Jangan Dengar Mulut Itu!

219 30 5
                                    

Masih disituasi yang sama. Sama-sama rumit jika dijabarkan.

Kamu tak paham dengan rumus matematika mungkin bisa dimaklumi, tapi kenapa untuk sebuah masalah yang sukar dijabarkan rasanya lebih sulit daripada sebuah rumus.

Kamu paham betul dengan penilaian semua orang disekitarmu.

Kadang penilaian, kadang juga perbandingan sesuatu. Jika dipikir, kenapa manusia punya standar untuk jadi layak?

Kamu menjawab dalam hatimu. "Sebab agar tak ada perbedaan."

Kamu bingung, kamu berusaha, kamu memperjuangkan diri sendiri agar sesuai dengan cara pandang seseorang.

Merubah segalanya hanya karena kritikan dan cibiran dari segala orang.

Layakkah kamu berubah hanya untuk memuaskan orang lain, tanpa memikirkan kebahagiaan diri sendiri?
Jadi jangan dengar omongan itu!

Tapi bodohnya kamu tak menghiraukan segala teguran untuk berhenti mendengarkan omongan itu.

Hatimu tertutup dengan namanya ambisi sempurna di mata semua orang. Padahal dari visual orang itu berbeda-beda.

Bagaimana? Masih tetap keras kepala dengan hal itu. Kadang orang yang menegurmu begitu lelah hingga akhirnya mereka pasrah.

Jadi semuanya kembali padamu, masih mau memperbudak diri sendiri? Atau merangkul jiwa sendiri dan berujar untuk menjadi diri yang apa adanya?

Tertanda

Dari manusia tukang sambat
Untuk kamu yang tersesat

-Lv_Fyh❤

28 December 2019

Delusi Abstraksi (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang