Rindu yang katanya hanya dirasakan oleh seseorang yang memiliki ikatan batin dengan orang terkasih.
Tapi tidak denganmu.
Kamu rindu akan suasana yang begitu nyaman. Suasana keluarga yang begitu tentram. Dan pergaulan yang menyenangkan.
Kamu rindu itu semua.
Sekarang matamu untuk menatap hal itu mulai tertutup perlahan. Meyakinkan diri sendiri bahwa semua itu tak akan hadir untuk saat ini.
Kamu sedang berjuang.
Kamu sedang bekerja keras.
Kadang keringatmu tak lelah untuk menetes.
Pikiranmu lelah, fisikmu pun payah. Kadang berpikir betapa sulitnya menjalani hidup seperti ini.
Jauh dari yang namanya rumah. Bahkan rindu dengan keakraban tetangga.
Tapi apa daya jadi anak rantau begitu melelahkan. Berusaha bertarung dengan batin agar menahan gejolak rasa yang timbul.
Menahan sekuat tenaga agar yang namanya air mata tak gampang terjun bebas.
Kamu ingat betul janjimu pada diri sendiri. "Jangan pulang sebelum kamu membawa berlian kebahagiaan untuk orang-orang tersayangmu."
Ilmu kamu perbanyak agar pulang dengan toga dan gelar sarjana yang membahagiakan. Syukur-syukur gelar camlaud menempel dinamamu.
Kadang ilmu pun kurang untukmu. Selain otak yang kamu kerjakan, ototmu pun kamu peras. Kerja sampingan kamu jalani hanya untuk meringankan beban orangtua.
Tak jarang kamu mengeluh, tapi saat kamu mengeluh segera sadar bahwa hal itu tak sebanding dengan kerja keras orangtua yang membawa dan membimbingmu sampai sejauh ini.
Jadi masih mau berusaha dan bertarung dengan batin, atau selesai dan berbahagia hanya untuk sesaat?
Masih kuat atau sudah ingin menyerah?
Hanya kamu yang tahu jawabannya.
Tertanda
Dari Tukang Sambat
Untuk Kamu Yang Tersesat29 December 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi Abstraksi (SUDAH TERBIT)
Non-Fiction[COMPLETE] ✔ (PEMESANAN BUKU MELALUI LINK YANG BISA DILIHAT DI BANNER) Ini hanya tentang isi hatiku, kisahku, dan mungkin untuk orang-orang yang tersesat, tak menemukan jalan pulang di kehidupannya. Jika kamu ingin bacaan novel atau cerita romantis...