Langit merekah, seperti hariku yang kian cerah. Semenjak dunia baru kuselami, aku lebih menguasai diri. Tidak ada lagi malam-malam sendu yang sering kuadukan pada rembulan. Tak salah aku terjun dalam dunia aksara, sebab aku lebih banyak menggali kata supaya lebih bermakna.
Di tempat ini nyaman kurasakan, mereka dengan senang hati menerima aku yang masih awam dalam dunia aksara. Hingga perihal perkenalan berujung canda. Apakah semesta sedang memainkan perannya di sini? Entah kebetulan atau memang ini sudah kehendak semesta yang mengaturnya.
Dia. Entah siapa dia. Membaca namanya kumerasakan hal yang berbeda. Sesuatu yang tak bisa kujelaskan lewat kata. Ah, mungkin ini hanya pikiranku yang terlalu ingin berkelana, padahal ini hanya perkara biasa.
Dia ... yang katanya bernama Guitara.
Tulungagung, 27 November 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Ragu
Thơ caKolaborasi prosa Cellia Vidyana x Alifia Loveista Rasanya sudah kaku untuk merasakan apa itu detak yang sering mereka bicarakan. Jangan salahkan kenapa detakku kaku, sebab detakku sudah berulangkali runtuh. Setiap aku menggenggamnya, setiap itu juga...