~Krist~

4.4K 365 49
                                    

'Takut itu bodoh, begitu juga dengan rasa sesal.'

Sepanjang 27 tahun jantungnya berdetak, Krist sudah banyak merasakan hal-hal sulit dalam hidupnya, menghabiskan masa kecilnya dengan tinggal di panti asuhan ketika usianya masih terlalu dini, tumbuh di iringi dengan penolakan orang lain padanya, b...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang 27 tahun jantungnya berdetak, Krist sudah banyak merasakan hal-hal sulit dalam hidupnya, menghabiskan masa kecilnya dengan tinggal di panti asuhan ketika usianya masih terlalu dini, tumbuh di iringi dengan penolakan orang lain padanya, bertahan dengan berbagai pekerjaan kotor yang pernah ia jalani, sampai akhirnya ada satu hal yang menyelamatkan hidupnya, satu-satunya keahlian yang dirinya miliki. Meskipun masih berada di antara hitam dan putih, tetapi setidaknya ia tak pernah menyusahkan orang lain selama ini.

Iris matanya menajam, melihat sosok yang harus ia hadapi kali ini, di mana lagi ia berada?

Tentu saja, jalanan sepi dengan beberapa orang yang ingin menonton pertandingannya dengan sang Lawan. Ia tak takut meskipun tubuh pria tersebut dua kali lebih besar daripada tubuhnya bahkan menatapnya seperti santapan tengah malam yang layak untuk di nikmati. Krist tak peduli.

Salah seorang rekannya, memberikan air mineral padanya ketika Krist menyiapkan dirinya sebelum bertarung.

"Kau yakin?"

Ia hanya mengangguk layaknya pria bisu, memilih mengabaikan pertanyaan tidak berguna itu, tak mau membuang-buang waktu berharganya, hanya untuk menghadapi hal seperti ini.

Tinggal beberapa menit lagi pertandingannya di mulai, begitulah ia bertahan hidup menatap lawannya yang tak sadar tengah ia perhatikan itu dengan seksama, guratan senyuman samar menghiasi wajahnya, tubuhnya memang berubah cukup banyak begitu juga dengan kemampuannya, tetapi bukan Krist jika ia tak memanfaatkan kelemahannya. Iya. Ia mengenalnya, sosok yang pernah menemaninya beberapa tahun silam. Rupanya ia masih dendam. Namun, Krist tak membiarkan ia puas. Apakah melawannya itu hal mudah?

Krist bukan pria pesimis, ia tak pernah memikirkan bagaimana jika ia kalah, melainkan selalu berpikir bagaimana cara ia bisa menang. Kalau ia saja tak percaya pada dirinya sendiri, bagaimana orang lain bisa memandangnya?

Satu notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya, ada untaian kata-kata menjijikkan dari seseorang, membuatnya mendengus sebal, selalu bisa menghancurkan suasana hatinya.

Ia mengabaikannya, tetapi lagi-lagi pesan itu masuk, Krist mendesis kesal sekarang seseorang itu mencoba untuk menyemangatinya. Ia memutar bola matanya malas, Krist tahu jika pria itu tak akan berhenti sebelum ia membalasnya, tipe pengganggu tak tahu malu serta tak tahu diri yang pernah ia temui di dunia ini.

Apa maumu?

Sayangnya, Krist bukan tipe yang suka berbasa-basi, harus terlihat baik di depan orang lain, ia tak memperdulikannya sebab ia tak bertahan hidup dengan meminta orang lain, karena itu Krist tak pernah menganggap ucapan buruk orang padanya, karena ia tahu betapa buruknya hidupnya yang kacau ini.

Secepat kilat, pesan yang ia kirimkan di balas. Sungguh pria itu memang tak punya kegiatan lain selain mengganggunya. Dahi Krist berkerut ketika ia membaca ajakan pria itu, memang tidak ada orang lain yang bisa dirinya ajak pergi, kenapa harus ia?

The Phoenix: Street Fighter [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang