[ Epilog a]: Though It Seems Forgotten

2K 221 70
                                    

Kedua pria yang berada di tengah ruangan melingkar lengkap dengan besi penyangga mengelilinginya di atas kepala tinggi pria dewasa itu, tak mendengarkan banyaknya teriakan penonton yang tengah berada di luar area pertarungan tersebut.

Sesosok pria bersurai merah kecoklatan itu hanya melirik lawannya tanpa melakukan gerakan berarti, sedari tadi dirinya hanya fokus untuk menghindar dan ketika ia merasa saatnya tepat langsung saja pria tadi menyerang, menendang dan mencoba menjatu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesosok pria bersurai merah kecoklatan itu hanya melirik lawannya tanpa melakukan gerakan berarti, sedari tadi dirinya hanya fokus untuk menghindar dan ketika ia merasa saatnya tepat langsung saja pria tadi menyerang, menendang dan mencoba menjatuhkan lawannya.

Sebenarnya ia sudah terlalu malas untuk mengikuti pertandingan MMA (Mixed Martial Arts) amatir seperti ini, tetapi ketika ada yang menantangnya di hadapan beberapa anak-anak yang dirinya ajar. Krist tak bisa hanya diam. Masih sama seperti sebelumnya ia paling tak suka jika ada orang lain yang mengusik hidup tenangnya. Rasanya memuakkan ketika hanya bisa diam, ketika ada yang menguji batas kesabarannya, dengan gerakan cepat sosok tadi mengunci lawannya ketika menyadari titik lemah sang Lawan. Keduanya beberapa kali bergumul pada lantai area petarungan, saling mencoba untuk mengalahkan satu sama lainnya, meskipun pada akhirnya tetap pria tadi yang keluar sebagai pemenangnya. Tentunya Krist tak akan membiarkan orang lain lebih unggul di bandingkan dirinya.

Tanpa mengatakan apapun Krist langsung melangkahkan kakinya keluar dari arena, tak memperdulikan banyak pasang mata yang memandangnya, ia bahkan belum menerima pernyataan jika dirinya memenangkannya, akan tetapi Krist sudah melenggang pergi terlebih dahulu, ia tak butuh orang lain mengakuinya.

Sewaktu ia mengambil pakaiannya, seseorang menegurnya karena selalu melakukan berbagai hal yang terlihat kurang sopan di mata orang lain. Namun, apakah itu salahnya? Orang lain yang memulai jadi jangan harap Krist akan bersikap merendah sedikit saja.

"Sama sekali tidak berubah, kau tahu kenapa orang lain tidak ada yang berani mendekat padamu dan memilih menjaga jarak, kau terlalu sombong untuk berbagai hal."

Kedua bahu pria itu terangkat ke atas, seolah tak acuh dengan ucapan seseorang yang mencoba untuk berbicara padanya, tangannya hanya merampas botol air mineral yang sosok tadi pegang, membukanya dan meneguk beberapa air dari sana, sebelum mengembalikannya lagi pada genggaman tangan pria tadi, lalu berjalan pergi seolah tak melihat siapapun di sekitarnya.

"Astaga! Krist! Aku belum selesai bicara!"

"Tidak ada yang perlu untuk di bicarakan."

"Hari ini kau ada janji, jangan sampai lupa."

Langkah Krist langsung terhenti, ia memutar balik tubuhnya dengan malas, "Sudah aku bilang, aku menolaknya. Itu tidak cocok untukku."

"Ya. Tapi CEOnya sendiri yang memilihmu, dia rasa kau cocok untuk menjadi model brand terbarunya. Ayolah, orang lain pasti menginginkan ini, tapi kau justru menolaknya mentah-mentah."

Raut wajah Krist tetap datar seolah tak berpengaruh, bahkan tak memiliki ekspresi apapun, "Aku bukan orang lain dan orang lain bukan aku. Kami tak akan pernah sama meski mencoba untuk saling menyerupai sekalipun."

The Phoenix: Street Fighter [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang