Dua bulan sudah berlalu
Kezia terbangun dari tidurnya dan hal yang selama dua bulan ini kembali terulang, dimana saat dia terbangun. Suaminya sudah tidak ada.
Arga pulang dari kantor saat dirinya sudah terlelap, dan pergi ke kamar Frisca sebelum dirinya terbangun. Jujur saja Kezia merasa cemburu dan selalu merasa sedih saat suaminya lebih memilih menemani sahabatnya. Meskipun Arga sudah menjelaskan kalo Frisca mengalami kanker Usus. Tapi tetap saja dirinya cemburu.
"Ah sudahlah, daripada kelamaan sendirian disini, ujung ujungnya sedih lebih baik aku mandi dan makan abis itu ke kampus"
Kezia beranjak dari kasurnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih bersih.
Sekitar 30 menit. Kezia sudah siap dengan kaos oblong dan celana jeans. Memoles wajahnya dengan sedikit riasan. Cukup untuk membuat wajahnya tidak pucat.
Melirik arloji di tangannya.
"Masih jam 8, masih ada waktu 40 menit sebelum kelas dimulai."
Saat Kezia baru saja menutup pintunya, dia di kagetkan dengan suara bantingan pintu yang cukup keras berasal dari kamar Frisca. Karena penasaran Kezia langsung ke sana berniat untuk bertanya. Tapi saat dirinya akan membuka pintu dia mendengar suara yang membuatnya membatalkan niatnya.
"Rencana kita ternyata tidak membuahkan hasil, bahkan ini sudah dua bulan lamanya. Tapi Arga dan Kezia anak sialan itu tidak juga terlihat tanda tanda akan berpisah"
Kezia mematung di tempatnya saat mendengar ucapan itu, tapi belum ada niatan untuk memotongnya. Karena dia masih ingin mendengar semuanya lebih banyak.
"Perlu waktu untuk itu, lagipula Arga sekarang lebih mementingkan kepentinganku dibanding isteri kecil sialannya itu"
Itu suara Frisca. Kezia dapat mengenalimya dengan jelas.
"Tapi kenapa tidak secepatnya"
"Kalo bisa aku juga ingin secepatnya. Lagipula aku juga capek harus berbaring dan pura pura sakit terus."
Mendengar ucapan berisi pengakuan itu Kezia sudah tidak dapat menahan emosinya. Dengan kasar dia membuka pintu kamar Frisca dengan amarah yang sudah ada di puncaknya.
"Jadi kalian berdua berniat menghancurkan rumah tanggaku?" Tanya Kezia dengan emosi.
Hal itu tentu saja membuat Frisca dan Mira kaget. Tidak menyangka pembicaraannya akan di dengar oleh Kezia.
"Ibu bisa jelasin sayang, ini tidak seperti yang..."
"Apa yang tadi aku dengar sudah cukup menyadarkanku. Dan Ibu, ibu sudah merusak kehidupanku untuk kedua kalinya. Dan kau" Tunjuk Kezia pada Frisca "kau memang wanita ular, yang rela melakukan cara murahan demi merebut suami orang."
Merasa tidak ada yang harus disembunyikan lagi. Frisca langsung terkekeh, menatap sinis pada Kezia "Lantas apa yang akan kau lakukan. Bukankah kau sudah mengetahui semuanya"
"Kau memang wanita tidak tau malu Frisca" geram Kezia.
"Ada apa ini? Dan Kezia apa maksud perkataanmu tadi?"
Frisca dan Mira menatap was was pada Arga. Takut takut jika semua percakapannya tadi didengar.
"Kezia, apa maksud dari perkataan kasarmu tadi?" Tanya Arga sekali lagi.
"Kak Arga, tadi aku den..."
"Isterimu marah pada kami Arga" ucap Frisca cepat memotong ucapan Kezia.
"Marah karena apa?" Tanya Arga sambil meletakkan plastik yang berisi obat itu.
"Kezia marah karena Frisca menyuruhnya mengambil Air putih di dapur. Maka dari itu Kezia mengatakan kalo nak Frisca hanya numpang dan tidak tau malu karena berani menyuruhnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Girl (Completed)
Não FicçãoMaaf kalau banyak typo bertebaran Dalam hubungan, tidak ada yang lebih penting selain kepercayaan. Dan jika dalam hubungan tidak memiliki hal itu maka besar kemungkinan hubungan itu akan berakhir.