Dimana pernah dengar bahwa lapisan bumi itu banyak. Bahkan ada fungsinya masing-masing.
Baik dari lapisan paling bawah bahkan paling luar, yang hampir menyentuh ruang hampa.
Kata-kata yang bagus ya? Tapi tak sebagus malam ini. Bahkan sejenak aku merasa ruangku pengap, sesak, dan gelap.
Seperti nebula di ruang angkasa raya. Nampak seperti kabut bahkan dari bumi seperti bintang redup.
Atmosphereku nampak kacau. Dulu yang tertata rapi dari lapisan bawah hingga atas sekarang nampak tercecer.
Nampak menyedihkan.
Kadang euforiaku tak terkendali, terkadang pula seperti barang jatuh dari lantai paling atas ke bawah, isakku meringis.
Kadang aku berbicara pada cermin diri sendiri. "Hei, kau baik-baik saja. Manusia memang seperti itu. Dilapisi jiwa egoistis yang tinggi. Lalu kenapa kau lesu dan terpuruk akan hal itu? Tak usah ambil pusing, sayangi jiwamu."
Betapa baiknya sisiku yang itu. Menjadi pelipur lara tak langsung. Menanamkan rasa baik-baik padahal sedang remuk-remuknya.
****
Untukmu yang sedang penuh akan suara berisik manusia yang memuakkan. Untuk sementara menunduklah, bukan menunduk untuk terlihat lemah. Tapi untuk memulihkan jiwamu yang nampak dipaksa.
Kian keras kau paksa, bukan baik-baik saja yang didapat. Nelangsa mungkin yang akan hadir menemani rasamu itu.
Kau tak sendiri.
Kau tak payah.
Kau tak akan mati karena ini.
Istirahat sebentar.
Kau bukan robot atau kotak suara yang selalu menampung hasil suara-suara itu.
Kau manusia dan kau berarti.
Lindungi atmospheremu. Kau tak akan hancur karena itu.
Aku percaya padamu.
Tertanda
Dari manusia tukang sambat
Untuk kamu yang tersesat2 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi Abstraksi (SUDAH TERBIT)
Non-Fiction[COMPLETE] ✔ (PEMESANAN BUKU MELALUI LINK YANG BISA DILIHAT DI BANNER) Ini hanya tentang isi hatiku, kisahku, dan mungkin untuk orang-orang yang tersesat, tak menemukan jalan pulang di kehidupannya. Jika kamu ingin bacaan novel atau cerita romantis...