[Completed]
Krist-petarung jalanan yang menguasai ilmu bela diri kickboxing dan dijuluki Phoenix, karena bisa mengalahkan para lawannya dengan keahliannya hebat yang dirinya miliki, meskipun taruhannya adalah nyawanya sendiri, tetapi ia tidak pernah...
What is love? For me that feeling came when someone's warm grip protected me from the cold night wind.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara berisik itu berulang kali coba ia singkirkan dari pendengarannya akan tetapi nyatanya tak bisa, hingga dirinya hanya bisa mengembuskan napas beratnya berkali-kali sembari mengalihkan pandangan ke arah lain.
Krist benci dengan suara berisik, ia risi dengan kata-kata aneh yang mengganggu, ia tak suka berada di antara banyak orang dan dirinya paling tak menyukai acara berkumpul seperti ini.
Pandangannya tertuju pada beberapa orang yang tengah duduk di dekat api unggun, sembari memainkan alunan musik lengkap dengan seseorang yang bernyanyi secara acak, mereka terlihat sangat senang, tak banyak dari beberapa pria itu tengah mengobrol ringan. Krist hanya bisa memijit pelipisnya sendiri, berada di tengah banyak orang membuatnya pusing.
Pernahkah kalian merasa sendiri meskipun ada banyak orang di sekitarmu?
Terkadang Krist heran dengan dirinya sendiri, bukannya ia tak mau bersosialisasi atau apa, hanya saja bertemu dengan banyak orang itu membuatnya tak nyaman. Krist lebih suka mengabiskan banyak waktu untuk dirinya sendiri, melakukan apapun sendiri, tanpa ada campur tangan orang lain, akan tetapi mengapa banyak orang mengganggap apa yang dirinya lakukan itu tak wajar. Krist akui mengurung diri itu tidak baik, hanya saja apakah ada yang akan menjamin jika bersama dengan orang lain dirinya akan merasa nyaman?
Krist bukan tipe pria antisosial, ia hanya membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa memberikan kenyamanannya kepada orang lain, karena jujur saja dalam hidup ini banyak rasa kecewa yang dirinya pernah alami. Jadi bukankah itu wajar?
Lagi pula Krist tak pernah percayai pada orang lain sampai detik ini, untuk apa dirinya mempercayai manusia?
Makhluk yang tak luput dari berbagai macam kesalahan, akui saja tidak ada seseorang yang benar-benar bersih di dunia ini, semuanya sama rata pernah melakukan hal buruk meskipun cuma sekali, memiliki banyak hal yang bisa dirinya sesali.
Hidup ini kejam, dunia fana yang menawarkan berbagai pilihan, siapa yang tak sanggup menghadapinya akan gugur dengan sendirinya.
Krist tak pernah sekalipun peduli pada orang lain, hanya saja terkadang dirinya terheran mengapa ada orang lain yang terlalu rajin untuk mengomentari hidupnya dan mengulik hal yang menurut Krist tak perlu. Ia punya pengalaman buruk dengan banyak orang yang sampai sekarang masih Krist simpan, walaupun dirinya sudah tidak peduli tetapi untuk melupakannya itu bukan hal mudah.
Jadi untuk apa dirinya berada di sini? Padahal Krist tak menyukai hal semacam ini? Alasannya hanya satu, seseorang yang kini duduk tepat di sampingnya sembari menyesap satu botol soda dalam genggamannya, seseorang yang tertawa tanpa ada guratan beban pada wajahnya. Pria yang sedikit demi sedikit membuatnya merasa aneh pada dirinya sendiri.
Krist tak pernah menyukai sosok itu tersenyum pada orang lain, ia membenci ketika pria tersebut menyembutkan nama orang lain dan dirinya tak mau suka ketika Singto berpaling darinya. Krist merasa gila dengan pemikirannya ini. Bagaimana seseorang seperti Singto yang dirinya inginkan berada tepat di sampingnya? Mengapa bukan orang lain?