Warning Versatile!
[ SingtoxKrist & KristxSingto]Bagi yang tidak suka, silahkan enyah dari cerita ini secepatnya.
Decapan kedua tepian bibir yang saling bertaut itu memenuhi ruangan. Suasana di dalam tempat tersebut sangat gelap, kedua sosok tadi bahkan lupa untuk menyalakan penerangan di dalam sana, hingga kini hanya cahaya temaram serta detakan samar jam dinding yang menemani mereka. Salah satu tubuh pria itu terjatuh di atas sofa, Singto menyipitkan matanya lalu mengulurkan tangannya pada Krist agar membantunya untuk bangkit, akan tetapi pria tersebut bukannya membantu, justru menghimpit tubuhnya di atas sofa.
Pria itu menciumnya bibirnya dan memegangi kedua pergelangan tangan Singto di atas kepala, tak membiarkannya kabur dari tempatnya berada kini, hingga Singto mendegus setelahnya ketika tak bisa menggerakkan tubuhnya.
"Jangan di sini, punggungmu akan sakit nanti."
Krist memutar bola matanya malas begitu mendengarnya, ia akhirnya bangkit dari atas tubuh pria tersebut dan meninggalkan Singto di sana begitu saja, sontak saja sosok itu langsung bangkit dan mencibir Krist bagaimana bisa pria itu selalu meninggalkannya di saat-saat penting seperti ini, ini bukan pertama kalinya Krist melakukannya.
"Hei, kau mau kemana?"
"Mandi."
Embusan napas berat keluar dari bibir Singto begitu mendengarnya dan benar saja pria tadi membanting pintu kamar mandi dengan pelan, sebelum tubuhnya menghilang di baliknya. Singto berdecih, lalu bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya untuk mengikuti Krist masuk ke dalam sana. Tepat pada saat itu pria tadi tengah melepaskan pakaiannya.
"Kau kenapa ada di sini? Keluar!"
Singto menggelengkan kepalanya, "Tidak mau. Ayo, mandi bersama."
Lirikan sinis keluar dari Krist, akan tetapi ia tak mengatakan apapun bahkan lagi-lagi bersikap jika Singto tidak ada, tentu saja Singto kesal. Apa ini pria yang mengatakan jika ia mencintainya tadi?
Sepertinya bukan. Krist itu layaknya besi dengan dua sisi yang berbeda, kadang tajam tetapi beberapa waktu kemudian bisa tumpul. Dia bisa melukai dan menyembuhkan di saat-saat tertentu. Krist tak pernah melakukan apapun dengan hatinya maupun akal sehatnya, Krist selalu berpegangan teguh pada harga diri serta egonya yang kadang goyah kalau dia tak bisa menahan segalanya lagi.
Singto mengarahkan kedua kakinya untuk mendekati Krist, pergi kebelakang tubuh pria tersebut dan melingkarkan tangannya tepat pada area perut Krist, mendekatkan jarak di antara keduanya, hingga menempel sangat dekat. Singto mengerakkan kepalanya tepat pada ceruk leher Krist, menyesap aroma woody yang melekat pada pria tadi, Singto sudah lama tak melakukan ini, tadi malam ketika mereka bersama ia hanya memeluk Krist dengan erat, mengisyaratkan jika ia sangat takut kehilangan pria itu lagi dan kali ini Singto ingin lebih mengekspresikan apa yang dirinya rasakan untuk Krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Phoenix: Street Fighter [ Peraya ]
Fanfic[Completed] Krist-petarung jalanan yang menguasai ilmu bela diri kickboxing dan dijuluki Phoenix, karena bisa mengalahkan para lawannya dengan keahliannya hebat yang dirinya miliki, meskipun taruhannya adalah nyawanya sendiri, tetapi ia tidak pernah...