan, kan?" Taehyung mengelap tangannya yang basah dengan serbet dan duduk di salah satu kursi di meja makan.

Eun Ha mencuci kedua tangannya. "Besok, aku akan bangun pagi-pagi untuk membuatkan sarapan." Ucapnya lalu mengeringkan tangannya dan duduk di kursi di hadapan Taehyung. "Mari makan," Eun Ha mengucapkannya dengan senyuman manis di bibirnya.

Senyuman itu pun menular ke bibir Taehyung yang melihatnya. Mereka memulai acara makan mereka tanpa banyak bicara. Eun Ha menangkap tatapan Taehyung yang menatapnya. "Ada apa, oppa?" Tanyanya setelah menelan kunyahannya.

"Hmm ... Bukan apa-apa. Oh, ya, bagaimana kalau selanjutnya aku mengantarku ke sekolah. Bilang ke Yerim untuk tidak menunggu lagi. Kasihan dia.." Taehyung menyelesaikan sandwich nya lebih cepat dibanding Eun Ha yang masih menyisakan seperempat sandwich nya.

"Tidak perlu, oppa. Sudah tinggal di apartemen oppa untuk sementara sudah cukup merepotkan Taehyung oppa. Apalagi kalau meminta antar-jemput pula. Sudah terlalu banyak budi untukku bayar kepada oppa." Eun Ha pun menyelesaikan sandwich nya dan meneguk segelas susunya.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang