Three

932 96 5
                                    

"BAGAIMANA DENGAN SEKOLAHMU HARI INI? APA KAU AKAN BOLOS?"

Eun Ha mengapit ponselnya yang terhubung panggilan telepon dengan Taehyung di antara rahang kanan dan bahunya. "Eun Ha akan pergi bersekolah besok," tangan Eun Ha sibuk memegang alat tulis yang ia gunakan untuk menulis di buku hariannya. "Eun Ha sudah terlalu terlambat untuk sekolah hari ini."

"KAU SUDAH MENCERITAKAN MASALAHMU KE TEMANMU?"

"Belum, Eun Ha masih tak sempat melakukannya. Mungkin setelah Yerin pulang sekolah atau nanti malam."

"Maafkan aku yang meninggalkanmu sendirian di apartemenku," Taehyung bersandar di dinding luar kamar mandi laki-laki dengan salah satu tangan dalam saku celananya.

"TIDAK APA-APA, OPPA. MAAF JIKA EUN HA MEREPOTKAN OPPA PAGI INI."

Taehyung menggeleng dan menyadari bahwa gelengan kepalanya tidak dapat Eun Ha lihat. "Bukan masalah, Eun Ha. Aku tidak bisa tega meninggalkanmu dengan masalah tanpa membantunya sedikit pun." Taehyung kembali mengingat wajah sedih Eun Ha yang menyayat hatinya.

"BAIKLAH KALAU BEGITU. SEMANGAT BELAJAR HARI INI, OPPA! EUN HA AKAN MENUNGGU OPPA PULANG. SAMPAI NANTI, OPPA!"

"Ya, sampai nanti." Taehyung mematikan panggilan teleponnya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan meninggalkan tempatnya menuju ruang pelajarannya. Hatinya terasa hangat mendengar kalimat semangat dari gadis itu. Taehyung semakin tidak sabar menunggu jam kuliahnya berakhir.

Eun Ha meletakkan ponselnya ke atas meja. Ia menghela napas panjang setelahnya dan memikirkan apa yang akan ia tuangkan dalam buku hariannya hari ini. Dari keputusannya untuk pergi dari rumah dan menginap sementara di apartemen kakak seniornya dulu. Eun Ha terbayang ekspresi sedih ibunya yang membuatnya merasa bersalah. Wajah Jungkook pun terlintas di kepalanya.

Kira-kira, apakah laki-laki itu akan mencariku? Atau kah mereka melanjutkan pernikahan mereka tanpa persetujuanku? Dan bagaimana jika yang kedua lah yang terjadi? Lalu siapa lagi keluargaku yang tersisa?

Memikirkannya saja membuat matanya berkaca-kaca. Ia masih syok dan tak dapat menerima Jungkook sebagai calon ayahnya. Masih calon saja tidak ia terima, bagaimana jika sudah menjadi ayah resmi nantinya? Ini begitu gila. Memiliki seorang ayah yang lebih tua dua tahun dari dirinya adalah keinginan yang tidak pernah ada dalam daftar 'keinginan suatu saat'-nya. Mengapa ibunya tidak memilih untuk mengadopsi Jungkook jika ingin menjadi satu keluarga? Apakah karena perasaan cinta mereka berbalas?

Ponsel Eun Ha berdering di atas meja ketika ia sedang mengambil minum di dapur. Usai meneguk air putih dalam gelas, Eun Ha mengangkat panggilan masuk dari Yerin itu. Matanya terlempar ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tiga sore. "Yeobose-"

"KAU ADA DI MANA?!!!"

Eun Ha terkejut hingga ponselnya hampir saja terjatuh ke lantai jika kedua tangannya tidak menangkap ponsel itu. "M- maaf...?" Tanya Eun Ha sangsi.

"KAU ADA DI MANA? IBUMU BERKALI-KALI MENELEPONKU UNTUK MENANYAKAN KEBERADAANMU. KATANYA KAU TIDAK ADA DI RUMAH, LALU KAU ADA DI MANA? KAU MEMBUATKU CEMAS TAHU!"

Eun Ha terharu mendengarnya. Memanglah Yerin satu-satunya teman yang akrab dengannya baik di sekolah mau pun di luar sekolah. Ia kenal dengan gadis periang berambut pendek itu sejak sekolah dasar. Mau tidak mau mereka menjadi akrab sejak duduk satu bangku di kelas 5 sekolah dasar dulu. Cha Yerin nama lengkapnya. Yerin sendiri sudah menganggap Eun Ha seperti saudara sendiri dan Eun Ha bersyukur memiliki teman seperti Yerin, karena hampir tiap harinya, temannya yang satu itu selalu membuatnya tersenyum setiap hari. "Jadi, apa yang ingin kau tanyakan, Yerin?" Tanya Eun Ha mencoba untuk menguji kesabaran temannya itu.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang