Entah apa yang sedang kualami saat ini, ragaku terasa kacau hanya perihal tema cinta. Ya, hatiku masih berlaga perihal itu sampai saat ini. Entah kenapa mereka tak membiarkanku lolos dari karya ini. Semesta pun tak membantuku untuk mempermudah semua hal yang kubenci saat ini, terutama perihal cinta.
Cinta ... Cinta. Rasanya aku ingin lepas dari rantai yang bernama cinta. Itu sangat menguras pikiran dan emosiku. Oh, ayolah berpura-pura senang menciptakan karya tentang cinta itu lebih sulit daripada menghapus dia dari memori.
Mungkin ini keterlaluan, aku menjadi tersulut emosi perihal tema cinta. Padahal aku hanya ingin mengistirahatkan ragaku dari itu. Aku hanya lelah dengan semua drama tentang cinta. Itu semua membuatku sesak napas.
Entah kenapa aku merasa dia sedikit bersimpati, tapi egoku menolak maksud baik darinya. Mungkinkah aku yang keterlaluan, atau ini bentuk antisipasi dari masa lalu. Di mana selalu saja, mereka mematahkan bahkan membuat detakku remuk tak beraturan hingga tak ada lagi ruang untuk menyimpan rasa yang bernama kepercayaan.
Guitara, aku belum lama mengenalmu. Aku juga tak tahu apa maksud simpatimu, tapi kumohon jangan masuk dalam teritoriku jika kamu tak ingin aku menyakitimu dengan kata-kataku.
Tulungagung, 18 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Ragu
PoetryKolaborasi prosa Cellia Vidyana x Alifia Loveista Rasanya sudah kaku untuk merasakan apa itu detak yang sering mereka bicarakan. Jangan salahkan kenapa detakku kaku, sebab detakku sudah berulangkali runtuh. Setiap aku menggenggamnya, setiap itu juga...